Manfaat haji Larangan Haji

254 | Modul Pendidikan Agama Islam

D. Uraian Materi

Uraian materi meliputi pembahasan tentang: 1. Pengertian Nikah Perkawinan atau pernikahan dalam literatur fiqh disebut dengan 2 kata, yaitu nikah ΡΎϜϧ dan zawaj Ν΍ϭί. Kedua kata ini dipakai dalam QS. al-Nisa’ [4] ayat 3 dan QS. al-Ahzab [33] ayat 37. Secara etimologi kata nikah adalah bentuk mashdar dari kata nakaha yang artinya bersetubuh, menggabungkan dan mengumpulkan menghimpun. ϊϤΠϟ΍ϭϢπϟ΍ϭ˯ρϮϟ΍ϮϫΔϐϠϟ΍ϲϓϩΎϨόϣϭ΢ϜϧϦϣέΪμϣΡΎϜϨϟ΍ . Ada juga yang mengartikan Ϣ˸Σ˴Ϊϟ΍ mengawini atau ΍ ΄Π˴Ψϟ menggauli. Di kalangan ulama ushul berkembang tiga macam pendapat tentang arti lafaz nikah: a. Nikah menurut arti aslinya arti hakiki adalah bersetubuh hubungan kelamin, dan menurut arti majazi metaforis adalah akad yang dengan akad ini menjadi halal hubungan kelamin antara pria dan wanita; namun perlu penjelasan untukmaksud tersebut. Demikian menurut mazhab Hanafi. b. Nikah menurut arti aslinya ialah akad yang dengan akad ini menjadi halal hubungan kelamin antara pria dan wanita, sedangkan menurut arti majazi ialah bersetubuh, demikian menurut ahli ushul golongan Syafi’iyah. c. Nikah mengandung kedua arti sekaligus, yaitu sebagai akad dan bersetubuh. Ini menurut Abu Qasim al-Zajjad, Ibn Hazm dan Mazhab Hambali. Adapun pengertian nikah secara terminologi, ada beberapa rumusan disebabkan berbeda dalam titik pandang. Di kalangan ulama Syafi’iyah artinya: ΞϳϭΰΘϟ΍ϭ΍ΡΎϜϧϹ΍φϔϠΑ˯ρϮϟ΍ΔΣΎΑ·ϦϤπΘϳΪϘϋ Akad perjanjian yang mengandung maksud membolehkan hubungan kelamin dengan menggunakan lafaz na-ka-ha atau za-wa-ja. Definisi ini berdekatan dengan yang dikemukakan oleh ulama Hanafiah: ΍ΪμϗϰΜϧϷΎΑΔόΘϤϟ΍ϚϴϠϤΘϟϊοϭΪϘϋ Akad yang ditentukan untuk memberi hak kepada laki-laki menikmati kesenangan dengan perempuan secara sengaja. Ulama kontemporer DR. Ahmad Ghandur dalam bukunya al-Ahwal al-Syakhshiyah fi al- Tasyri’ al-Islamy mendefinisikan makna nikah : ΎϤϬϨϣϞϜϟϞόΠϳϭΓΎϴΤϟ΍ϯΪϣϲϧΎδϧϹ΍ϊΒτϟ΍ϩΎοΎϘΘϳΎϣϖϘΤϳΎϤΑΓ˯ήϤϟ΍ϭϞΟήϟ΍ϦϴΑΓήθόϟ΍ϞΣΪϴϔϳΪϘϋ ϪϴϠϋΕΎΒΟ΍ϭϭϪΒΣΎλϞΒϗϕϮϘΣ Akad yang menimbulkan kebolehan bergaul antara laki-laki dan perempuan dalam tuntutan naluri kemanusiaan dalam kehidupan, dan menjadikan untuk kedua pihak secara timbal balik beberapa hak dan kewajiban. Adapun definisi perkawinan berdasarkan UU Perkawinan tahun 1974 Bab 1 Pasal 1 Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Materi PAI untuk MIMTsMA | 255

2. Hukum dan Dalil Disyari’atkannya Nikah

Para ulama sependapat bahwa nikah disyari’atkan dalam Islam. Tetapi ada perbedaan pendapat mengenai hukum nikah. a. Menikah itu hukumnya wajib. Pendapat ini dipelopori oleh Daud al-Dhahiri, Ibnu Hazm dan Imam Ahmad menurut salah satu riwayat. Alasannya perintah menikah dalam surat al-Nisa’ ayat 3, perintah mengawinkan pada surat al-Nur: 32 dan beberapa hadis riwayat Bukhari-Muslim menggunakan sighat amar yang menunjukkan perintah wajib secara mutlak. b. Menikah hukumnya sunnah, menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad menurut suatu riwayat. c. Menikah hukumnya mubah, menurut Imam Syafi’i. Diantara dalil disyari’atkannya nikah: ϡϮϘϟΕΎϳϵϚϟΫϲϓϥ·ΔϤΣέϭΓ˷ΩϮϣϢϜϨϴΑϞόΟϭΎϬϴϟ·΍ϮϨϜδΘϟΎΟ΍ϭί΃ϢϜδϔϧ΃ϦϣϢϜϟϖϠΧϥ΃ϪΗΎϳ΁Ϧϣϭ ϥϭήϜϔΘϳ – ϡϭήϟ΍ ˻˺ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. Ϧϣ˱ϼγέΎϨϠγέ΃ΪϘϟϭ ΔϳέΫϭΎΟ΍ϭί΃ϢϬϟΎϨϠόΟϭϚϠΒϗ - Ϊϋήϟ΍ ˼́ Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. ຽ˶ ͉๡˴΍˵ϝϮ˵γ˴έΎ˴Ϩ˴ϟ˴ϝΎ˴ϗϪϨϋௌϲοέ ˳ΩϮ˵ό˸δ˴ϣ ˶Ϧ˸Α˶ ͉๡˴΍ ˶Ϊ˸Β˴ϋ ˸Ϧ˴ϋ ˴Γ˴˯Ύ˴Β˸ϟ˴΍˵Ϣ˵Ϝ˸Ϩ˶ϣ˴ωΎ˴τ˴Θ˸γ΍ ˶Ϧ˴ϣ˶ΏΎ˴Β͉θϟ˴΍ ˴ή˴θ˸ό˴ϣΎ˴ϳ ˶Έ˴ϓ˶ϡ ˸Ϯ͉μϟΎ˶Α˶Ϫ˸ϴ˴Ϡ˴ό˴ϓ˸ϊ˶τ˴Θ˸δ˴ϳ˸Ϣ˴ϟ˸Ϧ˴ϣ˴ϭ˶Ν˸ή˴ϔ˸Ϡ˶ϟ˵Ϧ˴μ˸Σ˴΃˴ϭ ˶ή˴μ˴Β˸Ϡ˶ϟ ͊ξ˴Ϗ˴΃˵Ϫ͉ϧ˶Έ˴ϓ˸Ν͉ϭ˴ΰ˴Θ˴ϴ˸Ϡ˴ϓ ˶Ϫ˸ϴ˴Ϡ˴ϋ˲ϖ˴ϔ͉Θ˵ϣ˲˯Ύ˴Ο˶ϭ˵Ϫ˴ϟ˵Ϫ͉ϧ Abdullah Ibnu Masud Ra berkata: Rasulullah Saw bersabda pada kami: Wahai generasi muda, barangsiapa diantara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu. ˶Ϟ͊Θ˴Β͉Θϟ΍ ˶Ϧ˴ϋϰ˴Ϭ˸Ϩ˴ϳ˴ϭ˶Γ˴˯Ύ˴Β˸ϟΎ˶Α ˵ή˵ϣ˸΄˴ϳຽ˶ ͉๡˴΍˵ϝϮ˵γ˴έ ˴ϥΎ˴ϛ˴ϝΎ˴ϗϪϨϋௌϲοέβϧ΍ ˸Ϧ˴ϋ ˵ϝϮ˵Ϙ˴ϳ ˴ϭ΍˱Ϊϳ˶Ϊ˴ηΎ˱ϴ˸Ϭ˴ϧ ˴˸Ϸ˴΍˵Ϣ˵Ϝ˶Α˲ή˶ΛΎ˴Ϝ˵ϣϲ˶˷ϧ˶·˴ΩϮ˵ϟ˴Ϯ˸ϟ˴΍˴Ωϭ˵Ω˴Ϯ˸ϟ˴΍΍Ϯ˵Ο͉ϭ˴ΰ˴Η ˶Δ˴ϣΎ˴ϴ˶Ϙ˸ϟ˴΍˴ϡ ˸Ϯ˴ϳ˴˯Ύ˴ϴ˶Β˸ϧ ˴ϥΎ͉Β ˶Σ˵Ϧ˸Α˶΍˵Ϫ˴Τ͉Τ˴λ ˴ϭ˵Ϊ˴Ϥ˸Σ˴΃˵ϩ΍˴ϭ˴έ Anas Ibnu Malik Ra berkata: Rasulullah Saw memerintahkan kami berkeluarga dan sangat melarang kami membujang. Beliau bersabda: Nikahilah perempuan yang subur dan penyayang, sebab dengan jumlahmu yang banyak aku akan berbangga di hadapan para Nabi pada hari kiamat. Ύ˴Ϭ˶ϟΎ˴Ϥ˶ϟ˳ϊ˴Α˸έ˴ ˶Ϸ˵Γ˴΃˸ή˴Ϥ˸ϟ˴΍ ˵΢˴Ϝ˸Ϩ˵Η˴ϝΎ˴ϗຽ˶ ˷ϲ˶Β͉Ϩϟ΍ ˶Ϧ˴ϋϪϨϋௌϲοέ˴Γ˴ή˸ϳ˴ή˵ϫϲ˶Α˴΃ ˸Ϧ˴ϋ Ύ˴Ϭ˶ϟΎ˴Ϥ˴Π˶ϟ ˴ϭΎ˴Ϭ˶Β˴δ˴Τ˶ϟ˴ϭ ˴ϭ ˴ϙ΍˴Ϊ˴ϳ ˸Ζ˴Α ˶ή˴Η˶Ϧϳ˶˷Ϊϟ˴΍˶Ε΍˴ά˶Α˸ή˴ϔ˸υΎ˴ϓΎ˴Ϭ˶Ϩϳ˶Ϊ˶ϟ ˶Δ˴ό˸Β͉δϟ˴΍˶Δ͉ϴ˶Ϙ˴Α˴ϊ˴ϣ˶Ϫ˸ϴ˴Ϡ˴ϋ˲ϖ˴ϔ͉Θ˵ϣ Dari Abu Hurairah Ra bahwa Nabi Saw bersabda: Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia.