Prioritas Penerimaan Warisan Wajib menunaikan seluruh wasiat pewaris selama tidak melebihi jumlah

300 | Modul Pendidikan Agama Islam

3. Penghalang Hak Waris al-Hajb

‡ Al-hajb bermakna penghalang atau penggugur. Menurut istilah ialah orang yang menghalangi orang lain untuk mendapatkan warisan, dan al-mahjub berarti orang yang terhalang untuk mendapatkan warisan. Macam-macam al-Hajb terbagi dua, yaitu: 1. Al-hajb bil washfi berdasarkan sifatnya, orang yang terkena hajb tersebut terhalang dari mendapatkan hak waris secara keseluruhan, misalnya orang yang membunuh pewarisnya, kafir atau murtad, serta budak. Maka hak waris untuk kelompok ini menjadi gugur atau terhalang. Al-hajb bil washfi di dalam kalangan ulama faraid dikenal pula dengan nama al-Hirman. 2. Al-hajb bi asy-syakhshi karena orang lain, yaitu gugurnya hak waris seseorang dikarenakan adanya orang lain yang lebih berhak untuk menerimanya. Al-hajb bi asy-syakhshi ini sendiri terbagi menjadi dua, yaitu: ‡ Hajb Hirman, yaitu penghalang yang menggugurkan seluruh hak waris seseorang. Misalnya, terhalangnya hak waris seorang kakek karena adanya ayah, terhalangnya hak waris cucu karena adanya anak, terhalangnya hak waris saudara seayah karena adanya saudara kandung. ‡ Hajb Nuqshan, yaitu penghalangan terhadap hak waris seseorang untuk mendapatkan bagian yang terbanyak. Contohnya, suami terhalang mendapatkan bagian warisan, dari setengah 12 menjadi seperempat 14, karena adanya keturunan istri yang dapat mewarisi. ‡ Ahli Waris yang tidak mungkin terkena Hajb Hirman ada enam orang: 1. Anak laki-laki. 2. Anak perempuan. 3. Ayah. 4. Ibu. 5. Suami. 6. Istri Munasakhat ‡ Munasakhat menurut ulama faraid ialah meninggalnya sebagian ahli waris sebelum pembagian harta waris sehingga bagiannya berpindah kepada ahli warisnya yang lain. Dengan demikian, bisa saja dalam satu keadaan terdapat seorang pewaris orang yang meninggal yang meninggalkan beberapa ahli waris, lalu ada diantara mereka, salah seorang atau lebih yang juga meninggal dunia, dimana harta warisan belum dibagikan sama sekali kepada mereka semua. Maka dalam hal ini terdapat pewaris kesatu orang yang meninggal dunia pertama kali dan pewaris kedua, yakni orang yang meninggal dunia kemudian, dimana sebenarnya pewaris kedua ini adalah ahli waris dari pewaris kesatu. Masing-masing mereka, yakni pewaris kesatu memiliki ahli waris tersendiri ahli waris kesatu dan pewaris kedua memiliki ahli waris tersendiri juga ahli waris kedua. ‡ Tata Cara Perhitungan untuk Kasus Munasakhat. Dalam hal menghitung bagian masing-masing ahli waris untuk kasus munasakhat, terdapat 4 tahap yang harus dilakukan, yakni: 1. Menghitung bagian untuk seluruh ahli waris yang pertama dengan memberikan hak waris kepada setiap ahlinya, termasuk hak waris untuk ahli waris yang meninggal. 2. Menghitung bagian untuk ahli waris yang kedua dengan memberikan hak waris kepada setiap ahlinya, tanpa memperdulikan bagian ahli waris pertama Materi PAI untuk MIMTsMA | 301 diatas. Kemudian hasilnya dikalikan dengan bagian yang diterima oleh pewaris kedua. 3. Membandingkan pembagi antara ahli waris pertama dan ahli waris kedua, lalu disamakan sesuai dengan kelipatan persekutuan terkecilnya. 4. Menghitung bagian seluruh ahli waris jami’ah, yakni ahli waris pertama dan kedua digabungkan sesuai dengan pembagi yang sudah dihasilkan pada tahap 3 diatas. Al-Takharruj Min Al-Tarikah ‡ Maksudnya adalah pengunduran diri seorang ahli waris dari hak yang dimilikinya untuk mendapatkan bagiannya secara syari. Dalam hal ini dia hanya meminta imbalan berupa sejumlah uang atau barang tertentu dari salah seorang ahli waris lainnya ataupun dari harta peninggalan yang ada. Hal ini dalam syariat Islam dibenarkan dan diperbolehkan. Dikeluarkannya sebagian harta waris, karena salah seorang dari ahli waris memintanya, kemudian ia bersedia menggantinya. Menurut syara, hal tersebut boleh dilakukan, jika seluruh ahli waris ridha. Kasus seperti ini di kalangan ulama faraid dikenal dengan istilah pengunduran diri atau menggugurkan diri dari hak warisnya. ‡ Tata Cara Perhitungan untuk Kasus At-Takharuj min at-Tarikah. Apabila salah seorang ahli waris ada yang menyatakan mengundurkan diri, atau menyatakan hanya akan mengambil sebagian saja dari hak warisnya, maka ada dua cara yang dapat menjadi pilihannya, yaitu: 1. Ia menyatakan kepada seluruh ahli waris yang ada, bahwa ia mengundurkan diri, atau menyatakan hanya akan mengambil sebagian saja dari hak warisnya, berikut dengan imbalan yang ia inginkan. Maka dalam hal ini, carilah pembaginya, kemudian keluarkanlah bagian ahli waris yang mengundurkan diri tersebut, sehingga seolah-olah ia telah menerima bagiannya, dan sisanya dibagikan kepada ahli waris yang ada. Maka jumlah sisa bagian yang ada itulah pembagi yang harus digunakan oleh sisa ahli waris. 2. Ia hanya memberitahukan kepada salah seorang dari ahli waris yang ditunjuknya dan bersepakat bersama. Maka dalam hal ini, pembagiannya hanya dengan cara melimpahkan bagian hak ahli waris yang mengundurkan diri itu kepada bagian orang yang diberi. MASALAH-MASALAH DALAM PEMBAGIAN HARTA WARIS ¾ ‘Aul Adalah masalah penyelesaian harta waris di luar ketentuan kadar yang sudah ditentukan, karena harta kurang dari pembagian menurut kadar pembagian yang telah ditentukan didapatkan jumlah pembilang melebihi penyebutnya. Penyelesaiannya, jumlah pembilang menjadi penyebut sehingga dapat terbagi tanpa ada kekurangan harta waris. ¾ Radd 302 | Modul Pendidikan Agama Islam Adalah masalah penyelesaian harta waris di luar ketentuan kadar yang telah ditentukan, karena ada sisa kelebihan harta. Cara penyelesaiannya adalah sisa harta itu dibagi kepada ahli waris yang ada hubungan nasab darah berdasarkan perbandingan menurut kadar pembagian yang telah ditentukan. ¾ Gharrawain Adalah ahli waris yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan suami; atau ayah, ibu dan isteri. Cara perhitungan pembagian warisnya di luar ketentuan pembagian waris sesuai kadar yang telah ditentukan khususnya bagi ayah dan ibu. Ayah dan ibu beroleh sisa harta dibagi sebagaimana perolehan anak laki-laki berbanding anak perempuan dua berbanding satu, setelah perolehan suami atau isteri. ¾ Gono-gini Adalah berasal dari tradisi adat beberapa kelompok masyarakat di indonesia, di mana isteri pada dasarnya telah bersusah-payah mengurusi rumah tangga namun sang isteri dianggap tidak memiliki harta apapun karena tidak menghasilkan harta . Jerih payah isteri oleh adat dihargai dengan hak pemilikan. Kemudian, oleh hukum perundangan di indonesia uu perkawinan dan kompilasi hukum islam dirumuskan bahwa gono-gini adalah harta bersama suami-isteri terhitung mulai saat tanggal perkawinan dengan perolehan masing-masing separuh harta apabila terjadi perceraian cerai hidup atau cerai mati. ¾ Wasiat wajibah Adalah sebuah wasiat yang ditetapkan oleh hukum perundangan di indonesia yang bersifat wajib walaupun muwaris tidak mengucapkan wasiat sebelum meninggal dunia yang diberikan kepada anak angkat atau orang tua yang berbeda agama. CONTOH PEMBAGIAN WARIS Contoh soal 1: Seorang laki-laki meninggal dunia dengan meninggalkan 1 orang istri , 1 orang anak laki- laki dan 1 orang anak perempuan dari anak laki-laki. Jawab: Cucu perempuan: hajb terhalang karena adanya anak laki-laki Istri: 18 karena terdapat anak dan cucu. Sisa 78 untuk anak laki-laki. Ahli waris Bagian Ashlul Masalah = 8 Istri 18 1 Anak laki-laki Sisa 7 Cucu perempuan - - Contoh soal 2: Seorang laki-laki meninggal dunia dan meninggalkan 1 anak perempuan dan seorang ayah. Jawab: Ayah: 16 + 26 ‘ashobah Anak perempuan: 12 karena hanya satu, tidak ada anak laki-laki