Perhatian Al-Qur’an terhadap Rukun ini dan Hikmahnya.
Materi PAI untuk MIMTsMA |
321
Lihatlah keragu-raguan syubhat yang mereka lontarkan di setiap masa. Mereka menganggap aneh bahwa Allah akan merubah jasad yang sudah menjadi serbuk dan
tulang belulang menjadi makhluk baru yang dapat merasa. Sumber keraguan itu adalah kebodohan tentang tabiat kehidupan dan kematian, dan tidak mau tahu tentang bukti-bukti
kekuasaan-Nya yang bersifat absolut dalam menciptakan dari tidak ada menjadi ada. Kalau mereka berakal, cukup saja mereka mengingat kekuasaan Allah saat Dia
menciptakan mereka untuk pertama kali. Sebelumnya, mereka bukanlah apa-apa.
Jawabannya lugas dan mantap: bahwa manusia mendapati dirinya tercipta, padahal sebelumnya tidak ada. Maka, pasti ada yang menciptakan dari yang semula
tidak ada itu. Kemudian, karena sudah berpisah dengan kehidupan, dia berubah dari satu kondisi ke kondisi yang lain. Maka pasti ada pula yang melakukan perubahan. Dan yang
melakukan itu semua adalah Allah SWT, yang telah menciptakan mereka pertama kali. Lalu jika Sang Pencipta telah mengatakan bahwa Dia akan menghidupkan manusia untuk
yang kedua kalinya, maka mendebatnya adalah kecongkakan. Firman Allah Ta’ala:
©É
×Åk®jÙVÅf 1É2
Ô2ÅÈk°-Äc 1É2
×ÅÄÈ\-ÙIVf rQ¯
¨3×SWc °R\-XjªÙ
Y _ ØcXq
°Oj°Ù C¦VXT
XnVÓU ¥=
Y WDSÈ+VÕÈWc
§«¯¨ Artinya: “Katakanlah: Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan
kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” QS. Al
Jatsiyah : 26
Setiap orang berakal pasti mengerti bahwa yang bisa menciptakan pasti bisa mengembalikan kehidupan. Dan kalau tidak bisa melakukan yang kedua mengembalikan
kehidupan, maka untuk melakukan yang pertama lebih tidak mampu lagi. Penciptaan itu memastikan adanya kekuasaan pencipta ciptaannya, dan
memastikan adanya pengetahuan tentang detail-detail ciptaannya itu. Karenanya Dia kemudian menerangkan ‘wahua bikulli syai-in ‘alim’ dan Dia atas segala sesuatu Maha
Mengetahui’. Jadi, Dia Maha Tahu tentang detail-detail, bagian-bagian, bahan-bahan dan bentuk ciptaan-Nya yang pertama. Demikian pula tentang ciptan-Nya yang kedua. Karena
dia sempurna ilmu dan Sempurna kekuasaan-Nya, apa sulitnya bagi Dia untuk menghidupkan tulang belulang yang sudah remuk?
Anggapan atheis mengatakan bahwa tulang belulang yang sudah remuk akan menjadi dingin dan kering, sedangkan kehidupan harus berasal dari materi yang hangat
dan lembab. Karenanya tidak mungkin tulang belulang itu dapat dihidupkan kembali. Allah SWT menjawab hal ini dengan hujjah yang tegas dan tanpa keraguan, “Yang telah
menjadikan api bagimu adalah dari pohon yang hijau, dan ternyata kamu mampu menyalakannya.” Allah SWT menjelaskan bahwa Dia mengeluarkan unsur yang berada
pada puncak panas dan kering, justru dari pohon hijau yang sangat lembab dan dingin. Jadi, Dia mampu mengeluarkan sesuatu yang sifatnya yang sifatnya kontradiktif dengan
materi asalnya dengan mudah. Maka, Dia pasti mampu pula menciptakan kehidupan sesuatu untuk kedua kalinya.
322 |
Modul Pendidikan Agama Islam
Lalu Dia memperkuat hal itu dengan mengambil dalil analogi dari yang besar menuju yang kecil. Setiap orang berakal pasti tahu bahwa yang dapat melakukan sesuatu
yang besar dan dahsyat, pasti akan denagn mudah melakukan yang lebih kecil dan sederhana. Barangsiapa yang mampu mengangkat beban satu kwintal, maka akan lebih
kuat lagi mengangkat yang lebih ringan dari itu. Analogi tersebut adalah, “Bukankah yang telah menciptakan langit dan bumi itu mampu menciptakan yang serupa?” Artinya, yang
telah menciptakan langit dan bumi dengan segala kehebatan, kebesaran, dan kedahsyatannya, pasti lebih mampu menghidupkan tulang belulang yang sudah remuk itu
dan mengembalikannyake keadaan semula.” Firman Allah Ta’ala:
\IvcU
Wc Ã=
D¯ Ô2È=Å
r¯Û ØcXq
]C°K °ØÈWÙ
5¯
VÙ ÅRÙQ \\
C°K WmÉ
1É2 C°
R[ÝÖ¼}5 1É2
ÕC° RVQ WÆ
2É2 C°
RWÓÕ²v RV Vcs
¯n×m[ÎXT RV VcÉ
WÛ¯KÜWÄ°L ×1ÅV
umªÈ5XT r¯Û
°4WP×q] W
ÃÄWQ6 rQ¯
\BU qY._v
1É2 ×1ÅÄBmÙcÊ8
9ZÙÝ°» 2É2
ßSÅÓÉ ×W° ×1ÁiÅU
1Á=°XT C
cÛXSWÄc 1Á=°XT
C wjWmÄc
rQ¯ ªVl×qU
mÀ-ÄÈÙ ZÙk[°
]1Q ØÈWc C°
°iØÈW 1Ú °Æ
Ùk[ sWmVXT
|¿×q] Q\i°\F
Vl¯
VÙ X=ÙWs5U
\IÙjQ WÆ XÄ\-Ù
Õ1tW,ØF Õ0WXqXT
Õ0WW5U XT C°
©GÁ
NØT\w
Mj¯IW §®¨
\°Vl DU
¯
XSÉF
rSVÙ ÈO5U XT
¨qÙVÅf rW×SX.Ù
ÈO5U XT rQWÃ
©GÅ ÄÔ³[
·mc°iV §¯¨
DU XT VRWÃ
¸RXj°XÄ Y
_ ØcXq SMn°Ù
EU XT
À\È×Wc CW
r¯Û ®qSÈÁÙ
§°¨ Artinya: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan dari
kubur, Maka ketahuilah Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian
dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang
Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian dengan berangsur- angsur kamu sampailah
kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan adapula di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak
mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah
bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena Sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan
Sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan Sesungguhnya hari kiamat itu
pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.” QS. Al Hajj : 5-7
Renungkanlah ayat tersebut. Di dalamnya ada dalil-dalil tentang kebangkitan dan tanda-tanda yang nyata tentang kekusaan Allah dalam menghidupkan orang yang sudah
Materi PAI untuk MIMTsMA |
323
mati. Hal itu akan menghapus segala keraguan hati, menghilangkan segala keheranan, dan tentu saja mematahkan dalil pera pembangkang.
Pertama, ayat itu merupakan dalil penciptaan manusia yang berawal dari tanah yang tidak menunjukan tanda-tanda kehidupan. Pembicaraan tentang dalil ini telah
disampaikan terdahulu. Kedua, ayat itu menampilkan salah satu bukti kekuasaan Allah dalam menciptakan manusia dan memprosesnya dari satu fase ke fase lainnya, dari satu
keadaan ke keadaan lain yang sama sekali berbeda dengan sebelumnya. Allah-lah yang memproses dari sperma menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging.
Kemudian Dia membuka pendengaran dan penglihatan, merangkai indera dan kekuatan, tulang dan syaraf dan seterusnya, kemudian mengokohkan penciptaan itu sebaik-baiknya,
dalam tampilan dan bentuk yang paling indah. Sebagaimana Firmannya, “Sungguh telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Lalu bagaimana mungkin Dia tidak mampu membangkitkan dan mengembalikan kehidupan? Padahal itu tidak lain adalah pekerjaan memproses dari satu keadaan ke
keadaan lain. Sesungguhnya si pembangkang itu juga menemukan proses tadi dalam dirinya, serta pada setiap manusia di muka bumi ini.
Ustadz Sayyid Quthub, setelah menafsirkan ayat di atas QS. Al-Hajj 5-7, mengungkapkan makna implisit yang terkandung didalamnya: “Fase-fase yang di lalui
oleh janin dan kemudian dilalui oleh bayi setelah dia melihat cahaya, sungguh menunjukkan bahwa skenario fase-fase itu akan mengantarkan manusia ketempat
dimana ia mencapai puncak kesempurnaannya yang mapan, di negeri kesempurnaan. Sebab manusia tidak akan mencapai kesempurnaannya di dalam kehidupan bumi ini. Di
bumi, dia akan berhenti dan bahkan mundur. “Jadi, pasti ada negeri lain tempat manusia mencapai kesempurnaannya. Fase-fase itu juga memberi argumen ganda tentang adanya
kebangkitan. Jika yang berkuasa mampu menciptakan sesuatu dari tidak ada, pasti mampu pula mengembalikannya. Iapun menunjukkan adanya kebangkitan, karena
kehendak skenario adalah menyempurnakan perkembangan manusia di negeri akhirat. Begitulah bertemunya hukum penciptaan dan pengembalian, hukum kehidupan dan
kebangkitan, dan hukum perhitungan dan pembalasan. Dan kesemuanya itu menjadi saksi atas adanya Penciptanya yang membuat skenario yang tidak terbantahkan.”
Proses fase-fase manusia dari nutfah dan segumpal darah itu telah mengalahkan pandangan yang menyangkal kebangkitan kembali orang yang sudah mati, seraya
menegaskan bahwa peristiwa itu terjadi pada setiap manusia. Sebelum ia menjadi sosok yang sempurna, ia hanyalah nutfah berupa air yang
hina tidak bernilai, segumpal darah dan daging yang tidak berbentuk. Semua itu adalah fase-fase yang hina dimana manusia lebih mirip bangkai. Namun ternyata Allah
menghidupkannya, membentuknya, dan membekalinya dengan sarana sarana kehidupan, hingga pada akhirnya menjadi manusia sempurna yang dapat berfikir, melawan, dam
mendebat. Apa yang Allah lakukan itu alangkah mirip dengan menghidupkan kembali orang mati. Karenanya Allah SWT berfirman:
Ô2VU ÁWc
R[ÝÕ¼È5 C°K
E³®B ³RBÕ-Äc
§¬°¨ 1É2
WD[ RVQ WÆ
WQ \¼VÙ sS_VÙ
§¬±¨ \ÈSIPÚ
ÈOØ=° ©ÛØÜ\BØTs
Wm[ ³V?5:]XT
§¬²¨ `ÙjVU
\°Vl q°iV¯
rQWÃ DU
`q¦ÙVÅf rW×SS5Ú4
§©¨