Zakat Profesi Penghasilan Zakat Fitri

Materi PAI untuk MIMTsMA | 219 Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya.” Rasulullah saw. bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan untukmu sesuatu yang dapat disedekahkan? Yaitu, setiap kali tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, menyuruh pada kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan hubungan intim kalian dengan isteri adalah sedekah.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah salah seorang di antara kami melampiaskan syahwatnya dan dia mendapatkan pahala?” Rasulullah saw. menjawab, “Bagaimana pendapat kalian jika ia melampiaskan syahwatnya pada yang haram, apakah ia berdosa? Demikian juga jika melampiaskannya pada yang halal, maka ia mendapatkan pahala.” HR. Muslim Sebagian ulama fiqh mengatakan bahwa shadaqah wajib dinamakan zakat, sedangkan shadaqah sunnah dinamakan infaq. Sebagian yang lain mengatakan infaq wajib dinamakan zakat, sedangkan infaq sunnah dinamakan shadaqah. Dalam versi yang berbeda, hubungan dan ruang lingkup antara zakat-infaq- shadaqah dapat digambarkan seperti berikut: Shadaqah lingkaran besar yang di dalamnya terdapat lingkaran kecil yang bernama infak, dan di dalam lingkaran kecil infak itu terdapat lingkaran lagi bernama zakat. Shadaqah lebih luas dari sekedar infak maupun zakat. Karena shadaqah tidak hanya berarti mengeluarkan atau mendermakan harta. Namun shadaqah mencakup segala amal atau perbuatan baik. Karena itu, untuk membedakannya dengan zakat yang hukumnya wajib, para fuqaha menggunakan istilah shadaqah tathawwu’ atau al-shadaqah al-nafilah. Sedang untuk zakat, dipakai istilah al-shadaqah al-mafrudhah. Infak memiliki arti lebih luas dari zakat, yaitu mengeluarkan atau menafkahkan uang. Infak ada yang wajib, sunnah dan mubah. Infak wajib di antaranya adalah zakat, kafarat, infak untuk keluarga dan sebagainya. Infak sunnah adalah infak yang sangat dianjurkan untuk melaksanakannya namun tidak menjadi kewajiban, seperti infak untuk dakwah, pembangunan masjid dan sebagainya. Sedangkan infak mubah adalah infak yang tidak 220 | Modul Pendidikan Agama Islam masuk dalam kategori wajib dan sunnah, serta tidak ada anjuran secara tekstual ayat maupun hadits, diantaranya seperti infak untuk mengajak makan-makan, dsb. Adapun perbedaan antara zakat dan sedekah secara terperinci dapat dilihat dalam tabel berikut: ZAKAT SEDEKAH Hukumnya wajib Hukumnya sunnah Termasuk Rukun Islam Bukan Rukun Islam Memiliki kriteria kadar tertentu nishab Tidak mempunyai kadar tertentu. Memiliki masa untuk dikeluarkan haul Tidak mempunyai masa khusus untuk dikeluarkan Pembatasan penerima tertentu mustahiq zakat Tidak dibatasi penerima tertentu. Orang yang tidak mengeluarkan zakat diancam dengan hukuman Orang yang tidak mengeluarkan sedekah tidak akan dihukum. Berdasarkan Undang-undang Pengelolaan Zakat Nomor 23 tahun 2011 Bab I pasal 1, perbedaan definisi zakat, infak dan sedekah sebagai berikut: Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Infak adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum. Sedekah adalah harta atau non harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum. Dalil Disyari’atkan Shadaqah Diantaranya dalam QS. al-Baqarah: 280 ɄisɅfɄaɈMɄɈgɅɈkɅ\ɈiɆ ɈgɅ]Ʉ`Ɂ Ɉ˼ɄsɅXɛ,Ʉ=ɄɈiɄɄrɃɄ ɄɻɈzɄe Ʉ˰Ɇ ɁɄ0ɆIɄkɄTɃɄ ɈɻɅLrɅ-ɄiɄ\ɈiɆ Ʉr Dan jika orang berutang itu dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan sebagian atau semua utang itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. QS. al-Baqarah: 271 Ʌ]ɈkɄLɅ0ɝUɄ]ɅyɄrɈgɅ]Ʉ`Ɂ Ɉ˼ɄɄsɅpɄTɄɄ0ɄYɅUɈ`ɄosɅɈɅɄrɄosɅUɈɅɈiɆ Ʉr Ʉ{Ɇo ɛ˴ɆMɆkɄT ɆɄXɄ,ɛ=`rɅ,ɈɅɈiɆ ɈgɅ]ɆɄ ɝzɄ4ɈlɆeɈg Ʌɛ˿Ʉr Ɂ˼ɆɄɄisɅaɄfɈMɄɄ Ɇɬ Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Ъ0ɱZ9s`rk`sYЪͧga4rqzaL˿˱_Xr Peliharalah dirimu dari api neraka meskipun dengan menyedekahkan sepotong kurma”. HR. Ahmad. ;_X NEYjc+le- Ъͧc ͧʙleʘ qafL y X, rͅ NUkygaL q `,`rr Ъq`sL,y ͨga5emr Materi PAI untuk MIMTsMA | 221 Apabila seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya. HR. Muslim . Hikmah Shadaqah x Mendapatkan pahala yang berlipat ganda QS. Al-Baqarah: 245 x Shadaqah adalah perisai dari neraka ˳Γ˴ή˸Ϥ˴Η˷˶ϖ˶θ˶Α ˸Ϯ˴ϟ ˴ϭ˴έΎ͉Ϩϟ΍˵Ϫ˴Ϭ˸Ο ˴ϭ˸Ϣ˵ϛ˵Ϊ˴Σ˴΃˶ϖ͉Θ˴ϴ˶ϟ x Shadaqah Penghapus Kesalahan ˵Δ˴ϗ˴Ϊ͉μϟ΍ ˴ϭ ˴έΎ͉Ϩϟ΍ ˵˯Ύ˴Ϥϟ΍ ˵Ί˶ϔ˸τ˵ϳ Ύ˴Ϥ˴ϛ ˴Δ˴Ό˸ϴ˶τ˴Ψϟ΍ ˵Ί˶ϔ˸τ˵Η “Shadaqah itu menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api” [HR. Ahmad] x Pelindung di padang Mahsyar, sesuai hadis ˴Ϧ˸ϴ˴Αϰ˴π˸Ϙ˵ϳϰ͉Θ˴Σ˶Ϫ˶Θ˴ϗ˴Ϊ˴λ ˷˶Ϟ˶υ ˸ϲ˶ϓ ˳Ή ˶ή˸ϣ΍ ͊Ϟ˵ϛ ˶αΎ͉Ϩϟ΍ “Setiap orang berada dalam naungan shadaqahnya hingga diputuskan perkara di antara manusia ”. [HR. Ahmad]. x Shadaqah adalah sebab malaikat mendo’akan seseorang, berdasarkan hadis ɅoɅ,ɄɄ Ʌ_ɈsɅYɄzɄTɆi ɄʘɆ2ɈkɄyɆiɄ]ɄaɄe ɛʘɆ ɆqɈzɆTɅ,ɈɄM`ɅɆɈ=Ʌy ɃcɈsɄyɈlɆeɄe Ʌ_ɈsɅYɄyɄrɀUɄaɄɀYɆUɈkɅe ɆFɈLɄɛgɅpɛa`ͧ Ʉ˴ ͧɅ0Ʉʚ ɀUɄaɄɀ]Ɇ5ɈfɅe ɆFɈLɄɛgɅpɛa` “Tak ada suatu hari pun seorang hamba berada di dalamnya, kecuali ada dua orang malaikat akan turun; seorang diantaranya berdo’a, “Ya Allah berikanlah ganti bagi orang yang berinfaq”. Yang lainnya berdo’a, “Ya Allah, berikanlah kehancuran bagi orang yang menahan infaq”. [HR. Bukhari dan Muslim] x Sebagai obat bagi berbagai macam penyakit baik penyakit jasmani maupun rohani. Rasulullah saw, bersabda: Obatilah orang-orang yang sakit diantaramu dengan shadaqah. x Sebagai penolak berbagai macam bencana dan musibah. x Termasuk kedalam Tujuh Golongan yang dinaungi pada hari kiamat, sesuai hadis: ɄʘɄcɈsɄyɆqɝaɆHɈ ɆʓɅ˿ɅgɅpɜaɆIɅyɁɄMɈɄ4 ɅqɜaɆH ɛʘɆ ɛbɆH ͩͧ wɛɄɄoɄUɈɄɄTɃɄXɄ,Ʉ=Ɇ ɄWɛ,Ʉ=Ʉ ɁbɅ ɄɄr Ʉʘ ɅgɄaɈMɄ ɅqɅ` Ʉ˴Ɇ8 ɅZɆUɈkɅɄe ɅqɅkɈzɆ Ʉ˽ “Tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari kiamat yang mana tidak ada naungan selain naungan Allah….seseorang yang bershadaqoh dengan suatu shadaqoh yang ia rahasiakan sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa-apa yang telah dishadaqohkan oleh tangan kanannya”. [HR. Bukhari- Muslim]

VIII. MANAJEMEN PENGELOLAAN ZIS

Berdasarkan Undang-undang Pengelolaan Zakat Nomor 23 tahun 2011 Bab I pasal 1 disebutkan, Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan, 222 | Modul Pendidikan Agama Islam pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Unit Pengumpul Zakat yang selanjutnya disingkat UPZ adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk membantu pengumpulan zakat. Dalam tata pelaksanaan zakat terdapat beberapa komponen yang menjadi inti dari pelaksanaan zakat, yaitu muzakki sebagai pihak yang wajib membayar zakat, mustahiq sebagai pihak penerima zakat, amwal zakat sebagai harta yang wajib dizakatkan, serta ‘amil yang merupakan unsur pengurus zakat. Pengelolaan zakat secara profesional sangatlah diperlukan, agar memiliki database dan profil muzakki maupun mustahiq secara lengkap, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pendistribusiannya. Sasaran akhirnya ialah supaya mampu mengangkat perekonomian para mustahiq zakat, sehingga diharapkan suatu saat mereka akan naik pangkat ke jenjang muzakki. Adapun alur proses pembayaran zakat dapat digambarkan sebagai berikut: Zakat, infak, dan sedekah ZIS merupakan sebuah bentuk perwujudan dari suatu aktivitas kedermawanan yang diajarkan oleh agama Islam. Bentuk kedermawanan ini biasa disebut dengan istilah Filantropi Islam. Dalam perekonomian modern, makna ZIS diperluas agar dapat mencakup sumber-sumber pendapatan baru yang potensial. Beberapa kriteria yang digunakan untuk menetapkan sumber-sumber zakat antara lain: Sumber zakat tersebut masih dianggap baru, seperti zakat profesi, properti, invetasi, saham dan obligasi. Selain itu ekstensifikasi sumber zakat mengacu pada ciri dari ekonomi modern yang tidak hanya menyentuh kewajiban perorangan, tetapi juga memasuki wilayah badan hukum yang melakukan kegiatan usaha. Prinsip-Prinsip Pengelolaan ZIS 1. Prinsip keterbukaan: diketahui oleh masyarakat umum agar tahu kepada siapa ZIS itu diberikan. 2. Prinsip sukarela: menyerahkan ZIS tersebut tanpa ada unsur pemaksaan. 3. Prinsip keterpaduan: menerapkan prinsip menajemen terpadu yang efektif dan efisien dan telah terbukti kemampuannnya. 4. Prinsip Profesionalisme: pengelola ZIS harus orang yang ahli dalam bidangnya, baik dari administrasi keuangan, manajemen dan sebagainya, serta dituntut memiliki kesungguhan dan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Juga harus mengerti masalah zakat, memiliki data Muzakki-Mustahiq, memiliki program kerja, memiliki badan hukum, dan bersedia diaudit secara terbuka. 5. Prinsip kemandirian: dapat mandiri dan mampu melakukan tugas dan fungsinya tanpa perlu menunggu dan ketergantungan dari pihak lain p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p y y y y y y ‡DQJVXQJ serah ke mustahiq ‡0HODOXL Amil MUZAKKI p p p p p p p p p p p p p g g g g g g g g g g g g g g g ‡= ‡= ‡=16 AMIL 8 Ashnaf Mustahiq Materi PAI untuk MIMTsMA | 223 Kendala Pengelolaan Zakat 1. Masih banyak masyarakat yang memahami bahwa zakat bukan merupakan suatu kewajiban dan pelaksanaannya masih bersifat sukarela. Ada pula pemahaman bahwa mengeluarkan zakat cukup hanya zakat fitrah saja. 2. Zakat kadang kala masih disamakan dengan pajak sehingga dijadikan legitimasi masyarakat untuk tidak mengeluarkan zakatnya. 3. Anggapan bahwa manajemen ZIS Lembaga Zakat terkesan kurang profesional, sehingga kesan terhadap pengelolaan hasil zakat kurang dirasakan. 4. Masyarakat masih membayar zakat langsung secara individu kepada mustahik, tidak melewati lembaga pengelolaan zakat. 5. Pemahaman bahwa zakat hanya wajib bagi kalangan orang kaya saja, dan peraturan zakat belum mengikat.

E. RINGKASAN MATERI POKOK

1. Secara etimologi, kata zakat merupakan bentuk masdar dari akar kata bahasa Arab zaka – yazku – zakatan, yang mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu berkah, al-nama’ tumbuhberkembang, al-thaharah bersihsuci, dan al- shalahu baikberes. Sedangkan terminologi Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki dan diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya mustahiq, apabila telah mencapai nishabbatas tertentu, dengan syarat-syarat tertentu pula. 2. Hukum zakat adalah wajib bagi setiap muslim, berdasarkan Al-Qur’an Al-Hadits, ijma’ dan UUPZ Undang-Undang Pengelolaan Zakat. 3. Secara umum, zakat terbagi dua jenis, yaitu zakat fitri dan zakat mal harta. 4. Zakat al-Fithri atau zakat fitrah disebut juga zakat al-nufus. Mulai disyari’atkan pada tahun kedua Hijriah, ketika diwajibkan shaum Ramadhan. Sedangkan zakat mal terdiri dari zakat emas dan perak, zakat hasil pertanian, buah-buahan dan biji-bijian, zakat hasil tambang dan rikaz, zakat hewan ternak, zakat hasil perdagangan. sumber-sumber zakat modern lainnya, perhitungannya adalah dengan jalan analogi atau qiyas dari sumber zakat yang pernah ada pada zaman Rasulullah. Segala macam jenis harta yang merupakan harta simpanan dan dapat dikategorikan dalam emas dan perak, seperti uang tunai, tabungan, cek, saham, obligasi, surat berharga ataupun yang lainnya, nishab dan zakatnya sama dengan ketentuan emas dan perak. 5. Dalam tata pelaksanaan zakat terdapat beberapa komponen yang menjadi inti dari pelaksanaan zakat, yaitu muzakki sebagai pihak yang wajib membayar zakat, mustahiq sebagai pihak penerima zakat, amwal zakat sebagai harta yang wajib dizakatkan, serta ‘amil yang merupakan unsur pengurus zakat. 6. Perbedaan zakat , infak dan shadaqah adalah zakat merupakan shadaqah wajib, infaq dan shaaqah hukmnya adalah sunnah. Infaq hanya berkaitan dengan materi, sedangkan shadaqah bisa berupa materi dan non-materi. 224 | Modul Pendidikan Agama Islam

F. TUGAS MANDIRI Jawablah soal-soal dibawah ini :

1. Tulislah ayat Al-Qur’an yang menguraikan ashnaf penerima zakat

2. Jelaskan perbedaan zakat, infak dan shadaqah

3. Sebutkan prinsip-prinsip pengelolaan ZIS dan jelaskan

Materi PAI untuk MIMTsMA | 225

G. Daftar Pustaka Abdurrahman al-Jaziri, Syeikh, al-Fiqh ‘al

Ɨ al-MazƗhib al-Arba’ah, Cairo: DƗr al-BayƗn al-‘Arabi, 2005. al-Kas ƗnƯ, al-Imam ‘Alaiddin Abi Bakr Bin Mas’ud, BadƗi’ al-ShanƗi’ fƯ tartƯb al-SyarƗi’, Beirut : al-Maktabah al-‘Ilmiyyah, t.t. Al-Nawawi, Al-Hafizh Abi Zakaria Mahyuddin Bin Syarf, Al-Majmu’ Syarh Muhadzdzab, Cairo : Mathba’ah al’Ashimah-Syari’ al-Falaki,tt. Al-Syafi’I, Al-Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Idris, Al-Umm, Beirut : Dar Al-ma’rifah li Al-Thiba’ah wa Al-Nasyr,tt. al-Syarbin Ư, SyamsuddƯn Muhmmad bin Muhammad Al-KhƗthib. MughnƯ al-MuhtƗj, Beirut: D Ɨr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1994. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3. Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Ibnu Hajar, Al-H Ɨfizh SyihabuddƯn AbƯ al-Fadhl al-‘AsqalƗnƯ, Fath al-BƗrƯ bi syarh al- Bukh Ɨri. Mesir: Syirkah maktabah wa mathba’ah MushthafƗ al-BƗbƯ al-HalabƯ wa aul Ɨduh, 1959. Ibnu Majah, Al-Hafizh Abi Absillah Muhammad bin Yazid Al-Qazwiny, Sunan Ibnu Majah. Mesir : Dar Ihya-I al-Kutub al-‘Arabiyyah, tt. Imam Malik, Abu Abdillah Malik bin Anas bin Malik bin Abi ‘Amir bin Amr bin Harits Al Ashbahi Al Humairiy, al-Muwaththa’, T.tp., T.t. Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Cet. IV, Beirut: D Ɨr al-Fikr, 1983. Undang-Undang Nomor.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Wahbah al-Zuhayli, DR., al-Fiqh al-Isl Ɨmy wa Adillatuhu, Beirut: DƗr al-Fikr, 1989. 226 | Modul Pendidikan Agama Islam

Bagian IX PENYEMBELIHAN HEWAN

A. Peta Konsep

B. Kompetensi dasar: Memahami ketentuan penyembelihan hewan dalam Islam

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah menjalankan pembelajaran ilmu Fiqh tentang penyembelihan hewan maka diharapkan peserta dapat: 1. Menjelaskan pengertian penyembelihan hewan 2. Menjelaskan ketentuan rukun dan syarat yang harus terpenuhi dalam penyembelihan hewan 3. Menjelaskan jenis hewan yang halal untuk disembelih 4. Menjelaskan cara dan alat penyembelihan 5. Menjelaskan perkara yang boleh dan makruh dalam penyembelihan 6. Menjelaskan hikmah dari syariat penyembelihan hewan

D. Uraian Materi

1. Pengertian dan Dasar Hukum Kata penyembelihan adalah terjemahan dari kata al-dzakat ΓΎϛάϟ΍. Secara bahasa kata yang tersebut terakhir ini memiliki beberapa arti. Pertama berarti bau yang sedap, kedua bermakna al-tatmîm yang berarti penyempurnaan. Secara istilah, penyembelihan berarti melakukan pemotongan urat leher binatang dengan alat potong sehingga menyebabkan binatang itu tidak bernyawa lagi mati. Pada umumnya semua binatang yang halal untuk dimakan harus disembelih terlebih dahulu sesuai dengan aturan syara’ kecuali ikan dan belalang. Materi PAI untuk MIMTsMA | 227 Terdapat perbedaan pendapat diantara imam mazhab terkait dengan bagian tubuh hewan yang menjadi sasaran pemotongan. Menurut Imam Syafi’i dan Hambali, masing-masing berpendapat bahwapenyembelihan dianggap sah jika kerongkongan tempat berjalan makanan dan tenggorokan tempat berjalan napashulqum binatang tersebut dipotong tapi tidak wajib memotong kedua urat nadi wadajain, memotong bagian yang terakhir ini hukumnya hanya sunnah. Menurut Hanafi wajib memotong kerongkongan, tenggorokan serta salah satu dari pembuluh darah. Sedangkan Malik berpendapat wajib memotong keempat-empatnya yaitu kerongkongan, tenggorokan, pembuluh darah dan nadi di leher. Penyembelihan hewan sebagai sebuah aktifitas keseharian memiliki dasar hukum yang kuat. Dalam al-Qur’an terdapat ayat yang melarang secara tegas hukumnya haram untuk memakan binatang yang disembelih dengan tidak meyebut nama Allah, hal ini didasari oleh firman Allah SWT QS. YXTSÉ ÁÚ V„-°Ô2V­m[ÖkÄc¿2Ôy°OÙkQ WÜÈO5¯XT¸Ô°ÝV‰D¯XT|Úܰ¼›Xk…‘WDSÄOSÄkV rQ¯Ô2¯I®ŒXk°ØTU ×1ÅSŰi›\HÄk°ØD¯XT×1ÉFSÀ-ÈØÈV»U ×1Ő5¯WDSůnՓÈ5P4§ª«ª¨ Artinya : Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan- kawannya agar mereka membantah kamu dan jika kamu menuruti mereka sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik. QS. al- An’Am6:121 Dalam ayat yang lain Allah juga secara tegas mengharamkan memakan daging hewan yang disembelih dengan tidak menyebut nama Allah SWT. Allah berfirman: Õ0W­JmÄOÄ1ÅÙkQ WÆÉRWÙj\-ÙÄ3…XTÄ1ÙVPXT®mc­s°cÙWXT‰°FÊ ¯n×mWÓ°ž°O¯ Artinya: Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah, QS. Al-Maidah6:3 Dari dua ayat di atas maka dapat dipahami bahwa daging hewan yang boleh dikonsumsi adalah yang terlebih dahulu disembelih dengan menyebut nama Allah. Selain ayat al-Qur’an seperti tersebut di atas, dalam hadits Rasulullah SAW terdapat hadits yang mengandung perintah agar hewan yang dikonsumsi harus terlebih dahulu disembelih dengan alat yang tepat dan menyebut nama Allah SWT di antaranya Hadits berikut ini: Ʉ˱ɄLɄiɄ5ɈɆɈʞ ɄɄɄ\Ʉ ɛ˿ɛiɆ ɄɈɛ.`sɅkɆ5ɈɄɄTɈgɅɈɄɄ-Ʉ-Ɇ ɄrɄɄaɈɆYɈ`sɅkɆ5ɈɄɄTɈgɅɈaɄɄXɄ-Ɇ ɄTɃɈ Ʉʄ ɝbɅ\ ͸ga5emr͹ɆqɄɄzɆɄ-ɈɆ Ʌ˼ɈaɄTɅqɄɄ0ɈUɄ8ɈgɅ\Ʌ,ɄɄɛ,ɆɅzɈ`Ʉr