Penghalang Hak Waris al-Hajb

304 | Modul Pendidikan Agama Islam cara yang berbeda yaitu mewarisin langsung dan mewarisi dengan cara menggantikan kedudukan ahli waris sebelumnya. Jika 4 golongan ahli waris tidak ada, maka warisan jatuh kepada negara.

6. Hikmah Waris

a. Menghindari perselisihan antar ahli waris atau keluarga yang ditinggalkan. b. Menjaga silaturahmi keluarga dari ancaman perpecahan yang disebabkan harta warisan. c. Memberikan rasa aman dan adil. d. Terjaganya harta warisan hingga sampai kepada individu yang berhak menerima harta warisan e. Memberikan legalitas atas kepemilikan harta warisan.

7. Problematika Hukum Waris Di Indonesia

Jika berbicara mengenai hukum waris di Indonesia, kita harus berhadapan dengan tiga sistem hukum waris yang berlaku, yaitu: a. Sistem Hukum Waris Perdata Barat, yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata Indonesia, disebut “Waris Barat” atau Burgerlijk Wetboek BW, dan berlaku untuk golongan keturunan Tionghoa dan Timur Asing India, Pakistan, Arab dan lain-lain. Bahkan, terkadang juga diberlakukan bagi para ahli waris pribumi yang beragama selain Islam yang memilih perhitungan menurut Waris Barat dengan alasan perhitungannya yang simpel, atau bagi yang beragama Islam tetapi “menundukkan diri” kedalam hukum pewarisan perdata barat. b. Sistem Hukum Waris Adat, yang diatur berdasarkan hukum adat pada masing- masing daerah. Berlaku bagi masyarakat pribumi yang berdiam dan menundukkan diri di wilayah hukum adat tersebut. c. Sistem Hukum Waris Islam yang berlaku bagi Warga Negara Indonesia yang beragama Islam. Untuk hukum kewarisan Islam ini, ada perbedaan pendapat antara fuqaha’ sehingga terbagi atas dua golongan besar, yaitu: Mazhab Sunni Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali yang cenderung bersifat patrilinial; dan ajaran Hazairin yang cenderung bilateral. Pada 10 Juni 1991 terbitlan Inpres No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam yang akhirnya dijadikan dasar dan landasan Pengadilan Agama dalam memutuskan perkara seputar perkawinan, kewarisan, dan wakaf. Akibat adanya berbagai sistem hukum waris yang berlaku di Indonesia, sering terjadi perbedaan sangat mencolok antara siapa yang berhak mewarisi. Sebagai contoh, dalam ketentuan Hukum Waris Barat, jika masih ada suamiistri pewaris serta anak-anak kandung pewaris ahli waris Golongan I, maka yang berhak mewarisi hanyalah mereka. Namun, jika menggunakan Hukum Waris Islam, suamiistri pewaris dan anak-anak pewaris tidak menguasai harta warisan secara mutlak, karena orangtua pewaris kalau mereka masih hidup tetap berhak atas bagian dalam jumlah tertentu terhadap harta warisan dari pewaris. Contoh lainnya, perbedaan bagian warisan antara Hukum Waris Barat dengan Islam, dimana dalam Hukum Waris Islam ditentukan bagian anak laki-laki lebih besar daripada bagian anak perempuan. Sedangkan dalam KUHPerdata diatur bahwa tiada Materi PAI untuk MIMTsMA | 305 perbedaan antara laki dan perempuan dan mereka mewarisi bagian dengan jumlah yang sama besarnya Pasal 852 ayat 1 dan 2. Permasalahannya akan timbul ketika dalam suatu keluarga inti terdapat anak-anak atau suamiistri yang berbeda agama, lalu hukum apa yang akan mereka pilih? Hal ini akan semakin sulit jika setiap ahli waris mengedepankan kepentingan dan bagian pribadi yang lebih besar. Dari tiga sistem kewarisan yang berlaku: Waris Barat, Waris Adat, dan Waris Islam, yang paling sering dihadapi oleh praktisi notaris adalah sistem Waris Barat, karena notaris hanya berwenang membuat Surat Keterangan Waris untuk golongan WNI keturunan Tionghoa dan Eropa saja. Surat Keterangan Waris adalah surat yang dibuat olehdihadapan pejabat berwenang yang menerangkan siapa saja ahli waris seseorang yang sudah meninggal dunia. Untuk WNI pribumi, kewenangannya ada pada lurah hingga camat, atau Pengadilan Agama jika ada sengketa. Sedangkan untuk WNI keturunan Timur Asing dibuat oleh Balai Harta Peninggalan BHP. Untuk perkara pembagian waris menurut hukum Waris Islam ditangani oleh Pengadilan Agama dan bentuk Fatwa Waris. Permasalahan lainnya adalah menyangkut anak yang lahir dari pernikahan siri, yaitu pernikahan yang dilakukan oleh wali pihak perempuan dengan seorang laki-laki dan disaksikan oleh dua orang saksi, tetapi tidak dilaporkan atau tidak dicatatkan Akta Nikah di Kantor Urusan Agama. Efek dari pernikahan siri akan berakibat tak ada hubungan hukum antara anak dan ayahnya. Anak yang lahir dari pernikahan siri tidak akan menerima hak waris walaupun pernikahan orangtua mereka sah secara agama. Sang anak hanya memiliki hubungan hukum dengan ibu yang melahirkannya, dan di dalam Akta Kelahiran anak yang tercantum hanyalah nama ibu kandungnya. Solusinya, kedua orang tua yang melakukan nikah siri dapat melakukan pengajuan itsbat nikah ke Pengadilan Agama, atau melakukan pernikahan ulang, atau suami dapat membuat hibah wasiat kepada istri siri dan anaknya, atau menghibahkan beberapa harta semasa suami masih hidup. Diantara hal-hal yang dianggap kontroversial dan fakta yuridis masuknya pengaruh hukum adat dan hukum barat kedalam KHI adalah: Formulasi hukum waris dalam KHI mengenai ketentuan hukum ahli waris pengganti Pasal 185 KHI – Ahli waris yang meninggal lebih dulu daripada si pewaris maka kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya, pemberian waris dengan wasiat wajibah kepada anak angkat sebanyak- banyaknya 13 dari harta warisan orang tua angkat Pasal 209 KHI, begitu pula terhadap ahli waris beda agama. E. RINGKASAN MATERI POKOK 1. Kata waris dari al-mîrâts Ι΍ήϴϤϟ΍, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar infinitif dari kata waritsa-yaritsu-irtsan-mîrâtsan Ιέϭ – Ιήϳ – ΎΛέ· - ΎΛ΍ήϴϣ . Maknanya menurut bahasa lughatan etimologi ialah “berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain”,Sedangkan makna al-mîrâts Ι΍ήϴϤϟ΍ menurut istilah yang dikenal para ulama ialah berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada 306 | Modul Pendidikan Agama Islam ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa harta uang, tanah, atau apa saja yang berupa hak milik legal secara syari. 2. Ilmu yang mempelajari tentang warisan disebut ilmu mawârits atau dikenal dengan ilmu Farâidh. 3. Rukun waris terdiri dari : Al-Muwarrits Ι˷έϮϤϟ΍ - Orang yang mewariskan, yaitu mayit itu sendiri, Al-Warits Ιέ΍Ϯϟ΍ - Pewaris, yaitu orang yang mempunyai hubungan penyebab kewarisan dengan mayit, dan Al-Mauruts ΙϭέϮϤϟ΍ atau harta yang diwariskan, disebut pula peninggalan dan warisan. 4. Syarat waris adalah Wafatnya Al-Muwarrits Ι˷έϮϤϟ΍ΕϮϣ , hidupnya Al-Warits ΓΎϴΣ Ιέ΍Ϯϟ΍ serta tidak adanya mawani’ pencegah ϊϧ΍ϮϤϟ΍ϡΪϋ. 5. Ada tiga sebab yang menjadikan seseorang mendapatkan hak waris, diantaranya adalah karena hubungan kekerabatan, ikatan pernikahan dan al-wala’. 6. Ashhabul-furudh adalah semua ahli waris yang mendapat bagian fardh tertentu seperti tertulis dalam al-Quran, Surat An-Nisa ayat 11, 12, dan 176, yaitu 12 setengah, 14 seperempat, 18 seperdelapan, 23 dua pertiga, 13 sepertiga, dan 16 seperenam. 7. ‘Ashabah Nasabiyah, yaitu ahli waris yang memiliki hubungan nasab yang tidak mendapat bagian yang tertentu jumlahnya, tetapi mendapatkan sisa ushubah dari ashhabul-furudh atau seluruh harta jika ternyata tidak ada ashhabul-furudh sama sekali. 8. Dzawil arham adalah setiap kerabat pewaris yang tidak termasuk ashhabul furudh dan ‘ashabah, misalnya bibi saudara perempuan ayah atau ibu, paman dari pihak ibu saudara laki-laki ibu, keponakan laki-laki dari saudara perempuan, cucu laki-laki dari anak perempuan, dan sebagainya. 9. Problematika waris di Indonesia muncul disebabkan oleh di samping diberlakukan Hukum Islam untuk pembagian waris, masyarakat muslim Indonesia juga banyak mempraktekkan pembagian waris berdasarkan hukum adat dan hukum negara KUHPerdata. Selain itu, persoalan waris juga sering timbul karena dampak pernikahan yang illegal baik secara agama, seperti hak waris bagi anak hasil zina atau secara hukum negara yaitu akibat pernikahan yang tidak tercatat di KUA. F. TUGAS MANDIRI Jawablah soal-soal di bawah ini : 1. Pak Rudi meninggal dunia, ia meninggalkan 2 orang istri dari perkawinan yang legal bernama Nita dan Bety serta seorang istri dari perkawinan sirri bernama Dita. Pak Rudi memiliki anak bernamaTomi, Taufan, Fatimah dan Yessi kristen. Kematian Pak Rudi disebabkan karenan pembunuhan yang dilakukan oleh istrinya; Bety. Pak Rudi juga memilki ayah yang masih hidup bernama Firman. Dari pernikahan sirrinya, Pak Rudi memiliki 2 orang anak bernama Tuti dan Tono. Harta waris yang ditinggalkan Pak Rudi setelah dikurangi unatuk pengurusan jenazah, hutang dan wasiat berjumlah RP.700.000.000,-. Berapa bagian masing -masing ahli waris? 2. Sebutkan ahli waris yang tidak mungkin terhalang hirman 3. Siapa yang dimaksud dengan ashabul furudh? jelaskan Materi PAI untuk MIMTsMA | 307 DAFTAR PUSTAKA Al-Kasani, Al-Imam ‘Alaiddin Abi Bakr Bin Mas’ud, Bada-i’ Shana-i’ fi Tartib Al-Syara-i’, Beirut : Al-Maktabah Al-‘Ilmiyyah,tt. Al-Nawawi, Al-Hafizh Abi Zakaria Mahyuddin Bin Syarf, Al-Majmu’ Syarh Muhadzdzab, Cairo : Mathba’ah al’Ashimah-Syari’ al-Falaki,tt. Al-Syafi’I, Al-Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Idris, Al-Umm, Beirut : Dar Al-ma’rifah li Al-Thiba’ah wa Al-Nasyr,tt. Al-Syarbini, Syamsuddin Muhammad Bin Muhammad Al-Khatib, Mughni Al-Muhtaj Ila Ma’rifati Ma’ani Alfazh al-Manhaj, Beirut : Dar Al’Ilmiyyah.1994. Al-Zarqa, Ahmad bin Al-Syaikh Muhammad, Syarh Al-Qawa`id Al-Fiqhiyah, tahkik: Musthafa Ahmad Al-Zarqa, Damaskus: Dar Al-Qalam, cet. II Al-Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Beirut : Dar Al-Fikr.1989.Cet.III. Ali, Zainuddin, Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 2010. Cet.II Habiburrahman, Rekonstruksi Hukum kewarisan Islam di Indonesia, Jakarta : Kencana, 2011 Ibnu Hajar, Al-Hafizh Shihabuddin Abi Al-Fadhl Al-Asqalany, Fath Al-Bari bisyarhi Al- Bukhari, Mesir : Syirkah Maktabah wa Mathba’ah Mushthafa Al-Baby Al-Halaby Wa Auladuh, 1959. Purnamasari, irma Devita, Kiat-kiat Cerdas, Mudah dan Bijak Memahami Masalah Hukum Waris, Bandung: Kaifa,2012 Sadiq, Sayyid, Fiqh Al-Sunah, Cairo : A-Fathu Li al-I’lami al-Arabi,tt.