Peta Konsep Modul Persiapan PLPG Kemenag Tahun 2016 MODUL PLPG PAI
110 |
Modul Pendidikan Agama Islam - Opportunity
: Kesempatan - Threat
: Ancaman Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa
yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal-hal tersebut penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya bila ada kesejalanan antara kondisi yang
ada pada guru dan juga siswa. Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri peneliti dan subjek tindakan diidentifikasi secara cermat sebelum
mengidentifikasi yang lain.
d. Upaya Empiris dan Sistemik Dengan telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru
melakukan penelitian tindakan, berarti guru sudah mengikuti prinsip empiris terkait dengan pengalaman dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang
terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya
didukung oleh unsur-unsur yang kait mengkait. Jika guru mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung yang
berbeda, mengubah jadwal pelajarandan semua yang terkait dengan hal-hal yang baru diusulkan tersebut.
e. Ikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan Ketika guru menyusun rencana tindakan, hendaknya mengingat hal -hal yang
terkandung dalam SMART yang merupakan singkatan dari Spesifik, Managable, Aceptable, Realistic dan Time Bound. Adapun makna dari
masing-masing kata tersebut adalah: - Spesifik
: khusus, permasalahan tidak terlalu umum - Managable
: dapat dikelola, dilaksanakan. Penelitian tindakan kelas hendaknya tidak sulit, baik dalam menentukan lokasi,
mengumpulkan hasil, mengoreksi, atau kesulitan dalam bentuk lain
- Acceptable : dapat diterima, dalam konteks ini dapat diterima oleh
subjek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-gara guru memberikan tindakan-tindakan
tertentu dan juga lingkungan tidak terganggu.
- Realistic : operasional, tidak di luar jangkauan. Penelitian tindakan
kelas tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi diri guru dan siswa.
- Time-Bound : diikat oleh waktu, terencana, artinya tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap siswa sudah tertentu jangka
PTK untuk Mata Pelajaran PAI |
111
waktunya. Batasan waktu ini penting agar guru mengetahui betuk hasil yang diberikan kepada siswanya.
Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal-hal yang disebutkan dalam SMART. Tindakan yang dipilih peneliti harus :
a. Khusus specific, masalah yang diteliti tidak terlalu luas, ambil satu aspek saja sehingga langkah dan hasilnya dapat jelas dan spesifik.
b. Mudah dilakukan, tidak sulit atau berbelit, misalnya kesulitan dalam mencari lokasi mengumpulkan hasil, mengoreksi dan lainnya.
c. Dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-gara guru memberikan tindakan dan juga lingkungan tidak
terganggu karenanya. d. Tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan
subjek yang dikenai tindakan. 3. Model PTK
Terdapat beberapa model PTK yang dapat dikembangkan sesuai masalah yang dihadapi oleh setiap guru. Model-model PTK yang dimaksud diantaranya adalah :
a. Model Kurt Lewin
Model Kurt Lewin merupakan model yang menjadi acuan daripada semua model PTK yang dikembangkan, lantaran Kurt Lewin adalah orang pertama
kali yang memperkenalkan Classrom Actions Research CAR atau Penelitian Tindakan Kelas. Model Kurt Lewin menetapkan empat langkah
dalam PTK, yaitu : perencanaan planning, tindakan acting, pengamatan observating, dan refleksi reflecting. Digambarkan dalam sebuah bagan,
model ini tampak sebagai berikut.
b. Model Kemmis Mc Targart Model yang dikemukakan Kemmis Taggart merupakan pengembangan
lebih lanjut dari model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak ada perbedaan yang prinsip antara keduanya. Model ini banyak dipakai karena sederhana
dan mudah dipahami. Rancangan Kemmis Taggart dapat mencakup sejumlah siklus, masing-masing terdiri dari tahap-tahap: perencanaan
plan, pelaksanaan dan pengamatan act observe, dan refleksi reflect. Tahapan-tahapan ini berlangsung secara berulang-ulang, sampai tujuan
penelitian tercapai. Dituangkan dalam bentuk gambar, rancangan Kemmis McTaggart akan tampak sebagai berikut:
c. Model John Elliott Model John Elliot; apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di
atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam
112 |
Modul Pendidikan Agama Islam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi
tindakan. Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud
disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau
proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh
karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan
biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa tahap itulah yang menyebabkan John Elliot
menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya
d. Model Dave Ebbut Model PTK yang digambarkan oleh Ebbutt menunjukkan bentuk alur kegiatan
penelitian. Dimulai dengan pemikiran awal penelitian yang berupa pemikiran tentang masalah yang dihadapi di dalam kelas, penentuan fokus
permasalahan berada pada bagian ini. Dari pemikiran awal dilanjutkan dengan pemantauan reconnaissance, pada bagian pemantauan ini Ebbutt
berpendapat berbeda dengan penafsiran Elliot mengenai pemantauannya Kemmis, yang seakan-akan hanya berkaitan dengan penemuan fakta saja
fact finding only. Padahal, menurut Ebbutt pemantauan mencakup kegiatan-kegiatan diskusi, negosiasi, menyelidiki kesempatan, mengakses
kemungkinan dan kendala atau mencakup secara keseluruhan analisis yang dilakukan. Berdasarkan pemikiran awal dan pemantauan kemudian
dilanjutkan dengan menyusun perencanaan dan berturut-turut dengan kegiatan pelaksanaan tindakan yang pertama, pengawasan dan pelaksanaan
pemantauan, dan melanjutkan pelaksanaan tindakan kedua. Pada siklus yang digambarkan oleh Ebbutt, dia memberikan pemikiran bahwa jika dalam
pelaksanaan dan pemantauan setelah tindakan ada masalah mendasar yang dialami, maka perlu perubahan perencanaan dan kembali melaksanakan
bagian siklus tertentu yang telahdijalani
e. Model Hopkins Desain ini berpijak pada desain model PTK pendahulunya. Selanjutnya
Hopkins 2011 menyususn desain tersendiri sebagai berikut: mengambil start – audit – perencanaan konstruk – perencanaan tindakan
target, tugas, kriteria keberhasilan – implementasi dan evaluasi:
PTK untuk Mata Pelajaran PAI |
113
implementasi menopang komitmen: cek kemajuan; mengatasi problem – cek hasil – pengambilan stok – audit dan pelaporan.
4. Sistematika Proposal Kerangka atau sistematika proposal Penelitian Tindakan Kelas PTK
banyak variasinya. Variasi itu lebih banyak dipengaruhi oleh jenis rujukan atau ragam pakar yang merumuskannya. Meskipun variasinya banyak, pada
hakikatnya variasi itu tidak mengubah konsep dan prinsip proposal PTK. Sistematika Proposal PTK pada dasarnya terdiri atas tiga bagian utama, yaitu
Pendahuluan, Kajian Pustaka, dan Metode Penelitian. Komponen pendahuluan umumnya terdiri atas Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian dan manfaat penelitian, ada pula yang menambahkan Identifikasi Masalah yang diletakkan sebelum Rumusan Masalah. Selanjutnya pada bagian
Kajian Pustaka berisikan landasan teori yang disesuaikan dengan variabel yang diteliti, Penelitian yang relevan, hipotesis tindakan dan Indikator Keberhasilan.
Manakala komponen ketiga Metode Penelitian umumnya membahas Desains Penelitian, Subyek dan Objek Penelitian, Tehnik dan Instrumen Pengumpulan
Data, dan Tehnik Analisa Data.
Dari ketiga komponen di atas, dapat dipaparkan alternatif variasi sistematika proposal PTK, yaitu :
a. Sistematika proposal PTK alternatif variasi 1 Judul Penelitian
x Latar Belakang x Rumusan Masalah
x Tujuan Penelitian x Manfaat Penelitian
x Kajian Pustaka x Hipotesis Tindakan
x Metode Penelitian x Jadwal dan Rincian Biaya
b. Sistematika proposal PTK alternatif variasi 2 Judul Penelitian
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Bab II Kajian Pustaka A. Landasan Teori
B. Penelitian Relevan
114 |
Modul Pendidikan Agama Islam C. Hipotesis Tindakan
Bab III Metode Penelitian A. Desains Penelitian
B. Subyek dan Objek Penelitian C. Lokasi Penelitian
D. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data E. Indikator Keberhasilan
F. Tehnik Analisa Data
c. Sistematika proposal PTK alternatif variasi 3 Judul Penelitian
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II. KAJIAN TEORETIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoretik
1. Variabel Y 2. Variabel X
3. Hubungan Variabel X dan Variabel Y B. Hasil Penelitian Yang Relevan
C. Kerangka Berpikir C. Hipotesis Tindakan
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian
B. Subjek Penelitian C. Metode Penelitian
D. Langkah-Langkah Penelitian
1. Rencana Tindakan 2. Implementasi Tindakan
3. Pengamatan 4. Refleksi
E. Data dan Cara Pengumpulannya F. Teknik Analisis Data
B. Tujuan Pembelajaran Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan layanan
profesional guru dalam menangani proses belajar mengajar. Tujuan penyerta yang ingin dicapai dalam PLPG adalah berupa terjadinya proses latihan dalam jabatan
selama proses penelitian tindakan kelas itu berlangsung. Hal ini dapat terjadi karena
PTK untuk Mata Pelajaran PAI |
115
tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah perbaikan dan peningkatan layanan pembelajaran.
C. Strategi dan Media Pembelajaran Strategi penyampaian pembelajaran ini dilakukan melalui kegiatan aktif learning yakni
diawali pembahasan nara sumber tentang materi PTK secara teoritis, selanjutnya peserta dibimbing melakukan aplikasi pemecahan masalah dengan kegiatan
workshop. Media yang digunakan adalah power poin dalam proses pembelajaran dan berbagai media lain yang mendukung untuk pelatihan PTK.
D. Uraian Materi PENGERTIAN PTK
Konsep penelitian tindakan bermula dari pandangan seorang ahli psikologi sosial yang bermana Kurt Lewin 1946. Lewin menggunakan pendekatan penelitian
tindakan setelah usainya perang dunia ke dua dalam usaha menyelesaikan berbagai masalah sosial. Lewin pada saat itu mengemukakan dua ide pokok penelitian
tindakan yaitu; 1 keputusan bersama, dan 2 komitment untuk meningkatkan dan memperbaiki prestasi kerja. Kedua ide pokok tersebut sekarang menjadi karakteristik
dasar penelitian tindakan yang menegaskan perlunya usaha kolaboratif atau usaha secara bersama-sama dalam meningkat mutu prestasi kerja.
Pada tahun 1953, ide Lewin dikembangkan oleh Stephen Corey di New York sebagai pendekatan penelitian yang diselenggarakan oleh guru-guru sekolah. Pada
Tahun 1976 Jhon Elliot menggunakan pendekatan ini untuk membantu guru mengembangkan usaha inkuiri dalam pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas
yang kemudian dikenal dengan penelitian tindakan kelas PTK. Di Indonesia, PTK baru dikenal akhir dekade 80-an.
Secara bahasa penelitian atau research bahasa Inggris menurut The Advanced Learner’s Dictionary of Current English 1961 berarti penyelidikan atau
pencarian yang seksama untuk memperoleh fakta baru dalam cabang ilmu pengetahuan. Menurut Fellin, Tripodi dan Meyer 1969 penelitian adalah suatu cara
sistematik untuk maksud meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang dapat disampaikan dikomunikasikan dan diuji diverifikasi oleh
peneliti lain.
Ciri-ciri riset adalah sebagai berikut, yaitu bahwa riset: Abisujak, 1981 1 Dilakukan dengan cara-cara yang sistematik dan seksama; 2 Bertujuan
meningkatkan, memdofikasi dan mengembangkan pengetahuan menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan; 3 Dilakukan melalui pencarian fakta yang
116 |
Modul Pendidikan Agama Islam nyata; 4 Dapat disampaikan dikomunikasikan oleh peneliti lain; dan 5 Dapat diuji
kebenarannya diverifikasi oleh peneliti lain. Menurut Ebbut dan Hopkin 1993, penelitian tindakan adalah kajian sistemik
dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka
mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Bagi Carr Kemmis, 1986 dalam Burns 1999 berpendapat bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian
reflektif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka
serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktik mereka dan terhadap situasi tempat praktik-praktik tersebut dilakukan.
Bila digabungkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas maka diperoleh batasan penelitian tindakan kelas sebagai sebuah proses investigasi
terkendali yang berdaur ulang bersiklus dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaiakan terhadap sistem, cara kerja, proses,
isi, kompetensi, atau situasi. Proses daur ulang siklus kegiatan dalam penelitian tindakan divisualisasikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas
Perencanaa
SIKLUS I
Pengamata Perancanaa
SIKLUS II
Pengamata Pelaksanaan
Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
?
PTK untuk Mata Pelajaran PAI |
117
Dari gambar 1 tersebut terlihat dengan jelas bahwa daur ulang siklus di atas memberi gambaran bahwa prosedur dalam PTK memiliki kesamaan. Ada beberapa
tahapan yang harus diperhatikan dalam melakukan PTK, yaitu diawali dengan perencanaan tindakan planing¸ penerapan tindakan action, mengobservasi dan
mengevaluasi proses dan hasil tindakan observation dan evaluation, dan melakukan refleksi reflection, dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang
diharapkan tercapai. Secara lebih jelas uraian dari siklus tersebut akan diuraikan bagian selanjutnya.
Berbagai konsep tentang penelitian tindakan dapat dipahami pada uraian berikut ini:
1. Partisipatory Action Research PAR Model penelitian ini biasanya dilakukan sebagai strategi transformasi sosial
yang menekankan pada keterlibatan masyarakat, rasa ikut memiliki program, dan analisis masalah sosial berbasis masyarakat. Pada penelitian ini suatu
rekayasa untuk perubahan sosial direncanakan, kemudian dilakukan, diamati dan dievaluasi dilakukan refleksi setelah berjalan selama jangka waktu tertentu.
2. Critical Action Research CAR Penelitian model ini biasanya dilakukan oleh kelompok tertentu yang secara
kolektif mengkritisi masalah praksis, dengan penekanan pada komitmen untuk bertindak menyempurnakan situasi, misalnya hal-hal yang terkait dengan
ketimpangan jender atau ras. Kelompok peneliti masuk dan bergabung dengan kelompok sasaran, untuk
mengetahui lebih dalam berbagai hal yang menjadi fokus penelitian aksi, sambil melakukan tindakan yang telah direncanakan bersama kelompok sasaran
3. Institutional Action Research IAR Penelitian model ini biasanya dilaksanakan oleh pihak manajemen atau
organisasi untuk meningkatkan kinerja, proses dan produktivitas dalam suatu lembaga. Tindakan yang dilakukan berupaya pemecahkan masalah-masalah
organisasi atau manajemen melalui pertukaran pengalaman secara kritis. Riset ini dilakukan bersama konsultan yang memiliki keahlian di dalam
melakukan tindakan perubahan dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi atau manajemen
4. Classroom Action Research Biasanya dilakukan oleh guru di kelas atau sekolah tempat ia mengajar, dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran. Guru merencanakan perubahan yang akan dilakukan bersama
dengan para siswa, bersama observer lainnya jika ada sambil melakukan observasi, dan proses belajar berlangsung sesuai dengan jadwal belajar seperti
biasanya.
118 |
Modul Pendidikan Agama Islam
RUANG LINGKUP PTK
Penelitian Tindakan atau action research memiliki ruang lingkup yang lebih dari PTK, karena objek penelitian tindakan tidak hanya terbatas di dalam kelas, tetapi bisa
di luar kelas, seperti sekolah, organisasi, komunitas, dan masyarakat. Kunandar: 2008, 42. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika para ahli penelitian pendidikan
akhir-akhir ini sangat menaruh perhatian yang cukup besar terhadap PTK.
PRINSIP-PRINSIP PTK
Hopkins 1993 menyebutkan ada 6 enam prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan kelas.
1. Prinsip pertama, bahwa pendidik yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik lagi berkualitas. Untuk itu, pendidik memilki komitmen
dalam mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran secara terus menerus. Dalam menerapkan suatu tindakan untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran ada kemungkinan tindakan yang dipilih tidakkurang berhasil, maka ia harus tetap berusaha mencari alternatif lain. Itulah sebabnya, pendidik harus
bijak dalam menggunakan pertimbangan dan tanggungjawab profesionalnya guna mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran.
Prinsip pertama ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan sebagai suatu upaya yang berkelanjutan secara siklustis sampai terjadinya peningkatan,
perbaikan, atau ‘kesembuhan’ sistem, proses, hasil, dan sebagainya.
2. Prinsip kedua bahwa meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-
tahapan penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, yaitu: persiapan planning, pelaksanaan pembelajaran action, observasi kegiatan
pembelajaran observation, evaluasi proses dan hasil pembelajaran evaluation, dan refleksi dari proses dan hasil pembelajaran reflection. Prinsip kedua ini
menginsyaratkan agar proses dan hasil pembelajaran direkam dan dilaporkan secara sistematik dan terkendali menurut kaidah ilmiah.
3. Prinsip ketiga bahwa kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan
kaidah ilmiah. Alur pikir yang digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah dan faktor penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan yang sesuai dengan
permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan yang tepat, penetapan skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data dan
analisis data. Obyektivitas, reliabilitas, dan validitas proses, data, dan hasil tetap dipertahankan selama penelitian berlangsung. Prinsip ketiga ini
PTK untuk Mata Pelajaran PAI |
119
mempersyaratkan bahwa dalam menyelenggarakan penelitian tindakan agar tetap menggunakan kaidah-kaidah ilmiah.
4. Prinsip keempat bahwa masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil dan merisaukan tanggungjawab profesional dan komitmen
terhadap pemerolehan mutu pembelajaran. Prinsip ini menekankan bahwa diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam
konteks pembelajaran yang sesungguhnya. Bila pendiagnosisan masalah berdasar pada kajian akademik atau kajian literatur semata, maka penelitian
tersebut dipandang sudah melanggar prinsip ke-otentikan. Jadi masalah harus didiagnosis dari kancah pembelajaran yang sesungguhnya, bukan sesuatu yang
dibayangkan akan terjadi secara akademik.
5. Prinsip kelima bahwa konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini penting karena
upaya peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat dilakukan sambil lalu, tetapi menuntut perencanaan dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh. Oleh karena
itu, motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam motivasi intrinsik, bukan sesuatu yang bersifat instrumental.
6. Prinsip keenam adalah cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di ruang kelas, tetapi dapat
diperluas pada tataran di luar ruang kelas, misalnya: tataran sistem atau lembaga. Perspektif yang lebih luas akan memberi sumbangan lebih signifikan
terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan.
KARAKTERISTIK PTK
Berdasar uraian-uraian yang telah dikemukakan sebelumnya di atas, maka dapat dicermati karakteristik penelitian tindakan kelas, yang berbeda dari karakteristik
penelitian formal, yaitu bahwa PTK merupakan;
An inquiry on pratice from within
Karakteristik pertama dari penelitian tindakan kelas bahwa kegiatan tersebut dimulai oleh permasalahan praktis yang dialami oleh pendidik dalam melaksanakan
tugas sehari-harinya sebagai pengelola program pembelajaran di dalam kelas atau sebagai jajaran staf pengajar di sekolah. Dengan kata lain penelitian tindakan kelas
bersifat practice driven dan action driven, dalam arti bahwa penelitian tindakan kelas bertujuan memperbaiki praktis secara langsung ‘disini’, ‘sekarang’ sehingga
seringkali istilah penelitian tindakan kelas dipertukarkan dengan istilah penelitian praktis.
120 |
Modul Pendidikan Agama Islam Pernyataan di atas menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas menitik
beratkan pada permasalahan yang spesifik dan kontekstual, hal ini membawa konsekuensi penelitian tindakan kelas tidak terlalu menghiraukan kerepresentativan
sampel seperti pada penelitian formal karena memang tujuan penelitian tindakan kelas bukan untuk menemukan, mengembangkan atau merevisi sebuah teori yang
dapat digeneralisasikan secara luas. Akan tetapi penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk memperbaiki improvement permasalahan praktis dalam
pembelajaran ‘disini’ dan ‘sekarang’.
Penelitian tindakan kelas juga berbeda dengan penelitian formal dalam hal metodologi. Metodologi penelitian tindakan kelas tidak kaku seperti penelitian formal,
dalam arti tidak terlalu memperhatikan kontrol terhadap perlakuan. Namun demikian sebagai kajian yang taat kaidah pengumpulan data tetap dilakukan dengan
menekankan objektivitas. Pengungkapan kebenenaran dilakukan secara cermat dan objektif sehingga memungkinkan terselenggaranya peninjauan ulang oleh teman
sejawat.
Dengan kata lain, Penelitian tindakan kelas dimaksudkan bukan untuk mengemukakan pembenaran diri self justification, melainkan untuk mengemukakan
kebenaran, meskipun jangkauanya lebih terbatas tidak dapat digeneralisasikan kepada populasi. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas bepijak pada dua
landasan yaitu involvement, keterlibatan langsung pendidik dalam pelaksanaan penelitian dan improvement, komitmen pendidik untuk melakukan perbaikan,
termasuk perbaikan dalam cara berpikir dan kinerjanya sendiri, kerena itu penelitian tindakan kelas dapat menjadi self reflective inquiry bagi pendidik, dalam situasi nyata
di dalam kelas.
Collaborativ
Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh pendidik, tetapi harus berkolaborasi dengan teman sejawatnya. Penelitian
tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Nuansa kolaborasi ini harus tertampilkan dalam
keseluruhan proses mulai dari identifikasi masalah bersama, perencanaan, pelaksanaan penelitian tindakan kelas, observasi dan evaluasi, dan refleksi, sampai
dengan penyusunan laporan akhir penelitian.
Reflective, Practice, Made Public
Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan untuk perbaikan improvement praktis. Berbeda dengan penelitian
formal yang lebih mengutamakan pendekatan eksperimental, penelitian tindakan
PTK untuk Mata Pelajaran PAI |
121
kelas lebih menekankan kepada proses ‘perenungan kembali refleksi terhadap proses dan hasil penelitian secara berkelanjutan untuk mendapatkan penjelasan dan
justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurang efektifan, dan sebagaianya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat digunakan memperbaiki
proses tindakan pada siklus-siklus selanjutnya.
Every Day Pratical Problems , penelitian tindakan kelas lebih memfokuskan permasalahan nyata di dalam
kelas yang dihadapi pendidik sehari-hari, bukan berangkat dari permasalahan yang bersifat teoritis teoritical problems. Oleh sebab itu penentuan masalah dalam
penelitian tindakan kelas harus berawal dari permasalahan yang nyata di dalam kelas yang ditandai dengan kerisauan pendidik, yang kemudian didiagnosis agar masalah
dari permasalahan tersebut sebelum bisa menentukan langkah-langakah tindakan yang paling tepat.
Teori menuju aksi,
Penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk mengadopsi teori kedalam tindakan yang nyata untuk merubah situasi yang sulit kedalam permasalahan praktis
yang bisa dipecahkan. Sementara Indrawati 2001 mengungkapkan sepuluh karateristik PTK.
Kesepuluh karakteristik itu adalah seperti betikut ini. 1. Masalah yang diangkat untuk dipecahkan melalui PTK harus berasal dari
persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru. Permasalahan penelitian hendaknya bersifa kontekstual dan spesifik.
2. Tujuan utama PTK adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki praktik-praktik pembelajaran secara langsung ketimbang menghasilkan pengetahuan baru
3. PTK berlingkup makro, dilakukan dalam lingkup kecil, bisa satu kelas atau beberpa kelas di satu sekolah sehingga tidak terlalu menghiraukan
kerepresentatifan sampel. Istilah sampel dan populasi tidak diperlukan dalam PTK, karena hasilnya bukan untuk digeneralisasi.
4. Hasil atau temuan PTK adalah pemahaman yang mendalam komprehensif mengenai kehidupanfenomena pembelajaran di kelas.
5. PTK bersifat praktis dan langsung, relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja atau dunia pendidikan.
6. Pada PTK, peneliti guru tetap melaksanakan tugas mengajarnya sehari-hari di kelas, dan guru sebagai peneliti dapat melakukan perubahan-perubahan atau
pemecahan masalah untuk memperbaiki atau meningkatkan pembelajaran. 7. PTK adalah jenis penelitian terapan yang melibatkan peneliti secara aktif dan
langsung, mulai dari pembuatan rancangan penelitian, rencana tindakan, hingga pada penerapannya dengan modifikasi
intervensi yang sesuai dengan perkembangan kelas.
122 |
Modul Pendidikan Agama Islam 8. PTK bersifat fleksibel dan adaptif, membolehkan perubahan-perubahan selama
dalam masa penelitian, tidak menghiraukan kontrol demi kepentingan pelaksanaan yang lebih terfokus pada penelitian on the spot experimentation
dan inovasi. 9. PTK dapat dilaksanakan secara koloboratif, yaitu kerjasama di antara guru dan
teman sejawat, atau kepala sekolah dan pakar pendidikan, untuk berbagi kepakaran dan pemahaman terhadap fenomena yang diteliti. PTK juga dapat
dilakukan secara individual oleh hanya seorang peneliti, dan atau dalam bentuk tim peneliti.
10. PTK dilaksanakan dengan langkah-langkah berupa siklus yang sistematis, dengan urutan: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
TUJUAN DAN MANFAAT PTK
Apakah tujuan kita melakukan penelitian tindakan kelas? Sebagaimana sudah dijelaskan pada paparan sebelumnya, jawaban yang paling mudah terhadap
pertanyaan tesebut adalah penelitian tindakan kelas dilaksanakan demi perbaikan improvement atau peningkatan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan
berkesinambungan. Mc Niff 1992 menegaskan bahwa dasar utama dilaksanakan penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan, kata perbaikan disini harus
dimaknai dalam konteks pembelajaran khususnya dan implementasi program pada umumnya
Jika tujuan utama penelitian tindakan kelas, untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani proses belajar mengajar, pertanyaan
selanjutnya yang muncul adalah ‘bagaimana tujuan tersebut dapat tercapai?’ tentu tujuan itu dapat tercapai dengan melakukan refleksi guna mendiagnosis keadaan,
kemudian mencobakan berbagai tindakan alaternatif secara sistematis untuk memecahkan permasalahan. Dengan kata lain, dilakukan perencanaan tindakan
alterfnataif oleh pendidik, kemudian dicobakan, dan dievaluasi efektifitasnya dalam memecahkan persoalan pembelajaran. Daur tindakan inilah yang dideskripsikan
dalam gambar 1 sebelumnya. Jika perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam konteks pembelajaran dapat terwujud akibat adanya PTK, dampak
penyerta yang dapat dicapai sekaligus oleh kegiatan penelitian ini adalah tumbuhnya budaya dan produktivitas meneliti di kalangan praktisi pendidikan pendidik.
Dengan demikian akibat logis dari uraian di atas maka banyak manfaat yang dapat dipetik, diantaranya yaitu 1 Pendidik semakin diberdayakan empowered
untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara mandiri. Prakarsa yang dimaksudkan untuk melakukan ‘revolusi inovasi’ dalam pendidikan hanya akan
berhasil jika dimulai dari ‘ujung tombak’ pelaksana di lapangan. 2 Pendidik memiliki keberanian mencobakan hal-hal baru yang diduga dapat membawa perbaikan dalam
kegiatan pembelajaranya di dalam kelas, keberanian ini berdampak pada munculnya rasa percaya diri dan kemandirian dalam memecahkan permasalahan pembelajaran
di dalam kelas. 3 Pendidik tidak lagi puas dengan rutinitas monoton complacent, melainkan terpacu untuk selalu berbuat lebih baik dari sekarang yang telah diraihnya
PTK untuk Mata Pelajaran PAI |
123
sehingga terbuka peluang untuk peningkatan kinerja secara berkesinambingan continue.
Secara ringkas, inovasi pembelajaran yang bersifat bottom up tumbuh dari bawah dengan sendirinya akan jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan yang
dilakukan dari atas top down. Hal ini karena pendekatan inovasi pembelajaran yang bersifat top down tidak jarang berangkat dari teori yang belum tentu sesuai dengan
keperluan pendidik secara individual dalam pemecahan permasalahan pembelajaran yang tengah dihadapinya di dalam kelas.
TAHAP-TAHAP PTK
PTK memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin Kemmis dan Mc Taggar, 1992 yaitu Planning Rencana, Action Tindakan, Observation
Pengamatan, dan Reflection Refleksi. Berikut ini adalah penjelasannya: 1. Planning Rencana
Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan sesuatu. Diharapkan rencana tersebut berpandangan ke depan, serta
fleksibel untuk menerima efek-efek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut secara dini kita dapat mengatasi masalah. Dengan perencanaan yang
baik seorang prak-tisi akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitas dan mendorong para praktisi tersebut untuk bertindak dengan lebih efektif. Sebagai
bagian dari perencanaan, partisipan harus bekerja sama dalam diskusi untuk membangun suatu kesamaan bahasa dalam menganalisis dan memperbaiki
pengertian maupun tindakan mereka dalam situasi tertentu.
2. Action Tindakan Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yang
dapat berupa suatu penerapan model pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan model yang sedang dijalankan. Tindakan
tersebut dapat dilakukan oleh mereka yang terlibat langsung dalam pelaksanaan suatu model pembelajaran yang hasilnya juga akan diperguna-kan untuk
penyempurnaan pelaksanaan tugas.
3. Observation Pengamatan Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendoku-mentasikan pengaruh-
pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan
harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek
tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang muncul.
4. Reflection Refleksi Refleksi disini meliputi kegiatan: analisis, sintesis, penafsiran
penginterpretasian, menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan
dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian, PTK tidak dapat dilaksanakan dalam sekali pertemuan karena
124 |
Modul Pendidikan Agama Islam hasil refleksi membutuhkan waktu untuk melakukannya sebagai planning untuk
siklus selanjutnya.
BAGAIMANA MEMULAI PTK?
Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengungkap penyebab masalah dan sekaligus memberikan solusi terhadap masalah. Upaya tersebut dilakukan secara
terkendali dan kolaboratif. Langkah-langkah pokok yang umumnya ditempuh adalah: 1 penetapan fokus masalah penelitian, 2 perencanaan tindakan perbaikan, 3
pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi, 4 analisis dan refleksi, dan 5 perencanaan tindak lanjut.
1. Penetapan fokus masalah penelitian a. Merasakan Adanya Masalah
Sebelum ada masalah yang ditetapkan, maka perlu ditumbuhkan sikap dan keberanian untuk mempertanyakan kualitas pembelajaran yang
selama ini dilcapai. Sikap demikian sangat diperlukan untuk menumbuhkan kemauan untuk memperbaiki diri. Pertanyaan-pertanyaan dapat diarahkan
pada: apakah kualitas siswa sudah cukup baik? Apakah proses pembelajaran yang dilakukan sudah cukup efektif? Apakah sarana
pembelajaran cukup memadai? apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas? Dan seterusnya. Tahapan ini disebut dengan tahapan
merasakan adanya masalah dalam pembelajaran.
b. Identifikasi Masalah Selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap masalah yang sangat
merisaukan. Pada tahap ini yang paling penting adalah menghasilkan gagasan-gasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami dalam
pembelajaran. Tahap ini disebut dengan tahapan mengidentifikasi permasalahan.
c. Analisis Masalah Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui proses identifikasi,
maka dilanjutkan dengan analisis masalah untuk menentukan urgensinya. Analisis terhadap masalah juga dimaksudkan untuk mengetahui proses
tindak lanjut perbaikan atau solusi obat yang akan diambil. d. Merumuskan Masalah
Selanjutnya, masalah-masalah yang dapat diidentifikasi dan ditetapkan dirumuskan secara jelas, spesifik dan operasional. Perumusan
masalah yang jelas akan memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Contoh rumusan masalah yang mengandung tindakan alternatif
yang ditempuh: apakah penerapan strategi Snow Bowling dapat meningkatkan minat belajar PAI melalui pada siswa kelas VII SMP Negeri 1
Pekanbaru ?
2. Perencanaan Tindakan a. Formulasi Hipotesis Tindakan
PTK untuk Mata Pelajaran PAI |
125
Setelah masalah dirumuskan secara operasional, maka perlu dirumuskan alternatif tindakan yang akan diambil. Alternatif tindakan yang
diambil dapat dirumuskan ke dalam hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan.
Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal. Hipotesis tindakan umumnya dirumuskan dalam
bentuk keyakinan tindakan yang diambil akan dapat memperbaiki suatu sistem, proses, atau hasil. Contoh: Penerapan strategi Snow Bowling akan
berdampak positif terhadap peningkatan minat balajar PAI pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pekanbaru.
a. Persiapan Tindakan Sebelum pelaksanaan tindakan, maka perlu perencanaan sebagai
tindakan persiapan. Beberapa hal perlu direncanakan secara baik, antara lain, 1 Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah
kegiatan dalam pembelajaran disamping bentuk-bentuk kegiatan yang akan dilakukan, 2 Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung
terlaksananya tindakan, 3 Mepersiapkan instrumen penelitian, misalnya untuk mengobservasi proses, kegiatan, dan hasil pembelajaran, 4
Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan dan menguji keterlaksanaannya di lapangan.
3. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi a. Pelaksanaan Tindakan
Jika semua tindakan dipersiapkan, maka skenario tindakan dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang aktual. Kegiatan pelaksanan
tindakan perbaikan merupakan tindakan pokok dalam siklus penelitian tindakan. Pada saat pelaksanaan tindakan, kegiatan mengobservasi dan
interpretasi dilakukan secara berbarengan dengan kegiatan refleksi. Penggabungan kegiatan tindakan, observasi, interpretasi, dan refleksi
merupakan suatu kenyataan proses pembelajaran yang utuh.
b. Observasi dan Interpretasi Secara umum, observasi merupakan upaya untuk merekam proses
yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Mengingat kegiatan observasi menyatu dalam pelaksanaan tindakan, maka perlu dikembangkan
sistem dan prosedur observasi yang mudah dan cepat dilakukan. Observasi akan memiliki manfaat apabila dilanjutkan dengan diskusi sebagai balikan.
Balikan ini sangat diperlukan untuk dapat memperbaiki proses penyelenggaraan tindakan.
4. Analisis dan Refleksi a. Analisis Data.
Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: reduksi data, paparan data, dan penyimpulan hasil analisis, 1 Reduksi Data, adalah proses
penyederhanaan data yang dilakukan melalui seleksi, pengelompokkan, dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi bermakna, 2
Paparan Data, merupakan suatu upaya menampilkan data secara jelas dan
126 |
Modul Pendidikan Agama Islam mudah dipahami dalam bentuk paparan naratif, grafik, atau perwujudan
lainnya, 3 Penyimpulan, merupakan pengumpulan intisari dari sajian data yang telah terorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang
singkat, padat dan bermakna.
b. Refleksi Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah
dan belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal tersebut terjadi demikian, dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi
digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan. Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan
sebagai analisis pemaknaan penjelasan penyimpulan tindak lanjut. Dalam melakukan refleksi ini, tentunya dilakukan terhadap dua variabel. Artinya
salah satu saja variabel yang diteliti belum mencapai target, maka perlu dilakukan daur ulang pada siklus berikutnya. Oleh karena itu, refleksi pada
PTK juga berfungsi sebagai analisis.
5. Perencanaan Tindak Lanjut. Bila hasil perbaikan yang diharapkan belum tercapai pada siklus 1, maka
diperlukan langkah lanjutan pada siklus 2. Satu siklus kegiatan merupakan kesatuan dari kegiatan perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi. Banyaknya siklus tidak dapat ditetapkan, dan karenanya perlu dibuatkan semacam kriteria
keberhasilan. Kriteria keberhasilan dapat ditetapkan, misalnya dengan menggunakan prinsip belajar tuntas. Apabila tingkat perbaikan yang diharapkan
tercapai minimal 75, Atau jika merujuk kepada permasalahan yang disbutkan di atas tentang peningkatan minat belajar PAI melalui penerapan strategi snow
bowling pada siswa kelas VII SMP Negeri I Pekanbaru, maka kegiatan pembelajaran itu dapat dikatakan sudah memenuhi kriteria apabila penerapan
strategi snow bowling sudah dianggap sempurna penerapannya dan pencapaian minat belajar meningkat memenuhi standar minimal sesuai dengan rancangan
PTK sebelumnya.
INSTRUMEN DALAM PTK
Instrumen penelitian digunakan sebagai alat pengumpulan data. Seperti apa instrument tersebut? Apa bentuk instrumen yang tepat untuk masalah penelitian
PTK? Instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data memiliki peran yang sangat penting dalam proses penelitian. Penarikan kesimpulan dari suatu penelitian
ditentukan oleh data yang terjaring melalui instrumen penelitian. Sedangkan bentuk instrumen penelitian sangat ditentukan oleh tehnik pengumpulan datanya. Oleh
karena itu, pemilihan tehnik pengumpulan data harus dapat mencapai tujuan untuk menjawab rumusan masalah. Jadi tehnik pengumpulan data dan instrumen penelitian
mestilah bersesuaian.
PTK untuk Mata Pelajaran PAI |
127
Bentuk Interumen Penelitian Tujuan Tehnik
Pengumpulan Data
Instrumen Penelitian Mengukur
pengetahuan keterampilan
Tes x Tes pilihan ganda
x Tes Essay x Kuis
x Lembar Kerja Siswa x Lembar Tugas Siswa
x Pekerjaan Rumah PR
Menegetahui pendapat
x Angkatkuesioner x Wawancara
x Lembar angketkuesioner x Pedoman Wawancara
Menilai peforma kinerja
Observasi x Lembar observasi pengamatan
x Unjuk kerja x Catatan lapangan
Pemilihan tehnik pengumpulan data ditentukan berdasarkan sumber data penelitian. Misal pada contoh masalah keaktifan siswa, sumber data yang relevan
adalah dari siswa melalui pengamatan atau catatan guru selama pembelajaran dan wawancara kepada siswa. Tehnik pengumpulan datanya menggunakan observasi
dan wawancara. Contoh lain, masalah penelitian meningkatkan minat belajar, maka sumber data yang relevan adalah dari siswa itu sendiri melalui performa dan
pendapatnya. Kondisi seperti ini, tentu datanya dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan angket. Jika masalahnya tentang penguasaan konsep pecahan
dalam pelajaran mawaris fiqh, maka sumber data yang relevan adalah siswa yang dapat dilihat dari performa tertulis maupun verbal. Tehnik pengumpulan datanya
menggunakan tes hasil belajar, hasil kerja dalam LKS, PR dan wawancara.
Instrumen yang diperlukan dalam penelitian tindakan harus sejalan dengan prosedur dan langkah penelitian tindakan kelas itu sendiri. Ditinjau dari hal tersebut,
maka instrumen-instrumen itu dapat dikelompokkan menjadi 3 tiga, yaitu: instrumen untuk mengobservasi pendidik observing teachers, instrumen untuk
mengobservasi kelas observing classroom, dan instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa observing students.
1. Pengamatan terhadap Perilaku Pendidik Observing Teachers
Observasi merupakan alat yang efektif untuk mempelajari tentang metode dan strategi yang diimplementasikan di kelas, misalnya, tentang organisasi kelas,
respon siswa terhadap lingkungan kelas, dan sebagainya. Salah satu bentuk instrumen observasi adalah observasi anekdotal anecdotal record.
Observasi anekdotal memfokuskan pada hal-hal spesifik yang terjadi di dalam kelas atau catatan tentang aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran.
Observasi anekdotal mencatat kejadian di dalam kelas secara informal dalam
128 |
Modul Pendidikan Agama Islam bentuk naratif. Sejauh mungkin, catatatan itu memuat deskripsi rinci dan lugas
peristiwa yang terjadi di kelas. Observasi anekdotal tidak mempersyaratkan pengamat memperoleh latihan secara khusus. Suatu observasi anekdotal yang
baik setidaknya memiliki empat ciri, yaitu: 1 pengamat harus mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa yang terjadi di kelas, 2 tujuan, batas waktu dan
rambu-rambu pengamatan jelas, 3 hasil pengamatan dicatat lengkap dan hati- hati, dan 4 pengamatan harus dilakukan secara obyektif.
Beberapa model pengamatan anekdotal diusulkan oleh Reed dan Bergermann 1992 yang dapat digunakan dalam PTK, antara lain:a Catatan
Anekdotal Peristiwa dalam Pembelajaran Anecdotal Record for Observing Instructional Events, b Observasi Anecdotal Interaksi Guru-Siswa Anecdotal
Teacher-Student Interaction Form, c Observasi Anekdotal Pola Pengelompokkan Belajar Anecdotal Record Form for Grouping Patterns, d
Observasi Terstruktur structured observation, e Lembar Observasi Model Manajemen Kelas Checklist for Management Model, f Lembar Observasi
Keterampilan Bertanya Checklist for Examining Questions, g Catatan Anekdotal Aktivitas Pembelajaran Anecdotal Record of Pre-, Whilst-, and Post-Teaching
Activities , h Catatan Anekdotal Membantu Siswa Berpartisipasi Checklist for Routine Involving Students, dan sebagainya.
2. Pengamatan terhadap Kelas Observing Classrooms Pengamatan anekdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan
terhadap segala kejadian yang terjadi di kelas. Pengamatan ini sangat bermanfaat karena dapat mengungkapkan praktik-praktik pembelajaran yang menarik di
kelas. Disamping itu, observasi demikian dapat menunjukkan strategi yang digunakan guru dalam menangani kendala dan hambatan pembelajaran yang
terjadi di kelas. Observasi anekdotal kelas meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya, dan manajemen kelas.
Beberapa model pengamatan anekdotal kelas diusulkan oleh Reed dan Bergermann 1992 yang dapat digunakan dalam PTK, antara lain: a Format
Anekdotal Organisasi Kelas Form for Anecdotal Record of Classroom Organization, b Format Peta Kelas Form for a Classroom Map, c Observasi
Kelas Terstruktur Structured Observation of Classrooms, d Format Skala Pengkodean Lingkungan Sosial Kelas Form for Coding Scale of Classroom
Social Environment, e Lembar Cek Wawancara Personalia Sekolah Checklist for School Personnel Interviews, f Lembar Cek Kompetensi Checklist of
Competencies, dan sebagainya.
3. Pengamatan Perilaku Siswa Observing Students.
PTK untuk Mata Pelajaran PAI |
129
Observasi anekdotal terhadap perilaku siswa dapat mengungkapkan berbagai hal yang menarik. Masing-masing individu siswa dapat diamati secara
individual atau bekelompok sebelum, saat berlangsung, dan sesudah usai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga dapat diamati, dalam kurun
waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan, saat tindakan diimplementasikan, dan seusai tindakan.
Beberapa model pengamatan terhadap perilaku siswa diusulkan oleh Reed dan Bergermann 1992 yang dapat digunakan dalam PTK, antara lain: a
Tes Diagnostik Diagnostic Test , b Catatan Anekdotal Perilaku Siswa Anecdotal Record for Observing Students, b Format Bayangan Shadowing
Form, c Kartu Profil Siswa Profile Card of Strudents, d Carta Deskripsi Profil Siswa Descriptive profile Chart, Sistem Koding Partisipasi Siswa Coding
System to Observe Student Participation in Lessons, e Inventori Kalimat tak Lengkap Incomplete Sentence Inventory, f Pedoman Wawancara untuk
Refleksi Interview Guide for Reflection, g sosiogram, dan sebagainya.