Wakaf Uang: Sebuah Harahapan Baru.

201 DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS semua penduduk Madinah menawarkan rumahnya untuk didiami Nabi, Ia memilih sendiri tempat di mana ia harus tinggal. Ketika kaum anshar menyiapkan segala keperluan material nabi, sandang, papan dan pangan, Nabi yang mulai itu memilih untuk mencari pasar suq. 8 Nabi sesungguhnya ingin menegaskan bahwa, hijrah bukan berdiam diri. Hijrah tidak sekedar menangis dan bermuhasabah. Hijrah adalah bekerja. Dalam bahasa Al-Qur’an disebut dengan jihad. Jika dirumuskan, ketika Nabi hijrah, yang dilakukannya adalah; Pertama, membangun visi. Caranya dengan merubah Yastrib semua nama pendiri kota Yasrib menjadi Madinah peradaban. Kedua, Rasul membangun masjid yang telah diawali dengan meletakkan fondasi masjid Quba. Selanjutnya membangun Masjid Nabawi. Ketiga, membangun persaudaraan yang abadi antara anshar dan muhajirin. Keempat, Membangun ekonomi dengan menggerakkan entrepreneurship orang Makkah dengan cara terjun ke pasar. Kelima, membangun konsensus dengan orang Yahudi, Nasrani dan kelompok lainnya dalam sebuah piagam yang disebut mistaq al-Madinah. Intinya, kerja-kerja yang dilakukan Nabi adalah sesuatu yang konkrit dan strategis. Jika saat ini kita sudah berada di tahun baru Islam 1435 H, apa yang sudah kita rencanakan ? Program apa yang telah kita susun setidaknya satu tahun ke depan. Strategi apa yang kita persiapkan untuk membangun Islam dan ummatnya ? Saya khawatir jangan-jangan umat ini telah kehilangan visi ? Bahkan mungkin juga kita tidak memiliki kemampuan untuk merumuskan visi besar tersebut ?. Saya menawarkan pemikiran untuk menjadikan tahun baru Islam 8 Al-Qur’an menginformasikan salah satu keheranan orang Yahudi tentang keberadaan Nabi yang sering keluar masuk pasar. Di dalam QS. Al-Furqan ayat 7 Allah SWT berfirman, Dan Mereka berkata, Mengapa Rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar ? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang Malaikat, agar Malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia. Selanjutnya pada QS. Al-Furqan ayat 20 Allah kembali menegaskan bahwa: “Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh-sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. maukah kamu bersabar, dan adalah Tuhanmu maha melihat. Penjelasan lebih lanjut tentang Rasul dan Pasar dapat dilihat, Amiur Nuruddin, Ekonomi Syariah; Menepis Badai Krisis dalam Semangat Kerakyatan, Bandung: 2009. 202 DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS 1435 H sebagai tahun wakaf uang ?. Ada beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar pijakan mengapa gagasan ini penting. Pertama, problem klasik yang masih membelit umat Islam; kebodohan dan kemiskinan. Kedua, posisi pengusaha kecil dan menengah yang sangat lemah dan sulit untuk mendapatkan akses permodalan. Ketiga, Potensi wakaf uang yang sebenarnya sangat besar jika dikelola dengan baik, transparan, akuntabel dan produktif. Penting dicatat, mengapa uang ini menjadi sangat perlu untuk digerakkan. Alasan yang paling utama adalah, wakaf benda tidak bergerak, bagaimanapun juga sangat terbatas tidak saja materinya tetapi juga orang-orang yang memilikinya. Tegasnya, wakaf harta seperti tanah misalnya, hanya dapat dilakukan oleh segelintir orang yang memiliki kemampuan sangat berlebih dan mempunyai kesadaran berwakaf. Sehingga seringkali wakaf jenis ini menjadi amalan yang sangat elitis atau amalan khusus orang-orang yang kaya saja. Memang jika ditinjau dari segi hukum ada perbedaan dikalangan ulama tentang wakaf uang. Namun yang jelas, wakaf dalam bentuk uang tunai diperbolehkan sesuai dengan fatwa Imam az-Zuhri, dan dalam prakteknya juga sudah dilaksanakan oleh ummat Islam. Jika kita perhatikan sumber-sumber ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan as- Sunnah tidak dijumpai larangan wakaf uang tunai. Di dalam fiqh Mu’amalah Wakaf ditempatkan di dalam rubu’ Mu’amalah tidak adanya nash yang melarangan itu artinya dibolehkan. Sebenarnya sebab perbedaan sabab al-khilaf adalah perbedaan pendapat tentang ‘tafsir” ucapan Rasulullah Saw kepada Umar ibn al-Khaththab yang mengatakan, “Kalau kamu berkenan, tahan pokoknya dan sedekahkan hasilnya. Dari “tahan pokoknya” itulah difahami harta wakaf harus materialnya tetap. Menurut Prof. Yasir Nasution, Fatwa Imam az-Zuhri agaknya lebih mudah difahami apabila “pokok” di sini tidak berarti material, tetapi bermakna substansi, karena uang juga mempunyai substansi yang relatif tetap. 9 9 M. Yasir Nasution, Kehidupan Bersendi Keadilan, h. 2-10. Bandingkan dengan Departemen Agama RI, Wakaf Tunai dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta: Depag RI, 2005, h. 94-103. 203 DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS Belajar dari Koin Prita. 10 Sampai artikel ini ditulis, informasi dari TV menyatakan, koin prita telah menembus angka Rp. 600.000.000,- . Angka ini sesungguhnya melampaui dari jumlah denda yang diminta R.S Omni Internasional. Angka 600 juta tentu biasa apa lagi bagi seorang konglomerat hitam atau “tukang korupsi” uang negara. Namun angka itu menjadi fantastis, setidaknya disebabkan dua hal. Pertama, angka 600 juta berasal dari koin mulai dari koin terkecil sampai yang terbesar. Tidaklah mengherankan jika untuk mengangkutnya saja dibutuhkan satu mobil box. Kedua, uang tersebut berasal dari masyarakat yang peduli dengan nasib Prita. Mulai dari pejabat, artis, orang biasa sampai anak-anak, dengan rela hati menyerahkan tabungannya. Beranjak dari fenomena koin Prita saya menyimpulkan, ternyata rakyat Indonesia ini sangat pemurah, mudah tersentuh dan memiliki tradisi berbagi yang cukup tinggi. Modal sosial inilah sesungguhnya yang harus dimanfaatkan dalam konteks pengembangan wakaf uang. Bahkan lebih dari itu, yang paling menarik bagi saya ada spontanitas di sana. Bukankah untuk mengumpulkan koin Prita tidak membutuhkan prosedur yang ribet. Siapa saja bisa datang ke Posko lalu menyerahkan uangnya. Ada kepercayaan yang tinggi terhadap pengelola koin Pritan. Jika seorang Prita yang dari segi kehidupan ekonomi tergolong menengah jika miskin mana mungkin Prita ke Omni dan punya jaringan internet, ketika ditimpa musibah kita mudah tersentuh, apa lagi melihat saudara-saudara kita yang kelaparan, tidak memperoleh pendidikan yang layak, terasing dan tertindas, tentulah kita akan lebih tersentuh lagi. Masalahnya adalah bagaimana menggerakkan potensi besar ini menjadi sebuah gerakan pemberdayaan. 10 Peristiwa Koin Prita ini hemat penulis menarik untuk dicermati. Semangat koin Prita sejatinya dapat dijadikan dasar dalam rangka penggalangan wakaf produktif. Tidak terbayangkan jika setiap minggu atau bulan umat Islam bersepakat untuk melakukan penggalangan wakaf produktif, tidak terhitung berapa dana umat yang bisa dikumpul dan diberdayakan. Tentu saja yang paling penting adalah bagaimana membangun kepercayaan antara umat dengan lembaga pengelola. Hal yang sesungguhnya mudah ini menjadi sulit karena kita hampir saja kehilangan kepercayaan terhadap lembaga-lembaga pengelola uang umat. Membangkitkan kepercayaan ini mutlak untuk mengembangkan wakaf produktif tersebut. 204 DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS Gagasan wakaf uang bukanlah sesuatu yang turun begitu saja dari langit. Ada bukti empiris yang layak dijadikan contoh. Bangladesh adalah negara yang diklaim terbelakang, namun berhasil menerapkan wakaf uang lewat sertifikat wakaf tunai. Setidaknya menurut M. A. Mannan ada beberapa manfaat yang dapat diraih melalui sertifikat wakaf tunai ini. Pertama, Wakaf Tunai dapat merubah kebiasaan lama di mana kesempatan berwakaf hanya untuk orang-orang kaya saja. Meminjam bahasa Dawam Rahardjo, kesempatan untuk mendapatkan “kapling tanah” di surga bukan hanya milik Konglemerat saja tetapi dapat dimiliki setiap umat Islam melalui wakaf uang. Kedua, Wakaf tunai dapat berperan sebagai supplemen bagi pendanaan berbagai macam proyek investasi sosial yang dikelola oleh bank-bank Islam sehingga pada gilirannya dapat berubah menjadi Bank Wakf. Di samping keuntungan yang disebut M.A. Mannan di atas, manfaat lain dari wakaf uang adalah adanya keleluasaan dalam penggunaan wakaf uang dan tentu saja dapat disesuaikan dengan kebutuhan real ummat. Tentu saja syarat yang tak boleh dilanggar adalah sifat keabadian status tetap menjadi karakteristik wakaf yang tidak dapat diubah. Dalam upaya pengumpulan wakaf uang ini, ada banyak program yang dapat ditawarkan. Misalnya, kita dapat memulainya dengan gerakan Rp. 1000,- untuk kebangkitan umat. Syukur-syukur bisa Rp. 5.000- Rp. 10.000,-. Kita hanya perlu untuk membentuk simpul atau kluster wakaf uang di titik-titik strategis di Kota Medan atau Sumut. Dana-dana ini selanjutnya dikumpulkan oleh sebuah lembaga wakaf yang terpercaya untuk selanjutnya diinvestasikan ke Bank Syari’ah. Dari bagi hasil tersebut, nantinya diharapkan pemberdayaan ekonomi Umat bisa digerakkan. Dananya tetap abadi dan hasilnya terus menerus dapat diberdayakan. 11 Jika mengumpulkan uang kertas terasa berat, walaupun kertasnya ringan, kita bisa melakukannya dengan mengumpulkan koin wakaf untuk Ummat. Persoalan besarnya, adalah kita mau atau tidak. Sesuatu yang kelihatan kecil, hanya sebuah koin, namun jika dilakukan dengan massal, maka ia akan menjadi besar. Sebaliknya sesuatu yang besar seperti jumlah umat ini namun tidak melakukan apapun, maka tetap saja kecil di mata umat lain. 11 Mustafa Edwin, “Wakaf Tunai”, h. 111. 205 DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS

3. Wakaf Tunai Dalam UU. No 41 Tahun 2004

Beberapa tahun belakangan berkembang sebuah wacana yang cukup menarik, yaitu wakaf tunai. Alasan yang paling utama mengapa wakaf tunai uang ini terus disosialisasikan adalah karena wakaf benda tidak bergerak, bagaimanapun juga sangat terbatas. Wakaf jenis ini hanya dapat dilaksanakan oleh segelintir orang yang memiliki kemampuan sangat berlebih dan mempunyai kesadaran berwakaf yang tinggi. Akhirnya, seringkali wakaf jenis ini menjadi amalan yang sangat elitis atau amalah khusus orang-orang yang sangat kaya saja. Sedangkan orang yang ekonominya biasa-biasa tidak dapat berwakaf. Pada hal jumlah muslim yang kehidupannya biasa-biasa ekonomi kecil dan menengah jauh lebih besar dibanding dengan konglomerat-konglomerat muslim. Tentu saja jika ini dimanfaatkan maka potensi dana umat sangat besar. Perspektif Fikih Berbeda dengan wakaf benda tidak bergerak, tampaknya wakaf uang tidak diperbincangkan secara luas di dalam kitab-kitab fikih klasik. Hal ini bisa dipahami, wakaf uang di dalam fikih merupakan sesuatu yang diperdebatkan. Dengan menggunakan tinjauan sosiologis, bisa dipahami karena fikih wakaf dirumuskan pada masyarakat agraris, bukan pada masyarakat industri atau jasa. Di samping itu, contoh yang sering dirujuk ketika menjelaskan tentang wakaf adalah prilaku Umar r.a dengan tanah khaibarnya. Lengkaplah sudah bahwa wakaf hanya benda yang tidak bergerak, yang abadi dan tidak sirna. Akibat tidak dibicarakannya wakaf uang pada masa-masa awal Islam, umat Islampun akhirnya terlambat mengenal jenis wakaf ini. Oleh sebab itu, adalah absah jika penulis menduga tidak berkembangnya wakaf uang di Indonesia agaknya didasarkan pada pemahaman mayoritas umat Islam Indonesia yang masih menganut mazhab Syafi‘i. Sebagaimana yang telah penulis kemukakan di atas, bolehnya wakaf uang adalah berdasarkan pendapat Muhammad Ibn Abdullah Al-Anshari murid Zufar sahabatnya Abu Hanifah. Beliau disebut-sebut sebagai ulama yang membolehkan wakaf dalam bentuk uang kontan; dinar dan dirham, Ulama-ulama saat itu yang mendengar pendapat Al- Anshari bertanya, apa yang kita lakukan dengan dana cash dirham ? 206 DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS Al-Anshari menjawab, “kita investasikan dana itu dengan cara mudharabah, dan labanya kita sedekahkan. Ada juga pakar wakaf yang mendasarkan kebolehan wakaf uang ini kepada Imam Az-Zuhri. Perspektif Undang-undang Kendatipun umat Islam Indonesia mayoritas bermazhab Syafi’i, tampaknya dalam hal wakaf uang ini, ulama dan pemikir-pemikir ekonomi Islam memilih pendapat yang membolehkan wakaf uang. Setidaknya inilah yang tercermin di dalam undang-undang No 41 tahun 2004. Pada Bagian Keenam tentang harta benda wakaf pasal 16 ayat 1 dijelaskan bahwa, harta benda wakaf terdiri dari : a, benda tidak bergerak. B. benda bergerak. Selanjutnya pada ayat 3 dinyatakan bahwa: Benda bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 hurup b adalah harta benda yang tidak dapat habis karena dikosumsi, meliputi: a. uang, b. logam mulia, c. Surat berharga, d. Kendaraan, e. Hak atas kekayaan intelektual. F. hak sewa dan, g. benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syari’ah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Klausul di atas dapat dijadikan dalil akan kebolehan wakaf uang. Dengan menggunakan kaedah fikih, keputusan hakim menyelesaikan perbedaan hukm al-hakim yarfa’u al-khilaf. Maksudnya, dengan diundang- kannya masalah wakaf uang, khilaf antara yang membolehkan wakaf uang dan kelompok yang tidak membolehkannya menjadi tidak relevan lagi. Pada bagian kesepuluh tentang “wakaf benda bergerak berupa uang” pasal 28 dijelaskan bahwa, wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga keuangan syari’ah yang ditunjuk oleh menteri agama. Selanjutnya pada pasal 29 ayat 2 dijelaskan bahwa, Wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diterbitkan dalam bentuk sertifikat wakaf uang. Dari beberapa pasal di atas ada beberapa hal yang menarik untuk dicermati. Pertama, wakaf uang tampaknya hanya boleh dilakukan melalui lembaga keuangan syari’ah sebagai pihak yang diberi kewenangan untuk mengelola wakaf uang. Alasan yang sering dikemukakan adalah bank