DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS menolong dan berkasih-sayang. Bukan sebaliknya saling menghisap

32 DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS menolong dan berkasih-sayang. Bukan sebaliknya saling menghisap

  seperti yang ditunjukkan di dalam peraktik riba. Dengan perintah tersebut, Allah ingin mewujudkan di dalam diri kita kemenangan dan kebahagiaan di dunia dengan saling tolong menolong, saling berkasih sayang yang pada gilirannya akan tumbuh al-mahabbat di dalam diri kita. Dan mahabbah itu adalah asas terbangunnya kebahagiaan (as-sa’adat) dan di akhirat nanti kita akan memperoleh kemenangan surga atas ridha Allah. SWT.

  Di dalam surah Al-A’la 87:14 Allah SWT berfirman, Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman). Ayat yang senada dengan itu juga ditemukan di dalam surah Asy-Syam91:9, Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Muhammad Abduh di dalam tafsirnya mengatakan, sungguh beruntunglah orang- orang yang membersihkan diri. Yaitu membersihkan dirinya dari perbuatan- perbuatan nista, yang puncaknya adalah kekerasan hati serta pengingkaran terhadap kebenaran. Kata aflaha, beruntung meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, yang tak seorangpun dapat memperolehnya kecuali yang bersih dan suci qalbunya. Sedangkan pada ayat yang kedua, Abduh memahaminya dengan mengatakan, sungguh telah beruntung siapa yang mensucikannya, yaitu orang yang mensucikan jiwanya dan meningkatkannya sehingga mampu mengaktifkan segala potensi dirinya secara optimal, baik dalam pemikiran maupun perbuatannya. Dan dengan demikian ia akan berhasil menebarkan segala kebaikan bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya.

  Contoh di atas menjelaskan kepada kita mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangannya – sebagaimana yang telah ditegarkan di dalam Alquran dan Hadis, pada akhirnya bertujuan untuk menciptakan kehidupan manusia yang lebih baik, di dunia dan di akhirat. Kebaikan di dalam ajaran-ajaran Allah itu sesungguhnya akan kembali kepada manusia, sepanjang ia mematuhinya.

  Dengan demikian, konsep falah tidak bisa didefinisikan sekedar keberuntungan ataupun kemakmuran. Lebih dari itu, konsep falah adalah suatu kondisi kehidupan yang dalam berbagai dimensinya dipastikan dalam kondisi yang terbaik. Konsep falah tidak berhenti pada dimensi ekonomi, sosial dan budaya. Falah juga berhubungan dengan spiritualitas,

  DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS

  moralitas bahkan dalam konteks kehidupan bernegara. Ada kalanya di dunia dan juga di akhirat. Baik pada level mikro ataupun makro. 13

  Untuk mendapatkan kondisi falah, setiap orang harus memastikan tubuhnya tetap dalam keadaan sehat dan terbebas dari beragam penyakit. Di samping itu dari sisi ekonomi, seseorang akan falah pada saat ia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar dan layak. Sarana- sarana yang memudahkan kehidupannya juga bisa dimilikinya dan itu diperoleh dengan cara yang baik pula. Tidak kalah pentingnya adalah relasi sosialnya. Human falah adalah mereka yang kehidupannya dipenuhi dengan cinta kasih terhadap sesama. Persaudaraan yang sejati. Keinginan untuk saling memberi dan membahagiakan.

  Sedangkan pada level makro, human falah harus dapat membangun lingkungan hidup yang nyaman, aman, dan tentu saja bersih dari penyakit- penyakit sosial. Bahkan dalam konteks yang lebih luas lagi, negara itu sendiri mampu menjalankan fungsinya dalam membangun kesejahteraan rakyatnya. Negara yang memiliki ekonomi yang kuat, militer yang juga kuat dan sumber daya dari generasi ke generasi yang tetap unggul. 14

  Sesungguhnya, panggilan azan tersebut sebenarnya memerintahkan kepada kita untuk merumuskan langkah-langkah yang strategis dan aplikatif dalam rangka mewujudkan kehidupan yang falah. Menariknya, al-falah dapat kita rumuskan setelah kita menunaikan shalat, setelah kita mendapatkan pencerahan dari Allah. Anehnya, kita hanya melaksanakan shalat, namun belum sepenuhnya merumuskan al-falah itu terutama pada level umat.