Daftar Pustaka Abdurrahman al-Jaziri, Syeikh, al-Fiqh ‘al

Materi PAI untuk MIMTsMA | 229 sepakat diperbolehkan pembunuhan binatang yang dilakukan oleh binatang buruan yang telah terlatih seperti anjing, macan tutul, atau burung elang. Daging binatang hasil buruan ini boleh dimakan jika ketika melepasnya mengucapkan basamallah, atau tidak membaca basmallah karena lupa menurut Syafi’i. Hal lain yang masih terakit dengan penyembelihan, jika ternyata binatang yang dipotong itu berupahewan yang sedang hamil maka menurut tiga imam mazhab daging anaknya boleh untuk dimakan tanpa harus disembelih terlebih dahulu namun menurut Hanafi tidak boleh. d. Menyebut nama Allah. Para imam mujtahid berbeda pendapat tentang hukum membaca nama Allah ketika penyembelihan dilakukan. Menurut imam Malik, binatang yang disembelih tidak menyebut nama Allah baik dengan cara disengaja atau tidak disengaja lupa hukumnya tidak sah, dagingnya haram untuk dimakan. Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Ibnu Sirrin dan golongan mutakalllimin ahli kalam. Menurut imam Abu Hanifah, jika penyebutan nama Allah dimaksud karena disengaja maka hukumnya haram tapi jika karena lupa maka hukumnya boleh. Sedangkan menurut imam Syafi’i, bahwa binatang yang disembelih dengan tidak menyebut nama Allah baik disengaja atau tidak disengaja lupa hukumnya tetap halal. Lanjutnya, penyebutan nama Allah tidak mempengaruhi akan kehalalan daging hewan yang dipotong asalkan si pemotongnya adalah orang yang sudah dianggap layak secara hukum. Nampaknya dari perbedaan pendapat seperti tersebut di atas pendapat terakhir merupakan pendapat yang lebih relevan dengan kondisi sekarang ini. Didapati banyak daging hewan yang dibeli sudah dalam keadaan siap saji tidak diketahui cara pemotongannya, apakah ketika penyembelihannya mengucapkan nama Allah atau tidak. Maka dengan tidak adanya keharusan pembacaan nama Allah ketika penyembelihan maka diperbolehkan untuk memakan daging tersebut asalkan si pemotongnyadiketahui adalah orang Islam yang berakal. Dalam hadits Rasulullah dijelaskan untuk menghilangkan keraguan terhadap daging hewan yang dikonsumsi yang tidak diketahui carapemotongannya dianjurkan untuk membaca nama Allah sebelum memakannya, hal ini diperkuat oleh hadits Rasulullah: ɈɄyɀeɈsɄXɛiɆ ɄgaɄ4ɄrɆqɈzɄaɄLɅ ɛ˿ ɛ˱Ʉɝ{ɆɛkaɆ`sɅ`ɄXɀeɈsɄXɛiɄɄpɈkɄLɅ ɛ˿Ʉ ɆʐɄɄɄ9ɆɄLɈlɄL ɄjsɅ x`mr͹ɅmsɅaɅ\ɄrɈgɅɈjɄɆqɈzɄaɄLsɜfɄ4 Ʉ_ɄYɄT ɄʘɈcɄɆqɈzɄaɄLɆɛ˿ɅgɈ4Ʉ0Ɇ\Ʌ-ɄxɆɈ,Ʉj Ʉʘ ɆgɈɛa`Ɇ ͸ Artinya: Ya Rasulullah sesungguhnya sebuah kaum memberi kepada kami sejumlah daging. Tapi kami tidak diketahui, apakah waktu penyembelihannya menyebut nama Allah atau tidak, lalu Rasulullah berpesan “bacakanlah oleh kalian lalu makanlah”. HR. Bukhari Hal lain yang sering menjadi perdebatan di masyarakat adalah apakah menghadap kiblat termasuk syarat dalam pemotongan binatang. Maka dengan singkat dapat terjawab bahwa perkara menghadap kiblat ketika 230 | Modul Pendidikan Agama Islam penyembelihan dilakukan tak didapati sedikitpun dalil yang menjelaskan tentang keharusannya. 2. Hewan yang Halal Disembelih Hewan yang diperintahkan untuk disembelih adalah semua hewan yang halal untuk dikonsumsi. Dengan kata lain, binatang-binatang dimaksud tidak termasuk hewan yang diharamkan oleh Islam seperti babi, binatang buas seperti ular dan buaya, binatang yang bergigi taring seperti anjing, kucing dan macan serta binatang yang berkuku tajam seperti burung elang dan sebagainya. Macam macam binatang seperti tersebut terakhir ini tidak boleh disembelih untuk dimakan dagingnya. Dengan demikian hewan yang diperintahkan dipotong untuk tujuan konsumsi sendiri atau di jual adalah hewan-hewan yang halal dagingnya seperti ayam, kambing, onta, sapi, kelinci, bebek dan lain sebagainya. Selain hewan yang halal seperti yangtersebut terakhir ini, terdapat juga hewan-hewan yang halal untuk dikonsumsi tapi sebelumny atidak diperlukan proses penyembelihan yaitu belalang dan ikan. Ketentuan tentang kehalalan dan keharaman binatang, sebagiannya terdapat dasarnya dalam al-Qur’an dan terdapat juga yang dijelaskan kriterianya oleh Hadits seperti tersebut di atas binatang buas,binatang yang bergigi taring, dan binatang yang berkuku tajam. Ayat al-Qur’an yang menjadi dasar kehalalan sebagian binatang ternak untuk dimakan yang meliputi onta, sapi dan kerbau terdapat dalam al-Qur’an berikut ini: ]2›\ÈØ5]XT\IVQ \\×1ÁV\Ij°Ù·ÄÕ°jÀ̰ݛRWXT\IذXTWDSÉ ÁÚ V§®¨ Artinya: Dan Dia Telah menciptakan binatang ternak untuk kamu, padanya ada bulu yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan. QS. al-Nahl16:5 3. Cara dan Alat Penyembelihan Terkait dengan cara penyembelihan,pelaku penyembelihan binatang harus dilakukan oleh orang Islam, berakal dan memiliki kemampuan menyembelih. Alat yang digunakan dipastikan alat yang tajam yang mampu memutus urat leher binatang secara cepat, tidak dengan alat yang tumpul yang lambat untuk memutus urat leher binatang. Penggunaan alat dengan kondisi yang tersebut terakhir ini tidak diperbolehkan karena akan menyiksa binatang disebabkan ketidak tajamannya itu. Alat yang tajam seperti dimaksud di atas adalah seperti pisau, golok pedang dan lain sebagainya yang sudah ditajamkan atau diasah. Bagaimana dengan gigi dan kuku. Meskipun kedua macam alat yang tersebut terakhir ini terbilang alat yang tajam, namun menurut Maliki, Syafi’i dan Hambali kedua macam alat tersebut tidak boleh digunakan sebagai alat penyembelihan. Namun Hanafi berpendapat boleh, dengan syarat kedua benda tersebut sudah terpisah dari badan. Pemotongan dengan alat yang diperbolehkan seperti telah tersebut harus benar-benar mengenai sasaran yaitu urat leher atau tenggorokkan sebagai alat saluran makanan dan minuman dipastikan putus. Oleh karena itu diperlukan konsentrasi sebelum pemotongan dimulai selain diharuskan untuk membaca nama Allah dan tidak ada persyaratan untuk menghadap kiblat.