Merengguk Kehidupan yang Berkah

2. Merengguk Kehidupan yang Berkah

  Kata barakah atau berkat termasuk kata yang kerap kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata “Kehidupan yang berkah”, “tempat yang berkah”, “waktu yang berkah,” bahkan “nasi berkat” adalah contoh bagaimana kata tersebut digunakan. Ketika kita hendak makan, do’a yang selalu kita lantunkan adalah, allahumma barik lana fima razaqtana (Ya Allah berkahilah rezeki yang engkau berikan kepada kami). Demikian pula halnya pada saat kita menghadiri pesta pernikahan rekan atau keluarga, do’a kita adalah, “semoga Allah memberkahi perkawinan kalian berdua.” Lebih dari itu, kata berkah juga sudah di bawa dalam kehidupan kenegaraan kita. Huru-hara, kerusuhan, bencana yang menerpa Indonesia, jangan-jangan menjadi isyarat bahwa Allah telah mencabut keberkahan dari bumi Indonesia, karena kedustaan penduduknya.

  Dalam bahasa Indonesia barakah ditulis dengan berkat. Artinya adalah karunia Tuhan yang membawa kebaikan dalam hidup manusia. Kata tersebut juga berarti doa restu dan pengaruh baik (yang mendatangkan selamat dan bahagia) dari orang-orang yang yang dihormati atau dianggap suci (keramat). Ada juga arti lain yaitu, mendatangkan kebaikan. Kata keberkatan dimaknakan dengan keberuntungan atau kebahagiaan. Bahkan di dalam KBBI, salah satu arti berkat adalah makanan yang dibawa pulang sehabis kenduri.

  Di dalam Al-Qur’an kata barakah dengan segala derivasinya disebut sebanyak 32 kali. Makna literal dari kata ini adalah tumbuh dan bertambah. Makna lain adalah tetapnya sesuatu. Al-Isfahani memahami arti asal kata ini adalah dada atau punggung unta yang menonjol. Simbolisasi bagian tubuh unta yang menonjol ini mengandung arti adanya pertumbuhan dan pertambahan. Dari sisi terminologi makna barakah adalah, “tetapnya kebaikah ilahi pada sesuatu”. Di dalam Ensiklopedi Al-Qur’an makna terminologi kata ini adalah, “kebaikan yang bersumber dari Allah yang ditetapkan terhadap sesuatu sebagaimana mestinya.” 5

  Kata kunci yang perlu dipahami dengan baik adalah “al-khair al-ilahi” atau kebaikan ilahi. Kebaikan ilahi adalah kebaikan yang bersumber

  5 Yaswirman, “Barakat”, dalam, Ensiklopedi Kosa Kata Al-Qur’an: Kajian Kosa Kata, M. Quraish Shihab (Editor Kepala) Vol. 1, Jakarta: Lentera Hati, 2007 h. 131-132.

  DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS

  dari Allah yang muncul tanpa diduga dan tak terhitung pada semua segi kehidupan, baik yang bersifat materi maupun non materi. Keberkatan yang bersifat materi itupun nanti akan bermuara juga kepada keberkatan non materi dan kehidupan akhirat. Sesungguhnya keberkatan ilahi datang dari arah yang seringkali tidak diduga atau dirasakan secara material dan tidak pula dapat dibatasi atau bahkan diukur. 6

  Mengutip Thabathabai, keberkatan itu mencakup pada semua segi kehidupan. Pertama, keberkatan dalam berketurunan dengan munculnya generasi-generasi yang kuat di segala bidang dan harta benda yang melimpah ruah. Kedua, keberkatan di dalam soal makanan seperti mendatangkan kekenyangan. Ketiga, keberkatan di dalam hal waktu, seperti banyaknya waktu yang disediakan oleh Allah untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidup dan mengembangkan ilmu pengetahuan. 7

  Menurut Duha Abdul Jabbar dan Burhanuddin dalam Ensiklopedi Makna Al-Qur’an, diuraikan bahwa berkat dalam Al-Qur’an ditemukan dalam empat konteks. Pertama, menerangkan benda mati misalnya air hujan “ma’an mubarakan” di dalam Q.S Qaf50:2). Kedua, menerangkan tentang waktu misalnya menyifati malam turunnya Al-Qur’an dengan malam yang barakah (lailatin mubarakatin) dalam Q.S Ad-Dukhan 43:3. Ketiga, merujuk terhadap pribadi seseorang diantaranya Nabi Nuh dalam QS Hud11:48. Keempat, berkat yang berkenaan dengan tempat ibadah misalnya Ka’bah yang berada di kota Makkah. Informasi ini ditemukan di dalam QS Ali-Imran3:96. 8

  Makna barakah di atas terkesan hanya berhubungan dengan kehidupan individu atau komunitas kecil. Bagaimana memahami berkat dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Hemat penulis, surah Al-A’raf ayat 96 menarik untuk dicermati lebih jauh. “Seandainya penduduk satu kampung (Negara-bangsa) beriman dan bertakwa kepada Allah, sungguh akan kami bukakan (pintu) keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan kami memberikan kepada mereka azab atas apa yang mereka perbuat.

  6 Ibid., 7 Ibid.,

  8 Duha Abdul Jabbar dan Burhanuddin, Ensiklopedi Makna Al-Qur’an: Syarah Alfaazhul Qur’an, Bandung: Fitrah Rabbani, 2012, h. 88-90.