Tidak adanya mawani’ pencegah ϊѧѧϧ΍ϮϤϟ΍ϡΪѧѧϋ atau penghalang dari hak

Materi PAI untuk MIMTsMA | 297 9. Orang yang menerima wasiat melebihi 13 harta peninggalan; dan 10. Baitul Maal. a. Ashhabul-furudh adalah semua ahli waris yang mendapat bagian fardh tertentu seperti tertulis dalam al-Quran, Surat An-Nisa ayat 11, 12, dan 176, yaitu 12 setengah, 14 seperempat, 18 seperdelapan, 23 dua pertiga, 13 sepertiga, dan 16 seperenam. ‡ Ahli waris ashhabul-furudh perempuan terdiri dari isteri, anak perempuan, cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki, saudara perempuan kandung, saudara perempuan sebapak, saudara perempuan seibu, ibu, dan nenek dari pihak ibu maupun dari pihak bapak. Sementara yang laki-laki terdiri dari suami, bapak, kakek bapak dari bapak, dan saudara laki-laki seibu. Semua ashhabul-furudh yang disebutkan ini adalah ashhabul-furudh nasabiyah karena hubungan nasab, kecuali suami dan isteri yang termasuk ashabul-furudh sababiyah karena hubungan perkawinan. Bagian Ashhabul Furudh ‡ Ashhabul-furudh yang menerima bagian SETENGAH ada lima orang, yaitu 1. seorang anak perempuan jika tidak bersama-sama dengan anak laki. 2. seorang cucu perempuan keturunan anak laki-laki jika tidak ada cucu perempuan atau cucu laki-laki keturunan anak laki-laki. 3. suami jika tidak ada anak. 4. seorang saudara perempuan kandung jika tidak ada saudara laki-laki kandung. 5. seorang saudara perempuan sebapak jika tidak ada saudara laki-laki sebapak. ‡ Bagian SEPEREMPAT adalah untuk dua macam ahli waris, yaitu 1. suami jika ada anak dan 2. isteri jika tidak ada anak. ‡ Sementara itu, fardh SEPERDELAPAN hanya diperuntukkan bagi seorang ahli waris, yaitu isteri jika memiliki anak. ‡ Adapun ahli waris yang mendapat DUA PERTIGA ada empat macam, yaitu 1. dua orang anak perempuan atau lebih jika tidak ada anak laki-laki, 2. dua orang cucu perempuan atau lebih jika tidak ada cucu laki-laki atau anak perempuan, 3. dua orang saudara perempuan kandung atau lebih jika tidak ada saudara laki- laki kandung, dan 4. dua orang saudara perempuan sebapak atau lebih jika tidak ada saudara laki- laki sebapak, anak perempuan, cucu perempuan, dan saudara perempuan kandung. ‡ Bagian SEPERTIGA dimiliki oleh dua macam ahli waris, yaitu 1. ibu jika tidak ada anak, atau tidak ada dua orang saudara atau lebih, baik kandung, sebapak, maupun seibu dan 2. dua orang atau lebih saudara seibu, baik laki-laki maupun perempuan. 298 | Modul Pendidikan Agama Islam ‡ Bagian SEPERENAM menjadi hak dari tujuh macam ahli waris: 1. bapak jika ada anak laki-laki atau cucu laki-laki, 2. ibu jika ada anak, atau ada dua saudara atau lebih, 3. kakek jika ada anak laki-laki, dan tidak ada bapak, 4. nenek jika tidak ada ibu, 5. saudara laki-laki seibu atau saudara perempuan seibu jika seorang diri dan tidak ada anak, bapak, dan kakek, 6. cucu perempuan jika bersama seorang anak perempuan, dan 7. saudara perempuan sebapak jika bersama dengan saudara perempuan kandung.

b. ‘Ashabah Nasabiyah

Yaitu ahli waris yang memiliki hubungan nasab yang tidak mendapat bagian yang tertentu jumlahnya, tetapi mendapatkan sisa ushubah dari ashhabul-furudh atau seluruh harta jika ternyata tidak ada ashhabul-furudh sama sekali. Apabila sudah tidak ada sisa sedikitpun, maka ashabah tidak mendapatkan apa-apa. Ashabah nasabiyah dapat dibedakan atas 3 macam, yaitu ashabah bin-nafsi, ashabah bil-ghair, dan ashabah maal-ghair. 1. Ashabah bin-nafsi adalah kerabat laki-laki yang dihubungkan dengan pewaris tanpa diselingi oleh orang perempuan. Ashabah jenis ini menerima harta warisan menurut prioritas empat jurusan sebagai berikut: a jurusan anak bunuwwah, yaitu anak laki-laki, cucu laki-laki, dan seterusnya ke bawah, kemudian b jurusan bapak ubuwwah, yaitu bapak, kakek, dan seterusnya ke atas, kemudian c jurusan saudara ukhuwwah, yaitu saudara laki-laki kandung, saudara laki-laki sebapak, anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung atau keponakan kandung, anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak atau keponakan sebapak, dan seterusnya ke bawah d jurusan paman umumah, yaitu paman kandung, paman sebapak, anak laki-laki dari paman kandung atau sepupu laki-laki kandung, anak laki- laki dari paman sebapak atau sepupu laki-laki sebapak, dan seterusnya ke bawah. 2. ‘Ashabah bil-ghair, mereka adalah setiap perempuan yang memerlukan orang lain yaitu laki-laki untuk menjadikan mereka ashabah dan untuk bersama-sama menerima ushubah. Ashabah bil-ghair terdiri dari 4 orang perempuan ashhabul- furudh yang bagian mereka 12 jika seorang diri dan 23 jika lebih dari seorang. Mereka itu adalah anak perempuan, cucu perempuan, saudara perempuan kandung, dan saudara perempuan sebapak. Keempat orang ini menjadi ashabah jika bersama-sama dengan saudara laki-lakinya masing-masing yang sederajat, yaitu anak laki-laki, cucu laki-laki, saudara laki-laki kandung, dan saudara laki- laki sebapak. Orang yang menjadikan keempat perempuan ini ashabah bil-ghair disebut muashshib. Setiap pasangan ini, misalnya anak laki-laki dengan anak