Perumahan Syari’ah, Mungkinkah ?
118
DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS
model dan harga. Mereka mulai bertanya, jika ia membeli rumah, siapakah yang akan menjadi tetangganya. Mereka tentu merasa lebih nyaman
jika tetangganya seiman. Ada pula yang menyatakan, perumahan Islami adalah perumahan yang memiliki mushalla di dalamya, WC yang tidak
menghadap kiblat, dinding yang bertabur kaligrafi, keran wudhu’ yang tersedia dan bentuk rumah yang tidak membuka aurat penghuninya
rumah yang tamu tidak bisa melihat ruang-ruang privat.
Sebagian orang melihat perumahan Islami tampak pada lingkungannya yang menonjolkan ghirah Islam. Bukan saja di komplek perumahan
tersebut terdapat masjid atau mushalla, Taman Pendidikan Al-Qur’an, tetapi juga maraknya majlis-majlis Ta’lim. Kalau ada kolam renang,
maka di kolam tersebut tidak boleh bercampur antara laki-laki dan perempuan. Harus ada pengaturan waktu. Bahkan perumahan Az-
Zikra yang digagas Ustaz Arifin Ilham melarang penghuninya merokok.
Definisi yang lebih substantif tentang hunian Islami adalah, perumahan yang tidak ekslusif, - non muslim juga dibolehkan tinggal sepanjang
mereka tidak membuat kebaktian di rumahnya dan tidak pula memelihara anjing. Di samping itu, perumahan Islami adalah perumahan yang nilai-
nilai Islam tegak di dalamnya. Setidak-tidaknya, di sana tidak ada peredaran narkoba, tidak ada pula seks bebas dan segala macam kemaksiatan
terselubung lainnya.
Tidak kalah menariknya adalah, perumahan Islami ditinjau dari sisi arsitekturnya. Konsep perumahan Islami itu adalah from follow
function yang artinya bentuk mengikuti fungsi. Penataan hunian Islami itu fokus pada fungsi rumah dalam kehidupan. Ia tidak larut terhadap
perkembangan seni arsitektur modern apa lagi yang bernuansa Barat. Tidak berarti perumahan Islami berkiblat kepada arsitektur Timur Tengah.
Intinya, dalam membangun rumah, yang perlu lebih awal di definisikan adalah fungsi-fungsi apa yang akan dimainkan setiap ruang. Berdasarkan
itulah bentuknya, gaya atau arsitekturnya di desain. Bagi sebagian pengembang, perumahan Islami mensyaratkan aqad penjualan dan
pembelian haruslah dengan menggunakan akad-akad Syari’ah. Otomatis yang bisa masuk bermain dalam jual beli properti perumahan Islam
adalah bank-bank yang berlaber Syari’ah.
Menurut penulis adalah penting untuk membedakan “rumah fisik”, “rumah rohani” dan “rumah sosial”. Konsep Islami harus mengacu kepada
119
DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS
tiga sisi ini. Rumah fisik adalah bangunan rumah itu sendiri yang sejatinya mencerminkan tegaknya nilai-nilai syari’ah Islam. WC yang tidak boleh
menghadap kiblat, penataan ruang yang menjaga “aurat” penghuninya tetap penting diperhatikan. Tidak berarti mewah, tidak pula cukup sangat
sederhana. Saya menyebutnya rumah yang wajar bagi penghuninya.
Adapun “rumah ruhani” adalah rumah yang dapat memenuhi kebutuhan ruhani spiritual penghuninya. Itulah rumah yang darinya
memancar kasih sayang antar sesama penghuni rumah. Di dalamnya hanya ada kedamaian, ketenteraman, saling menghargai dan lebih
penting dari itu saling mengembangkan potensi. Rumah ruhani adalah rumah yang tidak membuat penghuninya menjadi tertindas terlebih
lagi tersiksa. Di sinilah arti ungkapan yang cukup populer di dalam agama, baiti jannati rumahku adalah surgaku. Rumah yang menghantarkan
penghuninya semakin dekat kepada Allah SWT.
Terakhir adalah rumah sosial. Dalam pemahaman saya, rumah sosial adalah rumah yang memberi kemaslahatan bagi orang-orang
yang berada disekitarnya. Rumah yang siapa saja yang datang dalam keadaan haus kembali dalam keadaan nyaman tanpa dahaga. Rumah
yang siapa saja berkunjung dalam keadaan lapar, kembali dalam keadaan kenyang. Rumah yang siapa saja datang dengan air mata, kembali dengan
kondisi tersenyum. Rumah yang dirindukan karena suasana hangat terbangun di dalamnya. Bahkan lebih jauh dari itu, rumah sosial adalah
rumah yang menginspirasi siapa saja yang berkunjung ke rumah tersebut.
Selanjutnya, menurut saya, perumahan atau hunian Islami yang dihuni kelas menengah atas mensyaratkan kepedulian sosial yang tinggi.
Perumahan Islami kehadirannya harus memberi manfaat bagi orang- orang yang berada disekitarnya. Itulah rumah yang memberi manfa’at
bagi lingkungannya. Jika di komplek perumahan Islami tersedia Masjid, tidak kalah pentingnya di dalamnya juga ada Bait Al-Mal wa Tamwil
BMT yang dapat memberdayakan ekonomi orang-orang lemah. Di dalamnya juga terdapat pelayanan kesehatan gratis bagi orang yang
tak mampu juga fasilitas pendidikan.
Sejatinya, bicara konsep perumahan Syari’ah, menurut penulis ada dua hal penting yang tak boleh diabaikan. Pertama, Hunian Islami
tidak mesti ekslusif. Setiap muslim sejatinya harus membuktikan dirinya bahwa ia bisa bertetangga dengan siapa saja. Tanpa harus membedakan
120
DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS
suku, agama dan ras. Ia mampu menunjukkan Islam yang rahmatan li al-‘alamin. Rumahnya harus memancarkan teladan bagi tetangganya
yang plural. Kendati demikian, jika ada orang muslim yang merasa nyaman tinggal dilingkungan orang Islam, tentu tidak ada yang melarangnya.
Kedua, perumahan itu harus mencerminkan keberpihakan kepada alam. Mungkin inilah yang dimaksud dengan perumahan yang ramah lingkungan.
Sederhana saja, perumahan Islami tidak akan pernah keberadaannya menyebabkan banjir dihilirnya. Di samping itu, kehadirannya tidak pula
merusak ekosistem disekitarnya.