Wajib Haji Sunnah-sunnah Haji

Materi PAI untuk MIMTsMA | 253

BAGIAN XII PERNIKAHAN DALAM ISLAM

A. PETA KONSEP

B. KOMPETENSI DASAR

3.6 Memahami ketentuan pernikahan dalam Islam

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi Pernikahan Dalam Islam, diharapkan peserta mampu: 1. Menjelaskan pengertian, dasar hukum, dan hikmah pernikahan. 2. Membedakan rukun dan syarat pernikahan. 3. Menjelaskan tentang khitbah, kafa’ah, dan macam-macam mahar. 4. Menerangkan bentuk-bentuk pernikahan yang diharamkan. 5. Menjelaskan macam-macam putusnya pernikahan 6. Menjelaskan hukum fiqh kontemporer mencakup: Nikah sirri, nikah beda agama, poligami dan poliandri, serta hukum menikahi wanita hamil. Pernikahan Dalam Islam Pengertian Dasar Hukum Hikmah Rukun dan Syarat Khitbah, Kafaah dan Mahar Bentuk Nikah Yang Diharamkan Putusnya Pernikahan Thalaq, Iddah Rujuk Khulu Fasakh Problematika pernikahan di Indoensia Nikah Siri Nikah Beda Agama Poligami Poliandri Menikahi Wanita Hamil Karena Zina 254 | Modul Pendidikan Agama Islam

D. Uraian Materi

Uraian materi meliputi pembahasan tentang: 1. Pengertian Nikah Perkawinan atau pernikahan dalam literatur fiqh disebut dengan 2 kata, yaitu nikah ΡΎϜϧ dan zawaj Ν΍ϭί. Kedua kata ini dipakai dalam QS. al-Nisa’ [4] ayat 3 dan QS. al-Ahzab [33] ayat 37. Secara etimologi kata nikah adalah bentuk mashdar dari kata nakaha yang artinya bersetubuh, menggabungkan dan mengumpulkan menghimpun. ϊϤΠϟ΍ϭϢπϟ΍ϭ˯ρϮϟ΍ϮϫΔϐϠϟ΍ϲϓϩΎϨόϣϭ΢ϜϧϦϣέΪμϣΡΎϜϨϟ΍ . Ada juga yang mengartikan Ϣ˸Σ˴Ϊϟ΍ mengawini atau ΍ ΄Π˴Ψϟ menggauli. Di kalangan ulama ushul berkembang tiga macam pendapat tentang arti lafaz nikah: a. Nikah menurut arti aslinya arti hakiki adalah bersetubuh hubungan kelamin, dan menurut arti majazi metaforis adalah akad yang dengan akad ini menjadi halal hubungan kelamin antara pria dan wanita; namun perlu penjelasan untukmaksud tersebut. Demikian menurut mazhab Hanafi. b. Nikah menurut arti aslinya ialah akad yang dengan akad ini menjadi halal hubungan kelamin antara pria dan wanita, sedangkan menurut arti majazi ialah bersetubuh, demikian menurut ahli ushul golongan Syafi’iyah. c. Nikah mengandung kedua arti sekaligus, yaitu sebagai akad dan bersetubuh. Ini menurut Abu Qasim al-Zajjad, Ibn Hazm dan Mazhab Hambali. Adapun pengertian nikah secara terminologi, ada beberapa rumusan disebabkan berbeda dalam titik pandang. Di kalangan ulama Syafi’iyah artinya: ΞϳϭΰΘϟ΍ϭ΍ΡΎϜϧϹ΍φϔϠΑ˯ρϮϟ΍ΔΣΎΑ·ϦϤπΘϳΪϘϋ Akad perjanjian yang mengandung maksud membolehkan hubungan kelamin dengan menggunakan lafaz na-ka-ha atau za-wa-ja. Definisi ini berdekatan dengan yang dikemukakan oleh ulama Hanafiah: ΍ΪμϗϰΜϧϷΎΑΔόΘϤϟ΍ϚϴϠϤΘϟϊοϭΪϘϋ Akad yang ditentukan untuk memberi hak kepada laki-laki menikmati kesenangan dengan perempuan secara sengaja. Ulama kontemporer DR. Ahmad Ghandur dalam bukunya al-Ahwal al-Syakhshiyah fi al- Tasyri’ al-Islamy mendefinisikan makna nikah : ΎϤϬϨϣϞϜϟϞόΠϳϭΓΎϴΤϟ΍ϯΪϣϲϧΎδϧϹ΍ϊΒτϟ΍ϩΎοΎϘΘϳΎϣϖϘΤϳΎϤΑΓ˯ήϤϟ΍ϭϞΟήϟ΍ϦϴΑΓήθόϟ΍ϞΣΪϴϔϳΪϘϋ ϪϴϠϋΕΎΒΟ΍ϭϭϪΒΣΎλϞΒϗϕϮϘΣ Akad yang menimbulkan kebolehan bergaul antara laki-laki dan perempuan dalam tuntutan naluri kemanusiaan dalam kehidupan, dan menjadikan untuk kedua pihak secara timbal balik beberapa hak dan kewajiban. Adapun definisi perkawinan berdasarkan UU Perkawinan tahun 1974 Bab 1 Pasal 1 Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.