Hikmah Nikah Adanya qabul, yaitu lafadz yang diucapkan oleh suami atau yang mewakilinya,

264 | Modul Pendidikan Agama Islam dan saksi satu kata untuk merahasiakan pernikahan ini dari telinga masyarakat. Jumhur ulama memandang pernikahan seperti ini sah, tetapi hukumnya dilarang. Sebab, suatu perkara yang rahasia, jika telah dihadiri dua orang atau lebih, maka sudah bukan rahasia lagi. Dilarang, karena adanya perintah Rasul Saw untuk walimah dan menghilangkan unsur yang berpotensi mengundang keragu-raguan dan tuduhan tidak benar. Sedangkan kalangan ulama Malikiyah menilai pernikahan yang seperti ini batil. Karena maksud dari perintah untuk menyelenggarakan pernikahan adalah pemberitahuan, dan ini termasuk syarat sah pernikahan. Nikah sirri yang banyak dilakukan oleh masyarakat muslim Indonesia yaitu pernikahan yang sah namun tidak didaftarkan ke KUA. Dalam konteks ini definisi yang tepat adalah nikah sirri sama dengan zawaj ‘urfi yang juga berarti nikah dibawah tangan. Disebut nikah ‘urfi adat karena pernikahan ini merupakan adat dan kebiasaan yang berjalan dalam masyarakat muslim sejak masa Nabi Saw dan para sahabat, dimana mereka tidak perlu untuk mencatat akad pernikahan mereka tanpa ada permasalahan dalam hati mereka. Di masa modern ini nikah ‘urfi mudah untuk dipalsu dan digugat, berbeda dengan pernikahan resmi yang terjadi di KUA karena memiliki kepastian hukum yang tentunya sulit untuk digugat. Diantara efek pernikahan sirri bagi anak dan istri: Istri tidak bisa menggugat suami, apabila ditinggalkan oleh suami, penyelesaian kasus gugatan nikah sirri hanya bisa diselesaikan melalui hukum adat dan tidak bisa di pengadilan agama, apabila memiliki anak maka anak tersebut tidak memiliki status seperti akta kelahiran sebab untuk memperoleh akta kelahiran disyaratkan adanya akta nikah, anak dan istri terancam tidak mendapat hak waris karena tidak ada bukti administrasi pernikahan. Kesimpulannya: Nikah sirri yang diartikan menurut terminologi fiqh, dilarang dan tidak sah menurut hukum Islam, karena ada unsur sirri dirahasiakan nikahnya, yang bertentangan dengan ajaran Islam dan bisa mengundang fitnah dan tuhmah, serta dapat mendatangkan madaratresiko berat bagi pelakunya dan keluarganya. Nikah sirri juga tidak sah menurut hukum positif, karena tidak melaksanakan ketentuan hukum munakahat yang baku dan benar, dan tidak pula diadakan pencatatan nikahnya oleh KUA. Nikah dibawah tangan hukumnya sah menurut hukum Islam sepanjang tidak ada motif “sirri”, karena telah memenuhi ketentuan syari’ah yang benar. Nikah dibawah tangan zawaj ‘urfi tidak sah menurut hukum positif, karena tidak memenuhi peraturan UU yang berlaku dalam hukum perkawinan. Apabila pemerintah memandang adanya UU keharusan tercatatnya akad pernikahan, maka itu adalah UU yang sah dan wajib bagi rakyat untuk mematuhinya dan tidak melanggarnya. QS. al-Nisa’: 59 ΍Ϯ˵Ϩ˴ϣ΍˴˯ ˴Ϧϳ˶ά͉ϟ΍ Ύ˴Ϭ͊ϳ˴΃Ύ˴ϳ ˴ௌ΍Ϯ˵όϴ˶ρ˴΃ ˸Ϣ˵ϜϨ˶ϣ ˶ή˸ϣ˴Ϸ˸΍ϰ˶ϟ ˸ϭ˵΃˴ϭ˴ϝϮ˵γ͉ήϟ΍΍Ϯ˵όϴ˶ρ˴΃ ˴ϭ . Pencatatan perkawinan menjadi suatu keharusan, karena membawa kemaslahatan lebih besar bagi umat Islam, sesuai kaidah fiqh ΐϠΟ ΪγΎϔϤϟ΍ ˯έΩϭ ΢ϟΎμϤϟ΍ menarik kemaslahatan dan menolak kemudaratan dan ϻϭέήοϻ ϡϼγϹ΍ ϰϓ έ΍ήο. Ulama ushul fiqh mengklaim bahwa apabila ada aturan hukum yang dibuat manusia nyata maslahatnya dan tidak bertentangan dengan nash, ia dapat disebut bagian dari hukum itu sendiri. b. Pernikahan Beda Agama Hukum pernikahan beda agama, ada 2 kategori. Materi PAI untuk MIMTsMA | 265 1 Perempuan beragama Islam menikah dengan laki-laki non-Islam. Hukumnya dilarang haram. Dalilnya QS. al-Baqarah: 221 dan QS. al-Mumtahanah: 10. ˵Τ˶Ϝ˸Ϩ˵Ηϻ ˴ϭ˸Ϣ˵Ϝ˸Θ˴Β˴Π˸ϋ˴΃ ˸Ϯ˴ϟ˴ϭ˳Δ˴ϛ ˶ή˸θ˵ϣ˸Ϧ˶ϣ˲ή˸ϴ˴Χ˲Δ˴Ϩ˶ϣ˸Ά˵ϣ˲Δ˴ϣϷ˴ϭ͉Ϧ˶ϣ˸Ά˵ϳϰ͉Θ˴Σ˶ΕΎ˴ϛ ˶ή˸θ˵Ϥ˸ϟ΍΍Ϯ˵Τ˶Ϝ˸Ϩ˴Ηϻ ˴ϭ ϰ͉Θ˴Σ˴Ϧϴ˶ϛ ˶ή˸θ˵Ϥ˸ϟ΍΍Ϯ ˶έΎ͉Ϩϟ΍ϰ˴ϟ˶·˴ϥϮ˵ϋ˸Ϊ˴ϳ˴Ϛ˶Ό˴ϟϭ˵΃˸Ϣ˵Ϝ˴Β˴Π˸ϋ˴΃ ˸Ϯ˴ϟ˴ϭ˳ϙ ˶ή˸θ˵ϣ˸Ϧ˶ϣ˲ή˸ϴ˴Χ˲Ϧ˶ϣ˸Ά˵ϣ˲Ϊ˸Β˴ό˴ϟ˴ϭ΍Ϯ˵Ϩ˶ϣ˸Ά˵ϳ ˶Ϫ˶ϧ˸Ϋ˶Έ˶Α˶Γ˴ή˶ϔ˸ϐ˴Ϥ˸ϟ΍˴ϭ˶Δ͉Ϩ˴Π˸ϟ΍ϰ˴ϟ˶·Ϯ˵ϋ˸Ϊ˴ϳ˵ ͉๡΍˴ϭ ˴ϥϭ˵ή͉ϛ˴ά˴Θ˴ϳ˸Ϣ˵Ϭ͉Ϡ˴ό˴ϟ ˶αΎ͉ϨϠ˶ϟ˶Ϫ˶ΗΎ˴ϳ΁˵Ϧ˷˶ϴ˴Β˵ϳ˴ϭ Khitab pada ayat tersebut ditujukan kepada para wali nikah untuk tidak menikahkan wanita muslimah dengan laki-laki bukan Islam. Keharamannya bersifat mutlak, baik laki-laki Musyrik atau Ahlul Kitab. Hadits Jabir bahwa Nabi bersabda: Ύ˴Ϩ˴΋Ύ˴δ˶ϧ˴ϥ ˸Ϯ˵Ο ͊ϭ˴ΰ˴Θ˴ϳ˴ϻ ˴ϭ˶ΏΎ˴Θ˶Ϝ˸ϟ΍˶Ϟ˸ϫ˴΃˴˯Ύ˴δ˶ϧ˵Ν ͉ϭ˴ΰ˴Θ˴ϧ “Kita boleh menikah dengan wanita ahli kitab, tetapi mereka tidak boleh nikah dengan wanita kita”. 2 Laki-laki beragama Islam menikah dengan perempuan non-Islam. Kategori ini ada 2 macam: a Lelaki Muslim dengan perempuan Ahli Kitab. Yang dimaksud dengan Ahli Kitab adalah agama asli Nasrani dan Yahudi agama samawi, karena berasal dari sumber yang sama dengan Islam. Walau ada ikhtilaf, jumhur ulama memperbolehkan pernikahan jenis ini sesuai dengan QS. al-Maidah: 5 ͇Ϟ ˶Σ ˸Ϣ˵Ϝ˵ϣΎ˴ό˴ρ˴ϭ ˸Ϣ˵Ϝ˴ϟ ͇Ϟ ˶Σ ˴ΏΎ˴Θ˶Ϝ˸ϟ΍ ΍Ϯ˵Ηϭ˵΃ ˴Ϧϳ˶ά͉ϟ΍ ˵ϡΎ˴ό˴ρ˴ϭ ˵ΕΎ˴Β˷˶ϴ͉τϟ΍ ˵Ϣ˵Ϝ˴ϟ ͉Ϟ ˶Σ˵΃ ˴ϡ ˸Ϯ˴ϴ˸ϟ΍ ˶ΕΎ˴Ϩ˶ϣ˸Ά˵Ϥ˸ϟ΍ ˴Ϧ˶ϣ ˵ΕΎ˴Ϩ˴μ˸Τ˵Ϥ˸ϟ΍˴ϭ ˸Ϣ˵Ϭ˴ϟ ˴δ˵ϣ ˴ή˸ϴ˴Ϗ ˴Ϧϴ˶Ϩ ˶μ˸Τ˵ϣ ͉Ϧ˵ϫ˴έϮ˵Ο˵΃ ͉Ϧ˵ϫϮ˵Ϥ˵Θ˸ϴ˴Η΁΍˴Ϋ˶· ˸Ϣ˵Ϝ˶Ϡ˸Β˴ϗ ˸Ϧ˶ϣ ˴ΏΎ˴Θ˶Ϝ˸ϟ΍΍Ϯ˵Ηϭ˵΃ ˴Ϧϳ˶ά͉ϟ΍ ˴Ϧ˶ϣ ˵ΕΎ˴Ϩ˴μ˸Τ˵Ϥ˸ϟ΍ ˴ϭ ϱ˶ά ˶Ψ͉Θ˵ϣϻ ˴ϭ ˴Ϧϴ ˶Τ˶ϓΎ ˴ϭ˵Ϫ˵Ϡ˴Ϥ˴ϋ˴ς˶Β˴Σ˸Ϊ˴Ϙ˴ϓ˶ϥΎ˴ϤϳϹΎ˶Α˸ή˵ϔ˸Ϝ˴ϳ˸Ϧ˴ϣ˴ϭ˳ϥ΍˴Ϊ˸Χ˴΃ ˴Ϧϳ ˶ή˶γΎ˴Ψ˸ϟ΍˴Ϧ˶ϣ˶Γ˴ή ˶Χϵ΍ϲ˶ϓ ˴Ϯ˵ϫ b Lelaki Muslim dengan perempuan bukan Ahli Kitab. Yang dimaksud dengan musyrik adalah penyembah berhala, api, dan sebagainya. Hukumnya haram, sesuai ayat QS. al-Baqarah: 221. Agama Hindu, Budha, Konghuchu tidak termasuk agama samawi langit tapi agama ardhi bumi. Imam Syafi’i dalam Al-Umm, mendefinisikan, “Yang dimaksud dengan ahlul kitab adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani yang berasal dari keturunan bangsa Israel asli. Adapun umat-umat lain yang menganut agama Yahudi dan Nasrani, maka mereka tidak termasuk dalam kata ahlul kitab. Sebab, Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s. tidak diutus kecuali untuk Israil dan dakwah mereka juga bukan ditujukan bagi umat-umat setelah Bani israil.” Adapun yang menjadi ikhtilaf ulama: Perkawinan beda agama antara laki-laki muslim dengan wanita non-muslim dari ahli Kitab, ada 3 pendapat: x Pendapat yang membolehkan dengan wanita Yahudi dan Nasrani, yaitu pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hanbal. x Membolehkan dengan syarat, yaitu boleh mengawini perempuan Yahudi Nasrani dengan syarat orang tua nenek moyang perempuan itu harus orang YahudiNasrani juga, bukan penyembah berhala. Ini qaul mu’tamad mazhab Syafi’i. Karena dalam QS. Al-Maidah ayat 5 ada kata ϢϜϠΒϗ Ϧϣ dari sebelum kalian yang menjadi qayid pengikat bagi ahlul kitab yang dimaksud. x Pendapat yang melarang atau mengharamkan pernikahan beda agama Kitabiyah, seperti diungkapkan oleh DR. Yusuf Qardhawi. Ibnu Umar termasuk golongan ini. Dalilnya QS. Al-Baqarah: 221.