Jalur pengembangan Islam di Kepulauan Nusantara

Materi PAI untuk MIMTsMA | 403 sebagai hasil perjuangan para wali songo yang telah berhasil membentuk komunitas Muslim sejak lama. Sementara itu, Maluku yang merupakan sumber komoditas dagang yang penting ketika itu juga tak luput dari kunjungan pedagang-pedagang Muslim. Raja Ternate ke-12, Molomatea 1350-1357 M bersahabat karib dengan orang Arab yang memberinya petunjuk dalam pembuatan kapal. Meskipun, ketika itu raja Ternate belum masuk Islam, namun ini menandakan bahwa pada pertengahan abad ke-14 M, sudah ada masyarakat Islam di sana. Orang-orang Islam menyebarkan Islam di Maluku, terutama, melalui interaksi perdagangan, dakwah, dan perkawinan. Perkembangan Islam di Sulawesi juga tidak dapat dilepaskan dari perdagangan. Sulawesi selatan sudah didatangi oleh pedagang-pedagang Muslim sejak abad ke-15 M. Mereka datang dari berbagai penjuru, Sumatera, Malaka, Jawa, dll.Pada abad ke-16 M, di Gowa, salah satu kerajaan yang terkenal di Sulawesi selatan ketika itu, telah terdapat masyarakat muslim. Proses islamisasi pada awalnya dilakukan secara damai oleh dua orang tokoh yang dikenal dengan nama Dato` Ri Bandang dan Dato` Sulaeman. Mereka mengajarkan Islam kepada masyarakat dan rajanya.Menurut catatan yang ada, raja Gowa dan Tallo secara resmi masuk Islam pada 22 September 1605 M. Tidak lama setelah itu, daerah-daerah Soppeng, Wajo, dan Bone pun menerima Islam.

E. Tokoh-tokoh yang berperan dalam perkembangan Islam di Nusantara

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa tokoh-tokoh yang berperan dalam proses islamisasi di Kepulauan Nusantara adalah: 1. Para pedagang Muslim yang telah memperkenalkan Islam kepada penduduk setempat. Para pedagang, apalagi pedagang internasional, merupakan salah kelompok elit dalam suatu masyarakat. Mereka ini memiliki keunggulan- keunggulan khusus, setidaknya dalam bidang ekonomi. Gaya hidup mereka sering diidolakan dan ditiru oleh masyarakat lingkungannya. Di sisi lain, sebagai seorang Muslim, mereka senantiasa merasa terpanggil untuk menjalankan dakwah Islam di mana pun mereka berada. Interaksi sosial mereka sering berlanjut dengan perkawinan, yang sebagian besarnya tentu juga dengan kalangan elit setempat. 2. Para guru agama Islam, yaitu para muballigh dan da`i yang secara khusus datang ke wilayah ini untuk mengajarkan Islam. Mereka, terutama, adalah para sufi. Di pulau Jawa, tokoh-tokoh seperti ini dikenal dengan sebutan Wali Songo Dewan Guru yang terdiri atas 9 orang ulama. Kegigihan dan metode dakwah yang mereka gunakan dalam menjalankan misinya sangat efektif. Mereka memiliki kepribadian dan ilmu yang mumpuni sehingga dengan mudah masyarakat tertarik untuk mengikutinya. Di antara ulama yang berperan dalam proses islamisasi di Kepulauan Nusantara ini dapat disebutkan misalnya; Hamzah al-Fansuri, Syamsuddin as-Sumaterani, Nuruddin ar-Raniri, dan `Abdurrauf as-Singkili. Semuanya berkiprah di Kerajaan Aceh pada abad ke-16 dan 17 M. Berikutnya, `Abdus Samad al-Falimbani Palembang, Syekh Yusuf al-Makassari Makassar, ulama Padri Sumatera Barat, dll. 404 | Modul Pendidikan Agama Islam 3. Tokoh-tokoh politik, terutama para raja dan kerabat istana yang punya pengaruh terhadap rakyatnya. Dalam masyarakat Nusantara yang paternalistik, para pemimpin adalah tokoh panutan yang selalu diikuti. Ketika tokoh anutan mereka, apalagi raja yang berkuasa, memeluk Islam, mereka pun ramai-ramai mengikuti jejak sang raja. Peran raja ini terlihat dengan jelas di hampir seluruh daerah di Nusantara, terutama, di Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan.

F. Beberapa kerajaan Islam di masa-masa awal

1. Kerajaan Samudera Pasai Sumatera

Samudera Pasai merupakan kerajaan kembar yang terletak di pesisir timur laut Aceh. Kerajaan ini tercatat sebagai negara Islam pertama di Nusantara. Sebagai kelanjutan dari proses Islamisasi daerah-daerah pesisir yang disinggahi para pedagang Muslim serta terbentuknya komunitas-komunitas Muslim di kawasan ini sejak abad ke-7 M, diperkirakan pada awal abad ke-13 M berdirilah negara Samudera Pasai ini. Dari Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Melayu, dan berbagai hasil penelitian, diketahui bahwa pendiri pertama kerajaan ini adalah Malik al-Shaleh yang meninggal pada bulan Ramadhan 696 H 1297 M. Pusat kerajaan Samudera Pasai adalah kota Pasai yang terletak di muara Sungai Peusangan. Di muara sungai ini terdapat dua kota yang terletak berseberangan, yaitu Pasai dan Samudera. Kota Samudera terletak agak ke pedalaman. Sementara kota Pasai lebih ke muara. Di kota Pasai inilah ditemukan beberapa makam raja. Pengembara terkenal, Ibnu Batutah yang berasal dari Marokko mengunjungi kerajaan Samudera Pasai pada tahun 746 H1345 M. Ketika itu, raja yang berkuasa di Samudera Pasai adalah Sultan Malik al-Zhahir, putra Sultan Malik al-Shaleh. Dalam laporannya, Ibnu Batutah menyatakan bahwa Islam sudah disiarkan dan berkembang di daerah ini selama hampir satu abad. Lebih jauh, ia mengatakan bahwa kerajaan Samudera Pasai ketika itu merupakan pusat studi agama Islam dan menjadi tempat berkumpul para ulama dari berbagai negeri Islam. Rajanya terkenal dengan kesalehan, kerendahan hati, dan punya semangat keagamaan yang tinggi, serta mengikuti madzhab Syafi`i. Sumber perekonomian negara ini adalah perdagangan dan pajak pelayaran. Posisi geografis negara ini merupakan penghubung jalur perdagangan di antara pusat-pusat dagang Arab dan India di sebelah barat dengan Cina, Maluku di sebelah timur. Tomi Pires, seorang pengembara dari Perancis, menceritakan bahwa setiap kapal dagang yang lewat di jalur ini dikenai pajak 6 dari barang-barang yang dibawa. Mata uang yang dipakai di kerajaan ini adalah dirham. Menurut sumber-sumber Cina, pada awal tahun 1282 M, kerajaan Sa-mu-ta-la Samudera mengirim utusan yang telah menggunakan nama-nama Islam, Husein dan Sulaiman, kepada raja Cina. Pada tahun 1521 M, kerajaan Samudera Pasai ditaklukkan oleh Portugis yang menduduki daerah ini selama 3 tahun. Lalu pada tahun 1524 M, raja Ali Mughayat Syah dari kerajaan Aceh Darussalam menaklukkan negara ini dan menjadikannya sebagai bagian dari wilayah kekuasaannya. Materi PAI untuk MIMTsMA | 405

2. Kerajaan Islam Demak Jawa

Kerajaan Demak merupakan negara Islam pertama di pulau Jawa.Wilayah ini pada mulanya adalah bagian dari Kerajaan Majapahit.Pada pertengahan kedua abad ke-15, yang ditugasi sebagai adipati untuk mengelola pemerintahan di Demak adalah Raden Patah, putra raja Majapahit Brawijaya dari seorang perempuan muslimah keturunan Campa. Seiring dengan melemahnya para penguasa di pusat Kerajaan Majapahit, para pemimpin Islam di pesisir utara membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen, terlepas dari pengaruh raja Majapahit. Wali Songo di bawah pimpinan Sunan Ampel Denta mengangkat Raden Patah untuk menjadi raja pertama dari Kesultanan Islam Demak, dengan gelar kebesaran Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayyidin Panatagama. Pada tahun 1478 M, kekuatan Demak berhasil melepaskan diri dari Majapahit dan memulai kiprahnya sebagai kesultanan Islam yang berpengaruh di Nusantara. Pada tahun 1507, Raden Patah digantikan oleh anaknya, Sebrang Lor yang dikenal juga dengan nama Patih Unus. Ketika menggantikan ayahnya, Patih Unus baru berusia 17 tahun. Di bawah komando Patih Unus inilah, pada tahun 1511, pasukan Demak berusaha menyerang kekuatan Portugis yang waktu itu berhasil menaklukkan Malaka. Namun, tentara Demak mengalami kekalahan dan gagal menguasai Malaka. Penyerangan Demak ke Malaka menunjukkan bahwa pengaruh Demak tidak terbatas di sekitar Jawa Tengah. Selanjutnya pada tahun 1524 M, Sunan Gunung Jati melantik Trenggono sebagai pemimpin Demak yang ketiga dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Ia memerintah pada tahun 1524-1546 M. Di masa inilah, Demak mencapai kejayaannya. Islam berkembang ke hampir seluruh pulau Jawa, bahkan sampai ke Kalimantan Selatan. Pada tahun 1546 M, Sultan Trenggono tewas dalam peperangan di Blambangan. Ia digantikan oleh adiknya Prawoto. Pada masa ini, terjadi kekacauan.Para adipati melakukan pemberontakan.Masa pemerintahan Prawoto tak berlangsung lama. Ia mati terbunuh pada tahun 1549 M di tangan kemenakannya sendiri, Aria Penangsang, yang ketika itu menjadi adipati di Jipang Bojonegoro sekarang. Dengan tewasnya Prawoto, berakhirlah Kesultanan Demak. Tak lama kemudian, Jaka Tingkir, adipati yang berkuasa di Pajang berhasil membunuh Aria Penangsang dan memindahkan pusat kekuasaan serta membawa semua benda pusaka Demak ke Pajang. Peristiwa ini menandai bermulanya Kesultanan Pajang yang dipandang sebagai pelanjut Kesultanan Demak. Dalam perkembangan lebih lanjut, perkembangan Islam di Jawab berpusat di Kerajaan Mataram Islam yang berpusat di Yogyakarta.

3. Kerajaan Banjar Kalimantan

Kerajaan Banjar didirikan oleh Pangeran Samudera sekitar tahun 1526 M. Pangeran Samudera dinobatkan menjadi raja pertama kerajaan Banjar dengan gelar Sultan Suryanullah atau Suryansyah. Kerajaan ini merupakan lanjutan dari kerajaan Daha yang beragama Hindu. Konflik internal di dalam kerajaan Daha, pada akhirnya, dimenangkan oleh Pangeran Samudera berkat bantuan berbagai pihak, terutama bantuan Sultan Trenggono dari Demak.