Mewaspadai Investasi TREND BARU KONSUMEN:
80
DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS
Islam, bisnis yang dilarang adalah bisnis yang di dalam aktivitasnya mengandung unsur “Maghrib”. Maghrib itu sendiri adalah singkatan
dari, Maisir, Gharar, Riba dan Batil. Ada juga yang menambahkan kreteria lain seperti zalim. Namun menurut hemat penulis, inti dari “maghrib”
itu adalah kezaliman. Mengapa maghrib di larang ? Jawabnya karena menimbulkan kezaliman. Untuk lebih jelasnya, penulis akan mengurai
satu persatu makna maghrib tersebut.
Pertama, maisir. Kata maisir dalam bahasa Arab berarti memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan
tanpa bekerja. Judi dilarang terlepas apakah seseorang terlibat secara penuh atau berperan sedikit. Di samping judi dikenal juga istilah azlam
yang juga bermakna peraktek perjudian. Biasanya azlam digunakan untuk menyebut peraktek perjudian yang menggunakan berbagai
macam bentuk taruhan, undian atau lotere. Larangan kedua bentuk peraktek perjudian ini disebabkan karena seseorang akan mendapatkan
uang yang diperoleh dari untung-untungan, spekulasi, ramalan atau terkaan. Dan sekali lagi bukan di dapat dari sebuah kerja yang riil.
Allah SWT telah melarang perjudian dengan larangan yang cukup tegas dan keras. Bahkan syari‘at memposisikan harta yang diperoleh
dari perjudian sebagai harta yang bukan termasuk hak milik. Di dalam surah al-maidah Allah SWT berfirman, Wahai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya minuman keras, perjudian, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan.
Kedua, Riba. Riba secara bahasa bermakna bertambah al-ziyadah, dan tumbuh. Sedangkan menurut istilah riba yang dalam bahasa Inggris
disebut dengan usury berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Kendati para ulama berbeda-beda dalam mendefinisikan
riba, namun ada benang merah yang menghubungkannya yaitu, pengambilan tambahan dalam transaksi jual beli atau hutang piutang secara batil
atau bertentangan dengan prinsip mu’amalat Islam.
Ulama telah sepakat bahwa riba hukumya haram. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa ayat al-Qur’an dan hadis nabi Muhammad SAW. Diantaranya
terdapat pada surah al-Baqarah 2; 278, 279 dan ali- Imran 3;130. Sebenarnya dalam agama selain Islampun khususnya agama samawi,
riba tetap dilarang. Dalam bentuk modern, wajah riba tampak pada bunga bank. Fatwa MUI sesungguhnya telah menghentikan polemik
81
DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS
apakah riba sama dengan bunga bank. Sejatinya, kehadiran bank syari’ah, lepas dari kekurangannya, cukup membuat kita hanya fokus membesarkan
bank syari’ah agar dapat menjadi tuan di rumahnya sendiri. Kita harus mendorong aroma kapitalis dan konvensional, secara perlahan namun
pasti bisa kita hilangkan dari bank syari’ah, sehingga resistensi umat bisa diminimalisasikan. Satu hal yang penting diingat, riba terlarang karena
dampaknya yang menimbulkan kemudharatan dan kemafsadatan umat.
Ketiga, Al-Gharar.
13
Secara sederhana, gharar timbul karena dua sebab. Pertama, kurangnya informasi atau pengetahuan jahala, ig-
norance pada pihak yang melakukan kontrak. Jahala ini menyebabkan tidak dimilikinya kontrol skill pada pihak yang melakukan transaksi.
Kedua, karena tidak adanya non exist obyek. Kedua bentuk inilah yang disebut dengan gharar. Dalam bisnis MLM yang objek transaksinya
tidak ril, potensi gharar sangat besar. Sebenarnya bisnis seperti ini tidak dapat disebut dengan MLM, tetapi lebih tepat disebut dengan
money game.
Sedangkan batal atau batil adalah aktivitas yang tidak sah. Aktivitas yang tidak memenuhi ketentuan syari’at, seperti tidak terpenuhi rukun
dan syaratnya. Namun perlu dicatat, batal di dalam Al-Qur’an mengandung arti yang sangat komplek kendati lafaznya simple. Dalam ilmu balaghah
kata batil ini disebut dengan al-‘ijaz. Kata ini mengandung arti penyimpangan, ketidakjujuran, keserakahan, kecurangan, kebohongan dalam aktivitas
ekonomi. Abu Su’ud seorang mufassir klasik menyebut batil dengan, sa’iru al-wujuh al-muharramah.
Jika disederhanakan, indikasi maghrib dapat terlihat jika: Pertama, bisnis tersebut menjanjikan keuntungan yang berlipat-lipat dalam
waktu yang singkat. Pengelola akan menawarkan kisaran keuntungan antara 30-40 jauh melampaui keuntungan yang diberikan oleh
Bank atau lembaga keuangan lainnya. Kedua, Bisnis tersebut mewajibkan anggotanya untuk mencari investor baru. Pada sisi ini bisnis tersebut
memiliki kemiripan dengan bisnis MLM multi level marketing. Ketiga, Bisnis tersebut mensyaratkan dana yang diinvestasikan tidak boleh
diambil untuk jangka waktu tertentu.
13
Pembahasan Gharar dapat dilihat pada Bab III hlm. 44.
82
DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS
Jika tiga indikasi tersebut ditemukan dalam sebuah aktivitas bisnis, maka peraktik tersebut patut untuk dicurigai. Tidak ada keraguan
untuk mengatakan, bahwa bisnis seperti itu mengandung unsur maghrib. Sebenarnya di samping “maghrib” ada beberapa bentuk transaksi yang
dilarang oleh syari’at. Namun setidaknya, apa yang disebut di atas sebenarnya sudah cukup untuk mengidentifikasi satu bentuk transaksi
bisnis. Jika maisir dan riba adalah bentuk transaksi yang amat mudah diidentifikasi, namun gharar dan batil agak sulit untuk mengidentifikasinya.
Sulitnya mengidentifikasi gharar ini membuat banyak orang yang terkecoh. “Investasi bodong” atau “investasi abal-abal” seperti yang terjadi
pada “KLB” dan sejenisnya adalah satu bukti betapa mudahnya masyarakat tertipu. Jika tidak diamati dengan cermat, bisnis-bisnis investasi bodong
yang menawarkan keuntungan berlipat akan terasa sangat logis. Tegasnya masuk akal dan menggiurkan. Akibatnya, masyarakat tidak perlu berpikir
panjang untuk menginvestasikan dananya. Namun jika diteliti, jelas di dalamnya ada gharar.
Di dalam ekonomi syari’ah, ditegaskan bahwa transaksi bisnis haruslah didasarkan pada transaksi ril. Objeknya harus jelas dari hulu
sampai hilirnya. Objek ril itu bukan rekayasa atau sampul muka. Harus diwaspadai, banyak aktivitas bisnis yang di luarnya menggunakan transaksi
ril namun hakikatnya tidak demikian. Hal ini umumnya dilakukan untuk mengelabui masyarakat.
Menarik untuk dicermati, pada saat Allah Swt. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, sesungguhnya ayat tersebut mengandung
arti bahwa Allah menghalalkan aktivitas bisnis yang ril dan menolak segala bentuk transaksi yang tidak ril. Riba itu hakikatnya adalah transaksi
yang tidak berbasis pada objek. Sesungguhnya banyak contoh aktivitas bisnis yang tidak berlandaskan syari’ah cepat atau lambat akan mengalami
kehancuran. Sayangnya, manusia tidak secepatnya sadar untuk segera meninggalkan bisnis yang jauh dari nilai-nilai syari’ah. Moga pelajaran
yang begitu terang di depan mata, menyadarkan kita untuk segera memastikan bisnis yang kita lakukan adalah bisnis yang sesuai dengan nilai-nilai
syari’ah. Ekonomi Rabbani ekonomi syari’ah, ekonomi Tuhan jika dilaksanakan dengan penuh ketulusan dipastikan tidak akan menimbulkan
kemudharatan dalam kehidupan. Sebaliknya, bisnis tersebut akan membawa kemaslahatan, keadilan dan kebersamaan. Semoga.
83
DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS
2
BAGIAN
EKONOMI ISLAM:
Sist em
Il ahiyyah
yang Syumul
83
84
DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS