Wakaf Uang: Sebuah Harahapan Baru.

2. Wakaf Uang: Sebuah Harahapan Baru.

  Ketika Nabi Muhammad SAW sampai di Yastrib, lebih kurang 1435 tahun yang lalu, ternyata Nabi tidak berdiam diri. Di saat usianya yang beranjak tua, 53 tahun, Nabi membuat perencanaan strategis. Di saat

  DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS

  semua penduduk Madinah menawarkan rumahnya untuk didiami Nabi, Ia memilih sendiri tempat di mana ia harus tinggal. Ketika kaum anshar menyiapkan segala keperluan material nabi, sandang, papan dan pangan,

  Nabi yang mulai itu memilih untuk mencari pasar (suq). 8 Nabi sesungguhnya

  ingin menegaskan bahwa, hijrah bukan berdiam diri. Hijrah tidak sekedar menangis dan bermuhasabah. Hijrah adalah bekerja. Dalam bahasa Al-Qur’an disebut dengan jihad.

  Jika dirumuskan, ketika Nabi hijrah, yang dilakukannya adalah; Pertama, membangun visi. Caranya dengan merubah Yastrib (semua nama pendiri kota Yasrib) menjadi Madinah (peradaban). Kedua, Rasul membangun masjid yang telah diawali dengan meletakkan fondasi masjid Quba. Selanjutnya membangun Masjid Nabawi. Ketiga, membangun persaudaraan yang abadi antara anshar dan muhajirin. Keempat, Membangun ekonomi dengan menggerakkan entrepreneurship orang Makkah dengan cara terjun ke pasar. Kelima, membangun konsensus dengan orang Yahudi, Nasrani dan kelompok lainnya dalam sebuah piagam yang disebut mistaq al-Madinah. Intinya, kerja-kerja yang dilakukan Nabi adalah sesuatu yang konkrit dan strategis.

  Jika saat ini kita sudah berada di tahun baru Islam 1435 H, apa yang sudah kita rencanakan ? Program apa yang telah kita susun setidaknya satu tahun ke depan. Strategi apa yang kita persiapkan untuk membangun Islam dan ummatnya ? Saya khawatir jangan-jangan umat ini telah kehilangan visi ? Bahkan mungkin juga kita tidak memiliki kemampuan untuk merumuskan visi besar tersebut ?.

  Saya menawarkan pemikiran untuk menjadikan tahun baru Islam

  8 Al-Qur’an menginformasikan salah satu keheranan orang Yahudi tentang keberadaan Nabi yang sering keluar masuk pasar. Di dalam QS. Al-Furqan ayat

  7 Allah SWT berfirman, Dan Mereka berkata, Mengapa Rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar ? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang Malaikat, agar Malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia. Selanjutnya pada QS. Al-Furqan ayat 20 Allah kembali menegaskan bahwa: “Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh-sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. maukah kamu bersabar, dan adalah Tuhanmu maha melihat. Penjelasan lebih lanjut tentang Rasul dan Pasar dapat dilihat, Amiur Nuruddin, Ekonomi Syariah; Menepis Badai Krisis dalam Semangat Kerakyatan, Bandung: 2009.

  202 DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS 1435 H sebagai tahun wakaf uang ?. Ada beberapa alasan yang dapat

  dijadikan dasar pijakan mengapa gagasan ini penting. Pertama, problem klasik yang masih membelit umat Islam; kebodohan dan kemiskinan. Kedua, posisi pengusaha kecil dan menengah yang sangat lemah dan sulit untuk mendapatkan akses permodalan. Ketiga, Potensi wakaf uang yang sebenarnya sangat besar jika dikelola dengan baik, transparan, akuntabel dan produktif.

  Penting dicatat, mengapa uang ini menjadi sangat perlu untuk digerakkan. Alasan yang paling utama adalah, wakaf benda tidak bergerak, bagaimanapun juga sangat terbatas tidak saja materinya tetapi juga orang-orang yang memilikinya. Tegasnya, wakaf harta seperti tanah misalnya, hanya dapat dilakukan oleh segelintir orang yang memiliki kemampuan sangat berlebih dan mempunyai kesadaran berwakaf. Sehingga seringkali wakaf jenis ini menjadi amalan yang sangat elitis atau amalan khusus orang-orang yang kaya saja.

  Memang jika ditinjau dari segi hukum ada perbedaan dikalangan ulama tentang wakaf uang. Namun yang jelas, wakaf dalam bentuk uang tunai diperbolehkan sesuai dengan fatwa Imam az-Zuhri, dan dalam prakteknya juga sudah dilaksanakan oleh ummat Islam. Jika kita perhatikan sumber-sumber ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan as- Sunnah tidak dijumpai larangan wakaf uang tunai. Di dalam fiqh Mu’amalah (Wakaf ditempatkan di dalam rubu’ Mu’amalah) tidak adanya nash yang melarangan itu artinya dibolehkan. Sebenarnya sebab perbedaan (sabab al-khilaf) adalah perbedaan pendapat tentang ‘tafsir” ucapan Rasulullah Saw kepada Umar ibn al-Khaththab yang mengatakan, “Kalau kamu berkenan, tahan pokoknya dan sedekahkan hasilnya. Dari “tahan pokoknya” itulah difahami harta wakaf harus materialnya tetap. Menurut Prof. Yasir Nasution, Fatwa Imam az-Zuhri agaknya lebih mudah difahami apabila “pokok” di sini tidak berarti material, tetapi bermakna substansi, karena uang juga mempunyai substansi yang relatif tetap. 9

  M. Yasir Nasution, Kehidupan Bersendi Keadilan, h. 2-10. Bandingkan dengan Departemen Agama RI, Wakaf Tunai dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta: Depag RI, 2005, h. 94-103.

  DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS

  Belajar dari Koin Prita. 10

  Sampai artikel ini ditulis, informasi dari TV menyatakan, koin prita telah menembus angka Rp. 600.000.000,- . Angka ini sesungguhnya melampaui dari jumlah denda yang diminta R.S Omni Internasional. Angka 600 juta tentu biasa apa lagi bagi seorang konglomerat hitam atau “tukang korupsi” uang negara. Namun angka itu menjadi fantastis, setidaknya disebabkan dua hal. Pertama, angka 600 juta berasal dari koin mulai dari koin terkecil sampai yang terbesar. Tidaklah mengherankan jika untuk mengangkutnya saja dibutuhkan satu mobil box. Kedua, uang tersebut berasal dari masyarakat yang peduli dengan nasib Prita. Mulai dari pejabat, artis, orang biasa sampai anak-anak, dengan rela hati menyerahkan tabungannya.

  Beranjak dari fenomena koin Prita saya menyimpulkan, ternyata rakyat Indonesia ini sangat pemurah, mudah tersentuh dan memiliki tradisi berbagi yang cukup tinggi. Modal sosial inilah sesungguhnya yang harus dimanfaatkan dalam konteks pengembangan wakaf uang. Bahkan lebih dari itu, yang paling menarik bagi saya ada spontanitas di sana. Bukankah untuk mengumpulkan koin Prita tidak membutuhkan prosedur yang ribet. Siapa saja bisa datang ke Posko lalu menyerahkan uangnya. Ada kepercayaan yang tinggi terhadap pengelola koin Pritan.

  Jika seorang Prita yang dari segi kehidupan ekonomi tergolong menengah (jika miskin mana mungkin Prita ke Omni dan punya jaringan internet), ketika ditimpa musibah kita mudah tersentuh, apa lagi melihat saudara-saudara kita yang kelaparan, tidak memperoleh pendidikan yang layak, terasing dan tertindas, tentulah kita akan lebih tersentuh lagi. Masalahnya adalah bagaimana menggerakkan potensi besar ini menjadi sebuah gerakan pemberdayaan.

  10 Peristiwa Koin Prita ini hemat penulis menarik untuk dicermati. Semangat koin Prita sejatinya dapat dijadikan dasar dalam rangka penggalangan wakaf

  produktif. Tidak terbayangkan jika setiap minggu atau bulan umat Islam bersepakat untuk melakukan penggalangan wakaf produktif, tidak terhitung berapa dana umat yang bisa dikumpul dan diberdayakan. Tentu saja yang paling penting adalah bagaimana membangun kepercayaan antara umat dengan lembaga pengelola. Hal yang sesungguhnya mudah ini menjadi sulit karena kita hampir saja kehilangan kepercayaan terhadap lembaga-lembaga pengelola uang umat. Membangkitkan kepercayaan ini mutlak untuk mengembangkan wakaf produktif tersebut.

  204 DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS

  Gagasan wakaf uang bukanlah sesuatu yang turun begitu saja dari langit. Ada bukti empiris yang layak dijadikan contoh. Bangladesh adalah negara yang diklaim terbelakang, namun berhasil menerapkan wakaf uang lewat sertifikat wakaf tunai. Setidaknya menurut M. A. Mannan ada beberapa manfaat yang dapat diraih melalui sertifikat wakaf tunai ini. Pertama, Wakaf Tunai dapat merubah kebiasaan lama di mana kesempatan berwakaf hanya untuk orang-orang kaya saja. Meminjam bahasa Dawam Rahardjo, kesempatan untuk mendapatkan “kapling tanah” di surga bukan hanya milik Konglemerat saja tetapi dapat dimiliki setiap umat Islam melalui wakaf uang. Kedua, Wakaf tunai dapat berperan sebagai supplemen bagi pendanaan berbagai macam proyek investasi sosial yang dikelola oleh bank-bank Islam sehingga pada gilirannya dapat berubah menjadi Bank Wakf.

  Di samping keuntungan yang disebut M.A. Mannan di atas, manfaat lain dari wakaf uang adalah adanya keleluasaan dalam penggunaan wakaf uang dan tentu saja dapat disesuaikan dengan kebutuhan real ummat. Tentu saja syarat yang tak boleh dilanggar adalah sifat keabadian status tetap menjadi karakteristik wakaf yang tidak dapat diubah.

  Dalam upaya pengumpulan wakaf uang ini, ada banyak program yang dapat ditawarkan. Misalnya, kita dapat memulainya dengan gerakan Rp. 1000,- untuk kebangkitan umat. Syukur-syukur bisa Rp. 5.000- Rp. 10.000,-. Kita hanya perlu untuk membentuk simpul atau kluster wakaf uang di titik-titik strategis di Kota Medan atau Sumut. Dana-dana ini selanjutnya dikumpulkan oleh sebuah lembaga wakaf yang terpercaya untuk selanjutnya diinvestasikan ke Bank Syari’ah. Dari bagi hasil tersebut, nantinya diharapkan pemberdayaan ekonomi Umat bisa digerakkan. Dananya tetap abadi dan hasilnya terus menerus dapat diberdayakan. 11

  Jika mengumpulkan uang kertas terasa berat, walaupun kertasnya ringan, kita bisa melakukannya dengan mengumpulkan koin wakaf untuk Ummat. Persoalan besarnya, adalah kita mau atau tidak. Sesuatu yang kelihatan kecil, hanya sebuah koin, namun jika dilakukan dengan massal, maka ia akan menjadi besar. Sebaliknya sesuatu yang besar (seperti jumlah umat ini) namun tidak melakukan apapun, maka tetap saja kecil di mata umat lain.

  11 Mustafa Edwin, “Wakaf Tunai”, h. 111.

  DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS