Ekonomi Islam, Ikhtiar Mewujudkan Human Falah

8. Ekonomi Islam, Ikhtiar Mewujudkan Human Falah

  Tepat pada tanggal 8-13 November 2010 yang lalu, program studi Ekonomi Islam Fakultas Syari’ah IAIN.SU akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan dalam rangka menyemarakkan momentum

  258 DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS peringatan sewindu (2002-2010) prodi yang lahir delapan tahun yang

  lalu. Peringatan ini memiliki momentum yang cukup penting karena bersamaan dengan itu, IAIN.SU juga segera memasuki usianya yang 36. usia yang sebenarnya masih sangat muda namun telah berkontribusi besar dalam pembangunan bangsa khususnya yang berkaitan dengan aspek agama.

  Hampir dua dekade terakhir, ekonomi Islam atau (ekonomi syari’ah) baik pada dimensi peraktik ataupun dimensi teoritik menunjukkan perkembangan yang cukup menggemberikan. Tumbuh suburnya lembaga- lembaga perbankan syari’ah ataupun keuangan non bank, tidak saja di kota-kota besar tetapi juga sudah merambah ke kota-kota kabupaten dan kecamatan semakin memudahkan proses dan akselerasi sosialisasi ekonomi syari’ah kepada umat. Demikian juga lembaga-lembaga bisnis syari’ah, seperti Swalayan atau mini market Syari’ah dan Hotel Syari’ah. Tidak ketinggalan lembaga-lembaga filantrofi Islam seperti Badan Amil Zakat, Lembaga Amil Zakat, Badan Wakaf dan sebagainya.Pada saat yang sama, beberapa perguruan tinggi umum –menyusul UIN, IAIN dan STAIN yang telah lebih dahulu- juga sudah membukan fakultas dan jurusan ekonomi Islam. Setidak-tidaknya, ekonomi Islam telah menjadi mata kuliah di fakultas ekonomi.

  Kendati demikian, bukan berarti perkembangan ekonomi Islam di tanah air, berjalan mulus tanpa hambatan dan rintangan. Tidak bisa dipungkiri, hambatan, tantangan dan rintangan selalu menghadang perkembangan ekonomi Islam. Sampai di sini kegigihan pejuang-pejuang atau mujahid al-iqtishad selalu ditantang untuk dapat mengatasi berbagai hambatan tersebut. salah satu persoalan yang serius kita hadapi adalah masalah sumber daya manusia. Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia sesungguhnya belum didukung oleh tersedianya ahli dan tenaga terampil. Untuk itulah lembaga-lembaga pendidikan dari berbagai tingkatan (strata) semakin signifikan untuk menyediakan tenaga yang tidak saja ahli secara teroritis tetapi juga mahir secara peraktis.

  IAIN.Sumatera Utara khususnya fakultas Syari’ah termasuk lembaga pendidikan tinggi Islam terdepan dalam menyelenggarakan pendidikan ekonomi Islam. Tahun 2002, Fakultas Syari’ah berketetapan hati untuk membuka Jurusan Ekonomi Islam dan izin pembukaan Jurusan Ekonomi Islam dipertegas dengan SK No. DJ.II1582004 tertanggal 27 Mei 2004. Jurusan Ekonomi Islam telah membuka tiga konsentrasi, Ekonomi

  DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS

  dan Perbankan Syari’ah, Akuntasi Syari’ah dan Ekonomi dan Manajemen Syari’ah. Prodi Ekonomi Islam sejak dibuka sampai saat ini terus berbenah diri, melakukan evaluasi dan penyempurnaan baik pada sisi kelembagaan ataupun pada sisi kurikulum, silabus, sistem pendidikan dan hal-hal yang terkait dengan itu semua. Tentu saja, fokus pengembangan jurusan ekonomi Islam itu berada pada tingkat jurusan.

  Adapun visi Prodi Ekonomi Islam adalah “Menjadikan Prodi Ekonomi Islam Sebagai Program Studi Terdepan, Terkemuka dan Unggul dalam Pengkajian, Pendidikan, Penelitian, Pengajaran dan Penerapan Ekonomi Islam bagi Kesejahteraan umat manusia (human falah). Adapun yang menjadi misinya diantaranya adalah, menjadikan ilmu-ilmu Syari’ah sebagai basis dalam Pengembangan Ilmu Ekonomi Islam, Melakukan Penguatan Disiplin Keilmuan Syari’ah pada seluruh konsentrasi studi, Membuat diperensiasi (pembedaan) di setiap konsentrasi studi yang selanjutnya diharapkan sebagai branding bagi alumni Jurusan Ekonomi Islam dan Membangun hubungan dan kerjasama yang harmonis dengan lembaga-lembaga mitra khususnya lembaga perbankan dan lembaga keuangan non bank dan seluruh stakeholder pada umumnya.

  Visi besar Prodi Ekonomi Islam yang sesungguhnya merupakan visi Ekonomi Islam itu sendiri adalah mewujudkan manusia-manusia sejahtera atau yang di dalam literatur ekonomi Islam disebut dengan human falah (manusia sejahtera). Menarik dicermati kata falah itu sendiri memiliki banyak arti. Falah berarti bahagia, berkelimpahan, sejahtera, sukses, menang, berhasil dan unggul. Singkatnya, di dalam kata al-falah terkumpul segala macam kebaikan-kebaikan yang berdimensi jasmani-ruhani, material dan spiritual.

  Sistem ekonomi yang lahir dari sejarah rahim peradaban dunia, apakah itu ekonomi kapitalis, ekonomi sosialis, ekonomi campuran bahkan ekonomi pancasila yang selalu mengklaim dirinya sebagai aliran tersendiri dan berbeda dengan mazhab ekonomi yang ada di dunia ini, ternyata tidak mampu melahirkan manusia-manusia falah tadi. Banyak pakar yang menyatakan, alih-alih membawa kebahagiaan, sistem ekonomi tertentu yang selama ini diperaktikkan di berbagai negara, malah menyengsarakan kehidupan manusia itu sendiri. Karya Roy Davies dan Glyn Davies yang berjudul, A History of Money From Ancient Time to Present Day (1996) menyebutkan bahwa sepanjang abad 20 telah terjadi lebih dari 20 kali

  260 DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS krisis yang kesemuanya merupakan krisis di sektor keuangan. Bahkan

  jauh sebelumnya, Schumpeter telah berteriak di dalam Capitalism, Socialism and Democracy bahwa teori ekonomi modern telah memasuki masa- masa krisis. Pandangan ini diperkuat oleh Daniel Bell dan Irving Kristol dalam bukunya The Cricis in Economi Theory. Sebuah buku kecil karya Paul Ormerod yang berjudul, The Death of Economics telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang berjudul “Matinya Ilmu Ekonomi”, menunjukkan ada persoalan besar pada sistem ekonomi konvensional.

  Setiawan Budi Utomo seorang pakar ekonomi Syari’ah dengan mengutip Stigliz mengatakan bahwa dampak globalisasi dan peranan IMF sebagai agen utama kebijakan kapitalis ternyata tidak banyak membantu negara miskin. Bahkan dalam karyanya yang terakhir, Toward a New Paradigma in Monetery Economics, Stigliz telah mengkritik keras ekonomi konvensional dan mendesak lahirnya paradigma baru dalam ekonomi moneter. Sisi menarik yang ditemukan dari tulisan Stigliz –masih menurut Setiawan- adalah paradigma baru tersebut tidak berbeda secara prinsif dengan konsep ekonomi Islam. Memang ia tidak menyebut ekonomi Islam, namun prinsif dan nilai yang dikemukakannya sama dengan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh ekonomi Islam.

  Kenyataan inilah yang sejatinya membuat kita haqq al-yakin bahwa ekonomi Islam adalah ekonomi masa depan yang menjanjikan. Benar bahwa hari ini, kita belum bisa membuktikan sepenuhnya keunggulan ekonomi Islam, apa lagi merujuk sebuah negara yang benar-benar mem- peraktekkan ekonomi Islam dan sejahtera, namun setidaknya, trend perkembangan ekonomi Syari’ah dalam konteks dunia juga Indone- sia, setidaknya telah memancarkan sinar optimisme. Atas dasar itulah, apa yang dilakukan Prodi Ekonomi Islam Fakultas Syari’ah IAIN.SU, merupakan sebuah ikhtiar kecil untuk mengembangkan ekonomi Islam di Sumatera Utara.

  Pada masa depan, diperlukan kerja sama yang terintegrasi antar lembaga-lembaga keagamaan dengan melibatkan institusi pengambil kebijakan, dalam upaya memasyarajtkan ekonomi Islam. Diantara langkah yang paling penting adalah mendorong lembaga pendidikan tinggi untuk bersungguh melahirkan manusia-manusia yang memiliki sumber daya insani yang tidak saja unggul dari berbagai sisi tetapi juga mampu bersaing dengan tenaga-tenaga sekuler lainnya. Bagaimanpun juga,

  DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS

  human falah, manusia sejahtera tidak akan terwujud tanpa ditopang oleh ketersedian sumber daya insani tersebut.

  Perayaan Sewindu Prodi Ekonomi Islam IAIN.SU yang berlangsung dengan berbagai acara seperti kuliah umum, seminar, bazar kewirausahaan, Seminar, Talk Show, adalah upaya untuk mengelorakan semangat ekonomi syari’ah. Sejatinya, gerakan ekonomi Syari’ah bukanlah gerakan dalam sunyi. Gerakan Ekonomi Syari’ah harus disuarakan dengan keras. Sebabnya adalah karena kita sudah terlalu lama tertidur dan dininabobokkan sistem ekonomi kapitalis yang ternyata tidak membuat kita sejahtera. Mudah-mudahan dengan acara ini, Mahasiswa pada umumnya dan mahasiswa Ekonomi Islam khususnya, tersadarkan bahwa mereka memiliki peran yang penting untuk mengembangkan ekonomi Syari’ah pada masa mendatang. Mereka dibutuhkan bangsa ini sebagai katalisator untuk mempercepat terwujudnya tujuan pembangunan yang juga merupakan tujuan dari penerapan ekonomi Islam.