Berbuat Ihsan Kepada Sesama Manusia

Materi PAI untuk MIMTsMA | 205

D. URAIAN MATERI I. Pengertian Zakat

Secara bahasa lughatan etimologi, kata zakat merupakan bentuk mashdar dari akar kata bahasa Arab zaka – yazku – zakatan, yang mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu berkah, al-nama’ tumbuhberkembang, al-thaharah bersihsuci, dan al- shalahu baikberes. Zakat dalam bahasa al-Quran Surat al-Taubah: 103 dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan. Sedangkan secara istilah terminologi, zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah Swt wajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan peryaratan tertentu pula. Dengan kata lain, zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki dan diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya mustahiq, apabila telah mencapai nishabbatas tertentu, dengan syarat-syarat tertentu pula. Al-Mawardi dalam kitab al-Hawi mendefinisikan zakat sebagai berikut: Ɉr Ʉ˱ɄL Ƀ;ɈsɅ=ɈɄe Ƀ_Ʉe ɈlɆe Ƀ;ɈsɅ=ɈɄe ɃɈzɄ8 Ɇ.Ɉʜ ɁgɈ4 Ʌ\Ʉ2`Ʉ ɃɄUɆɄEɆ` Ƀ ɄɈsɅ=ɈɄe ɃSɄ Ƀ ɄɈsɅ=ɈɄe Zakat ialah nama bagi suatu pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat- sifat yang tertentu untuk diberikan kepada golongan yag tertentu. Terdapat beragam definisi zakat dalam pandangan para ulama mazhab. Meskipun redaksinya berbeda, akan tetapi esensi dan prinsipnya sama. Menurut mazhab Maliki Malikiyah, zakat adalah mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta tertentu ketika telah mencapai nishab kepada yang berhak menerimanya mustahiq, jika telah sempurna kepemilikannya dan mencapai haul setahun kecuali pada harta tambang dan hasil pertanian. Mazhab Hanafi Hanafiyah mendefinisikan zakat dengan menjadikan sebagian harta yang khusus dari harta tertentu sebagai milik orang yang khusus, menurut ketentuan syara’, untuk memperoleh keridhaan Allah SWT. Menurut mazhab Syafi’i Syafi’iyah, zakat merupakan nama atau sebutan yang disandarkan kepada apa yang dikeluarkan dari harta zakat mal atau badan zakat fitrah kepada pihak tertentu, sesuai dengan cara yang khusus. Menurut mazhab Hanbali Hanabilah, yaitu suatu hak yang wajib dikeluarkan dari harta tertentu untuk diberikan kepada segolongan tertentu pada zakat tertentu pula. Ringkasnya, zakat merupakan pemberian harta yang bersifat wajib, dari harta khusus untuk kalangan khusus dalam waktu yang khusus pula. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa zakat memiliki aturan teknis dalam proses pelaksanaannya, baik fase pengumpulan maupun tahap pendistribusian yang harus diketahui. Kedudukan zakat sangat urgen, sehingga DR. Yusuf Qardhawi menyebut zakat sebagai ibadah m Ɨliyah ijtim Ɨ’iyyah, yaitu ibadah di bidang harta yang memiliki posisi sangat penting, berfungsi strategis dan menentukan dalam membangun kesejahteraan masyarakat. 206 | Modul Pendidikan Agama Islam Sedangkan definisi zakat menurut UU Pengelolaan Zakat Nomor 23 Tahun 2011: “Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam”. Zakat mempunyai beberapa istilah yang disebutkan dalam al-Qur-an dan Sunnah, yaitu: Zakat QS. Al Baqarah: 43, Shadaqah QS. al-Taubah: 103-104, Nafaqah atau infaq QS. al-Taubah: 34, Haq QS. al-An’am: 141, al-‘Afwu QS. al-Baqarah: 219.

II. Dasar Hukum al-Qur’an, Hadis, dan Hukum Positif Indonesia UU Zakat

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang lima, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Zakat pertama kali diwajibkan di Mekkah secara umum, saat itu Allah Swt belum menentukan jenis dan kadar zakat yang harus dikeluarkan, tapi mengembalikan hal tersebut kepada perasaan dan kemurahan hati kaum muslimin. Pada tahun kedua hijriah, baru ditentukan jumlah, jenis, dan perincian harta yang wajib dikeluarkan oleh kaum muslimin.

A. Dasar hukum zakat di dalam al-Quran

Kewajiban zakat didasarkan pada beberapa dalil dari al-Quran, Sunnah dan Ijma’. Diantara dalil dari al-Quran terdapat dalam QS. al-Baqarah: 43 Ʉ˾ɆMɆ\ɛ0`ɄNɄesɅMɄ\ɈɄrɄɄ\ɛ2`sɅɄrɄʙɛ=`sɅfzɆXɄɄr Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk. Begitu pula dalam QS. al-Taubah: 103 Ʌɛ˿ɄrɈgɅpɄ`ɁlɄ]Ʉ4 ɄɄʙɄɛiɆ ɈgɆpɈzɄaɄL ɝbɄɄrɄpɆɈgɆpzɝ\Ʉ2ɅɄrɈgɅoɅ0ɝpɄEɅɀɄXɄ,ɄɈgɆpɆ`ɄsɈeɄɈlɆeɈ.Ʌ ɁNzɆfɄ4 ɁgzɆaɄL Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu menumbuhkan ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

B. Dasar hukum zakat di dalam hadis dan ijma’

Adapun dalil dari sunnah diantaranya hadis tentang rukun Islam yang populer : ͅE`l0fLl˿,Llf0`,LɯlL {kͧ_sYyc;˿_s4Mf4 y rͅʙ=`cX rͅ˿_s4,feirͅ˿ʘ q` ʘi+Ƚp8ͧ6Ƚf˱Lcʙ4ʞ \2` ͅiAecsrͅ ga5erx`mr͹ʙz4qz` KE4l˯z`r ͸ Begitu pula dalam hadis dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahwa Rasul Saw bersabda kepada Mu’adz ketika Nabi mengutusnya ke Yaman sebagai gubernur dan qadhi kepala pengadilan. ɆɴɈɄ ɄɛjɆ ɅoɈiɆ ɄTͅɆɛ˿ Ʌ_s Ʌ4Ʉ ɝ˻ɄɄrͅɅ ɛ˿ʘɆ ɄqɄ`Ɇ ʘɈiɄɆɄ+ɄpɄ8 Ʉ˰Ɇ ɈgɅpɅLɈ+ɄT ɆɄɆ]Ɉ`ɆbɈoɄɈlɆeɀeɈsɄX Ɉg ɅoɈiɆ ɄTͅɃɄaɈzɄ`ɄrɃcɈsɄy ɝbɅ\ Ɇʓ ɃɄsɄaɄ Ʉ6ɈfɄɈgɆpɈzɄaɄL Ʉ?ɄɄɰɈTɄ ɛ˿ɛiɄɈgɅpɈfɆaɈLɄɄT ɄɆ`Ʉ.Ɇ`sɅLɄDɄ Ɉg sɅLɄDɄ ɈgɆpɆɄ0ɄYɅT Ɇʓɜ+ɄɅɰɄTɈgɆpɆɄzɆkɈPɄɈlɆeɅ.ɄɈɅɀɄXɄ,ɄɈgɆpɈzɄaɄL Ʉ?ɄɄɰɈTɄ ɛ˿ɛiɄɈgɅpɈfɆaɈLɄɄT ɄɆ`Ʉ.Ɇ` ͹ qzaLZUe ͸