DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS dan Universitas Louborought. Di Amerika Serikat, pengembangan kajian

90 DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS dan Universitas Louborought. Di Amerika Serikat, pengembangan kajian

  ekonomi syari’ah dilakukan oleh Universitas Harvard, yang merupakan universitas paling terkemuka di dunia saat ini. Di Australia, Universitas Wolongong juga melakukan hal yang sama.

  Di Indonesia, perkembangan kajian dan praktek ekonomi syari’ah juga cukup pesat. Kajian-kajian ekonomi Islam tidak saja diselenggarakan oleh pendidikan formal agama seperti IAIN dan umum seperti Universi- tas Indonesia dan UII Yogyakarta, tetapi juga dilakukan oleh lembaga- lembaga non formal seperti FKEBI-IAIN.SU, Tazkia Institut, IIIT Indonesia, Mu‘amalat Institut, Institut Manajemen Zakat (IMZ) dan sebagainya. 6

  Menarik untuk di analisis ekonomi Islam tidak hanya berbicara pada masalah normatif (bagaimana semestinya) juga berbicara tentang problema-problema ekonomi apa adanya (positif-empirik). Jadi jika dipertanyakan apakah ekonomi Islam sebagai ilmu yang normatif atau positif, jawabnya tentu kedua-duanya.

  Sementara itu, dalam bentuk praktek, ekonomi syari’ah telah berkembang dengan pesat seperti terlihat dengan menjamurnya lembaga perbankan dan lembaga keuangan syari’ah. Tercatat, sampai saat ini telah tumbuh dan berkembang lebih dari 200 lembaga perbankan dan keuangan syari’ah yang tersebar di 52 negara, baik negeri-negeri muslim maupun non muslim. Di Barat tercatat beberapa negara yang telah mengembangkan perbankan dan lembaga keuangan syari’ah, antara lain, United Kingdom, USA, Kanada, Luxemburg, Switzerland, Denmark, Swiss, Bahama, Caymand Island, Virgin Island, dll.

  Demikian juga di Indonesia telah lahir beberapa perbankan syari’ah seperti Bank Muamalat, Bank Syari’ah Mandiri, BRI Syari’ah, BNI Syari’ah, Bank IFI Syari’ah dan akan menyusul beberapa bank syari’ah lainnya. Selain itu, telah berkembang pula sekitar 85 BPR Syari’ah di seluruh Indonesia, Asuransi Takaful Syari’ah, Reksadana Syari’ah, Koperasi Syari’ah, Baitul Mal wat Tamwil, Koperasi Pesantren, danYayasan Dinar Dirham. Dalam bidang produksi dan distribusi, telah berkembang pula Multi level Marketing Syari’ah Ahad-Net Internasional yang telah memproduksi lebih dari lima ratus produk yang dibutuhkan masyarakat muslim.

  6 Agustianto, Percikan Pemikiran Ekonomi Islam: Respon terhadap Persoalan Ekonomi Kontemporer, Bandung: Cita Pustaka Media dan FKEBI, 2002, h. 24-27.

  DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS

  Sejalan dengan itu, para pengusaha muslim, baik secara individual maupun secara kolektif juga telah mengembangkan berbagai usaha yang sangat prospektif untuk memberdayakan ekonomi masyarakat.

  Dari fakta diatas keberatan kedua bisa dijawab bahwa ekonomi Islam itu sebenarnya telah aktual dan dipraktekkan di berbagai negara kendatipun dalam bentuk yang belum utuh. Umumnya praktek ekonomi Islam dilakukan masih berkutat dalam institusi perbankan dan lembaga keuangan non bank. Jadi harus jujur diakui belum ada negara Islam di dunia ini yang benar-benar mempraktekkan ekonomi Islam tersebut secara sempurna. Selanjutnya tentu belum ada pula sebuah negara yang benar-benar telah dan berhasil mempraktekkan ekonomi Islam?. Paling-paling hanya beberapa institusi saja yang mempraktekkan ekonomi Syari‘ah seperti perbankan dan asuransi, itupun keberhasilannya belum terlalu signifikan lebih-lebih jika dibandingkan dengan perbankan konvensional. Kendatipun perbankan Syari‘ah telah berhasil menunjukkan ketangguhannya pada waktu krisis moneter berlangsung, namun sampai detik ini bank Syari‘ah itu masih berada di papan bawah. Hal ini sebenarnya tak boleh terjadi mengingat jumlah umat Islam Indonesia yang mayoritas.

  Jujur harus diakui, Kendatipun secara faktual sampai saat ini, ekonomi Islam belum dapat diandalkan apa lagi diharapkan sebagai sistem alternatif dalam rangka recovery ekonomi Indonesia dalam waktu yang singkat, namun setidaknya kita bisa menaruh harapan besar mengingat perkembangannya yang cukup menggembirakan dari masa ke masa. Kita butuh setengah abad bahkan lebih untuk membuktikan ketangguhan ekonomi Islam.

  Pada sisi lain, saat ini tidak ada sebuah negara yang benar-benar murni dan konsisten dalam mempraktekkan sebuah sistem ekonomi. Yang ada hanyalah sistem ekonomi campuran yang mengambil kebaikan- kebaikan yang ada pada sistem kapitalis dengan kebaikan-kebaikan yang ada pada sistem sosialis dan berusaha membuang atau meminimalkan keburukan-keburukan yang ditimbulkannya. Sampai di sini apabila sistem ekonomi Islam itu mampu memberikan kontribusinya dalam bagian- bagian tertentu misalnya dalam aspek perbankan atau dalam aspek konsumsi maka hal ini harus dipandang sebagai sebuah keberhasilan. Dengan demikian persoalan ketiga bisa dijawab bahwa ekonomi Islam itu tidak saja sebagai sebuah ilmu tetapi juga merupakan sebuah sistem.