Ketersediaan SDI Ekonomi Syari’ah

236 DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS selama ini lembaga keuangan syari’ah khususnya perbankan syari’ah dikelola dan dijalankan oleh “muallaf-muallaf” yang baru belajar perbankan syari’ah. Dengan mengikuti pelatihan beberapa minggu sampai satu dua bulan, mereka langsung terjun payung bergelut dengan sistem perbankan syari’ah. Tidaklah mengherankan- untuk menyebut sekedar contoh- banyak karyawan perbankan syari’ah yang masih mempersamakan bunga bank dengan margin bahkan dengan nisbah bagi hasil itu sendiri. Hal ini disebabkan karena pendidikan yang instan tanpa didukung oleh pemahaman yang mendalam tentang nash dan filosofinya. Kehadiran “muallaf-muallaf” perbankan syari’ah itu tentu tidak dapat dipersalahkan. Kenyataannya, pada saat sistem perbankan syari’ah hadir di Indonesia sekitar tahun 1990-an, bangsa ini sesungguhnya tidak memiliki sumber daya insani yang benar-benar memahami dan terlatih dalam bidang perbankan syari’ah terlebih-lebih dalam bidang ekonomi Islam. Kalaupun ada ahli ekonomi Islam, kita hanya dapat menyebut beberapa nama semisal Muhammad Syafi’i Antonio dan Adiwarman Azwar Karim. Sebelumnya ada beberapa tokoh yang kerap menulis tentang ekonomi Islam semisal Dawam Rahardjo dan AM. Saefuddin. Agaknya, dari perspektif politik ekonomi Islam, yang penting pada saat itu orde baru adalah bagaimana lembaga perbankannya berdiri dulu, urusan siapa yang menjalankannya dan bagaimana operasionalnya dipikirkan belakangan. Pada saat itu sulit membayangkan Presiden Soeharto “mengizinkan” berdirinya lembaga perbankan syari’ah. Syukurlah kendati simbol yang dipakai tidak menggunakan nama Islam ataupun syari’ah, berdirinya bank bagi hasil itu diizinkan. Di sadari sepenuhnya, alotnya penamaan “bank Islam” tersebut karena masih adanya kelompok yang masih takut dan curiga pada Islam Islam phobia. Sampai di sini, peran Pak Harto dalam pendirian bank syari’ah tentu tidak dapat diabaikan begitu saja. Dengan kata lain, keberadaan muallaf perbankan syari’ah adalah “jalan pintas” untuk mengisi kekosongan sumber daya insani tersebut. Karena mereka pulalah, terlepas atas kelebihan dan kekurangannya, perbankan syari’ah bisa berjalan seperti yang kita saksikan saat ini. Hanya saja membiarkan mu’allaf perbankan syari’ah selamanya menjadi muallaf tentu tidak dapat dibenarkan. Sudah saatnya setelah dua dekade perjalanan perbankan syari’ah di Indonesia, institusi yang berjalan 237 DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS lambat tersebut dapat dikelola dan dijalankan oleh praktisi-praktisi perbankan syari’ah yang tangguh, cerdas, menguasai teori dan peraktik perbankan syari’ah dan tentu saja memiliki integritas moral akhlak yang tangguh. Bank Syari’ah tanpa akhlak etika bisnis maka semuanya menjadi binasa. Menyiapkan sumber daya Insani ekonomi syari’ah yang beriman, berakhlak, berilmu dan terampil adalah misi Program Studi Ekonomi Syari’ah Fak. Syari’ah IAIN.SU Medan yang saat ini usianya sudah mencapai sewindu 2002-2010. Sejak dibuka tahun 2002, prodi Ekonomi Syari’ah di samping Program DIII Manajemen Perbankan Syari’ah MPKS yang lebih dahulu hadir bahkan yang pertama di Indonesia, peminat prodi ini terus menerus mengalami peningkatan yang signifikan. Berawal dari peminat yang tidak sampai 100 orang untuk pertama kalinya di buka, saat ini peminat prodi Ekonomi Syari’ah menembus angka 800 pelamar setiap tahunnya. Umumnya mereka tersebar pada tiga konsentrasi, Ekonomi dan Perbankan Syari’ah, Ekonomi dan Manajemen Syari’ah dan Akuntansi dan Keuangan Syari’ah. Sayangnya minat pelamar yang cukup besar tersebut tidak didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di IAIN.SU. Pada tahun 2010, prodi Ekonomi Syari’ah hanya diperkenankan menerima mahasiswa sejumlah 120 orang tiga lokal 40 mahasiswa dengan tiga konsentrasi. Bayangkan betapa banyaknya pelamar potensial yang tidak memiliki kesempatan untuk kuliah di Prodi EKI. Tidak kalah menyedihkannya, lebih dari separoh pelamar sesungguhnya mereka yang lulus ditinjau dari sisi standard nilai kelulusan. Hanya saja karena porsi kouta yang tersedia hanya 120 kursi, maka diberlakukanlah sistem ranking. Artinya calon yang memperoleh nilai tertinggi dari urutan 1-120, merekalah yang berhak duduk di fak. Syari’ah. Di sinilah muncul dilemma. Pada satu sisi, kita membutuhkan sumber daya insani perbankan syari’ah khususnya dan ekonomi Islam yang cukup banyak. Pada sisi lain, kemampuan lembaga pendidikan tinggi seperti IAIN.SU sangat terbatas. Bayangkan, seperti apa yang dilaporkan oleh ICDIF LPPI Jakarta, pertumbuhan industri perbankan syari’ah dalam tiga tahun ke depan, diperkirakan mencapai angka 25-30 . Untuk memenuhi ketersediaan karyawan perbankan syari’ah, dibutuhkan 40 ribu orang tenaga kerja yang terampil dalam bidang perbankan 238 DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS syari’ah. Berangkat dari fenomena tersebut, mengharapkan program pendidikan regular untuk dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja tersebut - walaupun seluruh UIN, IAIN dan STAIN di tambah perguruan tinggi umum yang membuka program studi Ekonomi Islam – maka hal itu jauh panggan dari api. Setidaknya ada tiga kelompok pelamar yang memilih prodi EKI selama ini. Pertama, mereka yang berasal dari pesantren. Umumnya lulusan pesantren memiliki kelemahan pada ilmu-ilmu umum, seperti matematika. Kelebihannya mereka memiliki kemampuan bahasa Inggris dan Arab yang relative baik. Kedua, lulusan dari Madrasah Aliyah baik negeri ataupun swasta. Umumnya mereka memiliki sedikit kemampuan bahasa dan sedikit ilmu umum lainnya. Saya menyebutnya dengan “ilmu yang tanggung”. Kemampuan bahasanya tidak sebaik pesantren, ilmu umumnya tidak sebaik anak-anak yang berasal dari SMU. Ketiga, mereka yang berasal dari SMU baik negeri ataupun swasta yang jumlahnya relative banyak. Mereka menguasai ilmu-ilmu umum, seperti matematika, ilmu sosial plus bahasa Inggris tetapi tidak menguasai bahasa Arab apa lagi membaca kitab. Melalui program pendidikan dan pelatihan yang telah dicanangkan prodi, selama 4 tahun – 5 tahun 8 -10 semester, ketiga tipologi mahasiswa EKI di atas akan memiliki kemampuan dan skill yang sama. Sesuai dengan kompetensinya, lulusan prodi EKI nantinya akan memiliki kecakapan dan kemahiran dalam bahasa Arab dan Inggris. Mampu membaca kitab- kitab Arab kuning dan menggali khazanah klasik terutama yang berkaitan dengan Ekonomi Islam. Mereka juga memiliki kemampuan menjelaskan secara verbal segala yang berkaitan dengan ekonomi Islam dan perbankan syari’ah. Selanjutnya mereka akan memiliki skill dalam mengoperasikan komputer terutama yang berkaitan dengan program- program yang memiliki keterkaitan erat dengan perbankan dan aktivitas bisni. Lebih dari itu, mereka juga memiliki etika bisnis yang integral dengan keyakinan tauhidnya serta mempunyai etos dakwah yang dapat membuat mereka dapat tampil menjadi mujahid-mujahid ekonomi Syari’ah. Hemat penulis, dua kompetensi yang disebut terakhir inilah yang kurang dimiliki para muallaf ekonomi syari’ah selama ini. Dukungan yang cukup besar diberikan oleh LKS, bank dan non bank, kerjasama yang intens dengan dunia luar, tenaga-tenaga pengajar 239 DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS yang ahli, terampil dan professional. FEBI meyakini bahwa perlahan namun pasti, fakultas ini akan mampu membawa program ini mencapai prestasi terbaiknya.

3. Kurikulum Integratif Sebagai Pembeda

Hampir dua dekade terakhir, ekonomi Islam ekonomi syari’ah di Indonesia baik pada dimensi peraktik ataupun dimensi teoritik menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Tumbuh suburnya lembaga- lembaga perbankan syari’ah ataupun lembaga keuangan non bank, tidak saja di kota-kota besar tetapi juga sudah merambah ke kota kabupaten dan kecamatan semakin memudahkan proses dan akselerasi sosialisasi ekonomi syari’ah kepada umat. Pada saat yang sama, lembaga pendidikan tinggi agama telah menye- lenggarakan pendidikan ekonomi Islam dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia berkualitas - selanjutnya diharapkan dapat menjadi mujahid al-iqtishad pejuang ekonomi Syari’ah. Beberapa perguruan tinggi agama telah mengasuh pendidikan tinggi ekonomi Islam pada tingkat jurusan atau program studi. Tidak berapa lama lagi, beberapa perguruan tinggi akan mencoba untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi setingkat fakultas. Tidak kalah menariknya, beberapa lembaga pendidikan tinggi umum juga telah membuka program studi ekonomi Islam. Kendatipun terdapat persoalan epistemologi keilmuan yang bagi saya cukup serius, namun problem ini tidak boleh menjadi penghalang untuk pengembangan ekonomi Islam di perguruan tinggi umum. Sejatinya, jika dilihat dari akar ilmu, ekonomi Islam sesungguhnya bersumber dari wahyu Allah. Ekonomi Islam yang di dalam bahasa Arab disebut sebagai al-iqtishad, bukanlah cabang dari ilmu ekonomi konvensional. Al-Iqtishad adalah bagian dari syari’ah. Alih-alih daripada berpikir dikotomik seperti ini, adalah lebih baik jika perguruan tinggi umum dan agama mencoba bekerja sama dalam rangka mengembangkan ekonomi Syari’ah. Kendati demikian, bukan berarti perkembangan ekonomi Islam berjalan mulus tanpa hambatan dan rintangan. Kegigihan pejuang- pejuang atau mujahid al-iqtishad selalu ditantang untuk dapat mengatasi berbagai hambatan tersebut. Salah satu persoalan yang serius kita 240 DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS hadapi adalah sumber daya manusia. Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia sesungguhnya belum didukung oleh tersedianya ahli dan tenaga terampil yang benar-benar menguasai ilmu ekonomi Syari’ah. Untuk itulah lembaga-lembaga pendidikan dari berbagai tingkatan strata semakin signifikan untuk menyediakan tenaga yang tidak saja ahli secara teroritis tetapi juga mahir secara peraktis. Pada masa mendatang, tidak tepat jika lembaga keuangan syari’ah bank dan non bank dikelola oleh para muallaf. “Mengislamkan” orang yang semula berpikir kapitalis bukanlah pekerjaan mudah. Perlu upaya-upaya sistematis dan terencana yang bertujuan untuk merubah paradigma dan perilaku bankir muallaf tersebut. IAIN Sumatera Utara khususnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam FEBI sebelumnya Fakultas Syari’ah merupakan lembaga pendidikan tinggi Islam terdepan di luar Pulau Jawa yang menyelenggarakan pendidikan ekonomi Islam. Pada penghujung tahun 90-an, Fakultas Syari’ah telah membuka program D III Manajemen Perbankan dan Keuangan Syari’ah MPKS. Selanjutnya pada tahun 2002, Fakultas Syari’ah berketetapan hati untuk membuka Jurusan Ekonomi Islam. Setelah berjuang sedemikian rupa, tahun 2004, izin prinsif pembukaan Prodi Ekonomi Islam kembali dipertegas dengan SK No. DJ.II1582004 tertanggal 27 Mei 2004. Per- kembangan terakhir yang tidak kalah menggembirakan adalah, prodi ekonomi Islam Fak. Syari’ah untuk yang pertama kalinya baru saja ter- akreditasi dengan nilai B di BAN PT. Lewat hasil ini kita semakin percaya diri bahwa kita mampu mengelola pendidikan tinggi ekonomi secara baik. Bahkan pada tahun 2015 prodi ini harus mampu mencapai nilai akreditasi A. Pada tahun ajaran 2014-2015, prodi Ekonomi Islam akan membuka beberapa program studi baru. Di antara Program Studi baru yang di- rencanakan tersebut adalah, Prodi Perbankan Syari’ah, Prodi Asuransi Syari’ah, Prodi Akuntansi Syari’ah, Prodi Manajemen Perusahaan, Prodi Manajemen Sumber Daya Insani, Prodi Diploma III Akuntansi Syari’ah. Pembukaan Prodi ini ini dilakukan tidak saja dalam rangka menyahuti permintaan pasar, tetapi lebih dari itu disebabkan tuntutan agama itu sendiri. Penerapan ekonomi syari’ah dalam kehidupan umat Islam sesungguhnya sesuatu yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Hidup bersama syari’ah yang kaffah adalah satu-satunya pilihan yang ada di depan kita. Menyadari tantangan yang akan dihadapi cukup berat, FEBI IAIN.SU