Gaya Hidup Halalan Thayyiban
1. Gaya Hidup Halalan Thayyiban
M kebutuhan hidupnya- dan bagaimana pula negara melindungi rakyatnya,
emperbincangkan konsep halal lebih-lebih saat ini, merupakan hal yang sangat penting. Isu ini tidak saja berkaitan dengan persoalan perilaku konsumsi - bagaimana manusia memenuhi
tetapi sudah merambah pada wilayah politik. Isu-isu yang berkaitan dengan produk halal sepuluh tahun belakangan ini menyadarkan kita betapa persoalan halal ini sangat seksi bahkan sensitif jika ditarik ke wilayah politik. Bahkan lebih jauh dari itu, isu halal sudah menerobos pada wilayah dunia. Menembus sekat-sekat negara. Tidak saja menjadi kepedulian negara-negara Islam atau bangsa yang mayoritas muslim, tetapi juga perhatian serius negara-negara sekuler sekalipun. Sungguh isu halal memiliki keterkaitan dengan masalah peradaban suatu bangsa. Tegasnya, melihat peradaban satu bangsa di masa depan dapat dibaca bagaimana mereka mengkonsumsi (perilaku konsumen) dan apa yang mereka konsumsi saat ini.
Alasan yang lebih krusial mengapa wacana halal ini terus dikembangkan karena kita sedang berada di era yang disebut dengan post modernisme (Posmo). Pada era ini hampir tidak ada yang disebut kemapanan. Semuanya mengalami pembongkaran (dekonstruksi). Hal-hal yang sudah dipandang “selesai” bisa saja dibongkar dan ditata ulang. Kebenaran-kebenaran umum kembali dipertanyakan. Namun dalam konteks kajian ini, kaitan antara pola konsumsi masyarakat dengan posmo, sedikit berbeda. Pada era ini, apa yang disebut dengan keinginan atau kebutuhan telah menjadi sesuatu yang baur, cair, tidak jelas dan makin sulit dibedakan satu dengan yang lain. Ketika gengsi masyarakat lebih mengedepan,
DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS
berbelanja menjadi sebuah gaya hidup, berbagai fasilitas perbelanjaan tumbuh pesat di berbagai sudut kota, penggunaan kartu kredit makin masif yang pada gilirannya melahirkan masyarakat konsumen, maka belanja dan mengkonsumsi mengalami pergeseran makna. 1
Pada era tersebut, masyarakat berbelanja bukan lagi karena suatu kebutuhan. Manusia berbelanja bukan karena nilai atau kemanfa’atannya. Bukan pula karena ia didesak oleh kebutuhan atau hajat hidupnya. Ia berbelanja karena gaya hidup (life style), demi sebuah citra yang diarahkan dan dibentuk oleh cara berpikir masyarakat konsumer yang acap kali telah terhegemoni oleh pengaruh iklan dan mode lewat televisi, tayangan infotainment, majalah fashion, gaya hidup selebritas, dan berbagai bentuk
industri budaya populer lainnyua. 2 Tanpa di sadari masyarakat oleh
berbagai media dan cara, diarahkan dan dimobilisir untuk mengkonsumsi sesuatu yang sesungguhnya tidak selamanya ia butuhkan.
Dalam konteks masyarakat yang demikian, bisa jadi persoalan halal tidak lagi menjadi penting. Setidaknya, isu halal bukanlah suatu yang krusial. Bisa saja dalam konteks makanan, mereka masih kuat berpegang pada nilai-nilai syari’ah. Namun di luar itu, apakah obat-obatan atau kosmetika, isu halal menjadi tidak relevan. Tidak itu saja, para era posmo, sebaliknya mungkin saja masyarakat sangat peduli dengan persoalan halal dan haram. Namun kepedulian ini tidak lagi didasarkan pada nilai-nilai intrinsik-substantif. Bukan karena mematuhi ayat-ayat Allah. Lagi-lagi yang menjadi alasan adalah gaya hidup. Sebut saja misalnya gaya hidup halal. Orang ingin membangun citra dirinya sebagai sosok yang peduli pada persoalan halal dan haram. Sampai di sini, pertanyaannya adalah apakah pola hidup seperti ini dibenarkan pula oleh syari’at ?.
Penulis ingin mengajukan sebuah pertanyaan yang menggelitik. Apakah setelah kita memasuki era posmodernisme di mana manusia memiliki perilaku konsumen yang berbeda dari era-era sebelumnya, konsep halal dan haram kita tidak berubah? Bagaimana opini kita terhadap seseorang yang hobi berbelanja (gaya hidup) namun memiliki komitmen tinggi terhadap persoalan halal-haram. Ia hanya mau membeli barang-
1 Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post Modernisme, Jakarta: Kencana, 2013, h. 105-124.
Parts
» DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS
» Spiritualitas dan Etika: Kebutuhan Baru Bisnis Modern
» Meniru Allah yang Al-Mughni dan Al-Ghaniy
» Etika Bisnis dan The Corporate Mystic
» Merasakan Kehadiran Tuhan dalam Aktivitas Bisnis
» Merengguk Kehidupan yang Berkah
» Pemasaran Berbasis Spiritual TASAWUF, SPIRITUALITAS
» Mempertanyakan Spiritualitas para Bankir
» DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS Kata yang sesungguhnya memiliki arti yang kaya dimaknai menjadi
» Meniru Allah yang ARTIKULASI NILAI SPIRITUALITAS
» DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS menolong dan berkasih-sayang. Bukan sebaliknya saling menghisap
» Merengguk Kehidupan yang Berkah
» Menjadi Pribadi Produktif: Bercermin Kepada Nabi
» Menjadi Pribadi Produktif: Bercermin Kepada Nabi Daud As
» DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS Nabi Daud As lahir di Bait Lahem Palestina sekitar 1085 SM dan
» Pesan Moral-Spiritual Al-Qur’an dalam Kehidupan Ekonomi
» DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS terhadap manusia yang seperti inilah yang memungkinkan keadilan
» Model Pengembangan Harta Yang Di Larang.
» Model Pengembangan Harta Yang Di Larang. 1
» Menimbun MEMBANGUN SIKAP POSITIF
» Menimbun (Al-Ihtikar) BBM: Absennya Etika
» Etika Konsumsi MEMBANGUN SIKAP POSITIF
» DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS Menurut Adiwarman A Karim, monopoli tidak identik dengan
» Konsep Perdagangan Dalam Islam
» Gaya Hidup TREND BARU KONSUMEN:
» Gaya Hidup Halalan Thayyiban
» Hati-hati Dengan Label Syari’ah
» Mewaspadai Investasi TREND BARU KONSUMEN:
» Hakikat Ekonomi Islam EKONOMI ISLAM:
» DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS Setelah mencermati ayat-ayat Al-Qur’an, kata tahyyib ternyata
» Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Umat
» Homoeconomic VS Homoislamicus EKONOMI ISLAM:
» Meneguhkan Keilmuan Ekonomi Islam
» Menghempang Budaya Konsurisme Lewat Puasa
» Ledakan Penduduk dan Kesiapan Bumi Kita
» Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Umat
» Perumahan Syari’ah, Mungkinkah ?
» DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS hukum. Tegasnya, ia ingin mengatakan manusia ekonomi itu adalah
» Meneguhkan Keilmuan Ekonomi Islam
» Riba, Bisnis tanpa Moralitas
» Riba Versus Bunga Bank, Samakah?
» Menghempang Budaya Konsurisme Lewat Puasa
» Nelayan, Kemiskinan Struktural dan BPR- Syari’ah
» Ledakan Penduduk dan Kesiapan Bumi Kita
» Peranan Ulama dan Akademisi Dalam Pengembangan Bank Syari‘ah
» Perumahan Syari’ah, Mungkinkah ?
» Bank Syari‘ah Tanpa Spirit ?
» Bank Syari’ah: Asing di Rumah Sendiri
» Riba Versus Bunga Bank, Samakah?
» Bank Syari’ah sebagai Solusi Krisis Ekonomi?
» Bank Syari’ah sebagai Solusi Krisis Ekonomi?
» Dari Teoritis ke Ranah Praktis
» Dari Teoritis ke Ranah Praktis
» Filantropi Islam, Potensi Yang Terabaikan
» Filantropi Islam, Potensi Yang Terabaikan
» Zakat Dan Masalah Kepercayaan Umat
» Zakat Dan Masalah Kepercayaan Umat
» Zakat Dan Kemiskinan MENGGALI POTENSI EKONOMI UMAT
» Fikih Prioritas dan Peradaban Zakat
» Fikih Prioritas dan Peradaban Zakat
» Zakat Profesi dan Kepedulian Kaum Profesional.
» Zakat Profesi dan Kepedulian Kaum Profesional.
» Zakat dan Pameran Kemiskinan.
» Zakat dan Pameran Kemiskinan.
» Wakaf Produktif: Fase Baru Ekonomi Islam
» Wakaf Produktif: Fase Baru Ekonomi Islam
» Wakaf Uang: Sebuah Harahapan Baru.
» Wakaf Uang: Sebuah Harahapan Baru.
» Wakaf Tunai Dalam UU. No 41 Tahun 2004
» Wakaf Tunai Dalam UU. No 41 Tahun 2004
» Wakaf Tunai dan Kesejahteraan Umat
» Wakaf Tunai dan Kesejahteraan Umat
» Menggagas Infaq Produktif SAATNYA MENGEMBANGKAN
» Bangkitnya Semangat Filantropi Islam
» Bangkitnya Semangat Filantropi Islam
» Etos Wakaf ; Ketakwaan dan Kesejahteraan Umat
» Etos Wakaf ; Ketakwaan dan Kesejahteraan Umat
» Nazhir Wakaf Dalam UU No 41 Tahun 2004
» Nazhir Wakaf Dalam UU No 41 Tahun 2004
» Eksistensi Nazhir Wakaf Dalam Fikih
» Eksistensi Nazhir Wakaf Dalam Fikih
» Pendidikan Tinggi Ekonomi Islam: Proses yang Belum Selesai
» Ketersediaan SDI Ekonomi Syari’ah
» Ketersediaan SDI Ekonomi Syari’ah
» Kurikulum Integratif Sebagai Pembeda
» Sumber Daya Insani dan Era MEA
» Sumber Daya Insani dan Era MEA
» Melahirkan SDM Berbasis Syari’ah
» Melahirkan SDM Berbasis Syari’ah
» Kajian Islam IAIN.SU, dari Dikotomi ke Integrasi
» Kajian Islam IAIN.SU, dari Dikotomi ke Integrasi
» FEBI dan Kado Besar 40 Tahun IAIN.SU
» FEBI dan Kado Besar 40 Tahun IAIN.SU
» Ekonomi Islam, Ikhtiar Mewujudkan
» Ekonomi Islam, Ikhtiar Mewujudkan Human Falah
Show more