Rangkuman Makna nasehat beragam intinya anjuran petunjuk, peringatan, teguran yang baik,

Materi PAI untuk MIMTsMA | 207 Sesungguhnya kamu akan mendatangi kaum Ahli Kitab. Maka ajaklah mereka untuk menyaksikan bahwa tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah, dan saya adalah utusan Allah. Kalau mereka telah mentaati hal itu, maka beritahukan kepada mereka, bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Kalau mereka telah mentaati hal itu, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka mengeluarkan zakat, diambil dari orang-orang kaya dan dibagikan kepada orang fakir diantara mereka. HR. Muttafaq ‘alaih Sedangkan dalil ijma’, bahwa kesepakatan umat sejak dulu sampai sekarang menyatakan kewajiban zakat, tidak ada satupun bantahan terhadap kewajiban ini, orang yang mengingkari kewajibannya dipandang kafir atau murtad. Abubakar pernah memerangi kaum murtad yang tidak mengeluarkan zakat, dan para sahabat sependapat dengan Abubakar, bahkan mereka bersamanya memerangi kaum murtad. C. Dasar hukum zakat dalam Hukum Positif Indonesia Dalam konteks hukum positif di Indonesia, berbagai aturan dalam pengelolaan zakat telah dibakukan taqnin dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat UUPZ Nomor 38 Tahun 1999 yang merupakan formalisasi hukum zakat. Selanjutnya UUPZ itu telah direvisi sehingga muncul UU Pengelolaan Zakat yang baru Nomor 23 Tahun 2011 dan telah masuk dalam Lembaran Negara Republik Indonesia LNRI bernomor 115 tertanggal 25 November 2011. Struktur dari UUPZ yang baru terdiri dari 11 Bab dengan 47 Pasal, diantaranya mengarahkan agar pengelolaan zakat harus dilembagakan sesuai dengan syariat Islam, dan harus memenuhi asas-asas amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilias sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efesiensi pelayanan. UUPZ yang baru juga memberikan kewenangan dan tanggungjawab kepada lembaga yang dipandang mampu mengkoordinasikan pengelolaan zakat secara nasional, yaitu BAZNAS Badan Amil Zakat Nasional yang bertugas melakukan perencanaan, pengumpulan, pengendalian dan pelaporan zakat. III. Rukun dan Syarat Kewajiban Zakat Adapun rukun zakat ialah: a. Niat untuk menunaikan zakat dengan ikhlas karena Allah Swt. QS. al-Bayyinah: 5. b. Adanya orang yang menunaikan zakat muzakki. c. Adanya orang yang berhak menerima zakat mustahiq. d. Adanya barang atau harta yang dizakatkan. Zakat mempunyai beberapa syarat wajib dan syarat sah. Menurut kesepakatan ulama, syarat wajib zakat adalah merdeka, muslim, baligh, berakal, kepemilikan harta yang penuh, mencapai nishab, dan mencapai haul. Pada saat semua persyaratan di atas terpenuhi, maka tidak ada alasan untuk tidak melaksanakan kewajiban zakat. Adapun syarat sahnya zakat adalah niat yang menyertai pelaksanaan zakat. Penjelasan tentang syarat-syarat wajib zakat sebagai berikut: 1. Islam. Zakat diwajibkan kepada orang muslim, bukan kafir dan murtad, karena zakat merupakan ibadah mahdhah yang suci, sedangkan orang kafir bukan orang yang suci dan bukan termasuk orang yang ahli didalam beribadah seperti yang disyariatkan Islam. Sedangkan seorang muslim yang memenuhi syarat wajib zakat 208 | Modul Pendidikan Agama Islam kemudian ia murtad, menurut fuqaha’ Syafi’iyah wajib mengeluarkan zakat yang dimilikinya sebelum murtad. Namun Abu Hanifah berpendapat, murtadnya seseorang menggugurkan semua kewajibannya sebelum murtad, sebab orang murtad sama hukumya dengan orang kafir.

2. Merdeka al-Hurriyah. Persyaratan ini menafikan kewajiban zakat terhadap hamba

sahaya sebagai konsekuensi dari ketiadaan hak milik yang diberikan kepadanya.

3. Baligh dan berakal sehat. Fuqaha’ mazhab Hanafi menetapkan baligh dan berakal

sebagai syarat wajib zakat. Dengan demikian, zakat tidak wajib diambil dari harta anak kecil dan orang gila, sebab keduanya tidak termasuk dalam ketentuan orang yang wajib mengerjakan ibadah seperti halnya shalat dan puasa. Sedangkan jumhur mayoritas ulama selain mazhab Hanafi tidak menetapkan baligh dan berakal sebagai syarat wajib zakat. Menurut jumhur ulama, harta anak kecil dan orang gila wajib dikeluarkan zakatnya, dan yang mengeluarkannya adalah walinya, berdasarkan hadis: ˵Δ˴ϗ˴Ω͉λϟ΍˵Ϫ˴Ϡ˵ϛ˸΄˴Ηϰ͉Η˴Σ˵Ϫ˸ϛ˵έ˸Η˴ϳϻ ˴ϭ˶Ϫϳ˶ϓ ˸έ ˶Ο͉Η˴ϳ˸Ϡ˴ϓ˲ϝΎ˴ϣ˵Ϫ˴ϟΎ˱ϣϳ˶Η˴ϳ˴ϲ˶ϟ ˴ϭ˸ϥ˴ϣϻ˴΃ ϲϘϬϳΑϟ΍ϩ΍ϭέ Ketahuilah, siapa yang menjadi wali memegang urusan anak yatim yang memiliki harta hendaklah ia mengembangkannya dengan perniagaan, dan dia tidak boleh membiarkannya sampai harta itu termakan oleh kewajiban zakat.

4. Harta itu milik sendiri secara sempurna al-milku al-t Ɨm. Harta tersebut berada

dalam kontrol dan kekuasaanya secara penuh, dan dapat diambil manfaatnya secara penuh. Harta itu didapatkan melalui proses kepemilikan yang dibenarkan menurut syariat Islam dengan cara-cara yang sah, baik dan halal sumbernya. Seseorang yang memiliki harta yang mencapai nishab, namun memiliki hutang pada orang lain yang jika dibayarkan sisa hartanya tidak lagi mencapai nishab, maka tidak dikenakan kewajiban zakat, karena hartanya bukanlah miliknya secara sempurna.

5. Mencapai nishab bulugh al-nishab. Jumlah harta yang dimiliki telah mencapai

ukuran satu nishab. Ketentuan tentang kadar nishab setiap jenis harta akan dijelaskan tersendiri. 6. Kepemilikan harta sudah berlalu satu tahun al-haul. Harta yang sudah mencapai nishab baru wajib dizakatkan jika sudah sampai setahun dimiliki secara sempurna. Persyaratan ini hanya berlaku bagi hewan ternak, harta simpanan dan perniagaan. Sedang hasil pertanian, buah-buahan, rikaz barang temuan tidak ada syarat haul. Selain itu, terdapat persyaratan lainnya terhadap kewajiban zakat harta, yaitu harta yang dimiliki merupakan harta yang dapat bertambah atau berkembang al-amw Ɨl al-n Ɨmiyah bila diusahakan atau berpotensi berkembang qƗbil li al-namƗ’, bebas dari hutang al-sal Ɨmah min al-dayn, harta yang dimiliki lebih dari kebutuhan pokok al- fadhlu ‘an al-haw Ɨij al-ashliyyah mencakup sandang, pangan, tempat tinggal, kendaraan dan alat-alat kerja. Kemudian, khusus untuk jenis kurma dan biji-bijian atau buah-buahan disyaratkan telah matang dan enak.