Estimator Kernel Algoritma dan Program R

Arborea Roxb dengan variabel respon volume pohon m 3 dan variabel prediktor diameter pohon cm. Pada tulisan ini akan dibahas estimasi model regresi nonparametrik dengan error lognormal berdasarkan estimator Kernel, selanjutnya, model tersebut diimplementasikan pada OSS Statistika R. Sebagai ilustrasi, model diaplikasikan pada data pohon Gmelina Arborea Robx dengan variabel respon adalah volume pohon m 3 dan variabel prediktor adalah tinggi pohon m.

2. Estimator Kernel

Diberikan n data pengamatan berpasangan mengikuti model regresi sebagai berikut: , , . . . , , , , 2 2 1 1 n n y x y x y x 3 1 2 , , , ..., i i i y f x i ε = = n i dengan . Persamaan regresi pada model 3 ditransformasi dengan mengambil nilai logaritma alam ln dari kedua ruas persamaan, sehingga diperoleh , ~ 2 σ ε LN i i i y f x ε = + 4 dengan 2 ~ , i N ε σ , i i i , i i ln x f ln x f y ln y ε ε = = = ∗ ∗ i , Kurva regresi f x i tidak diketahui dan dapat diestimasi dengan pendekatan estimator Kernel. Dalam mengestimasi kurva regresi, f x i , dengan pendekatan Kernel, digunakan fungsi bobot , x w nr r = 1,2,…,n. Menurut teori, fungsi regresi didefinisikan sebagai berikut: [ ] ∗ ∞ ∞ − ∗ ∗ ∞ ∞ − ∗ ∗ ∗ ∫ ∫ = = = = dy x f y , x f y dy x y f y x X Y E x f 5 Pada persamaan 5, , dapat diestimasi dengan perkalian multiple Kernel : y x f , ∑ ∑ = = ∧ − − = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − = n i i i h i h 2 i n 1 i 1 i 2 1 y y K x x K n 1 h y y K h x x K h nh 1 y , x f 2 1 Matematika 873 Pembilang pada persamaan 5 dapat dinyatakan sebagai : dy y y K x x K y n 1 dy y , x f y i h n 1 i i h 2 1 ∫ ∑ ∫ − − = = ∑ ∫ = − − = n 1 i i h i h dy y y K y x x K n 1 2 1 dy h y y K h y x x K n 1 n 1 i 2 i 2 i h 1 ∑ ∫ = ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − − = Selanjutnya, dimisalkan ds h dy sh y y 2 2 i = → + = , sehingga diperoleh : ∫ ∫ ∑ ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + − = = ds h h h s K h h s y x x K n 1 y , x f y 2 2 2 2 2 i n 1 i i h 1 ds s K sh y x x K n 1 n 1 i 2 i i h 1 ∑ ∫ = + − = ∑ ∫ ∫ = + − = n 1 i 2 i i h , ds s K s h ds s K y x x K n 1 1 i n 1 i i h y x x K n 1 1 ∑ = − = Dari uraian di atas diperoleh estimator Kernel sebagai berikut : ∑ ∑ ∑ = = = = − − = n i i h n i i h n i i i h h y x w x x K n y x x K n x fˆ 1 1 1 1 1 6 dengan ∑ = − − = n 1 i i h i h h x x K x x K w 7 Oleh karenanya, estimasi untuk kurva regresi pada model 1 adalah : ∑ = = n i i h y x w h e x fˆ 1 8

3. Algoritma dan Program R

a. Algoritma untuk menentukan nilai bandwidth h yang optimal dengan kriteria GCV. SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 874 1. Mendefinisikan vektor Y dan X, dimana X dan Y diurutkan dari yang terkecil berdasarkan nilai X. 2. Menentukan fungsi Kernel Gaussian , 2 1 1 exp , 2 2 K x x x π = − −∞ ∞ 3. Menghitung x fˆ i ∗ dari persamaan 6 4. Menghitung [ ] 2 1 1 2 1 1 h W I tr n x f y n h GCV n i i h − − = − = ∗ ∑ dengan mengiterasikan nilai bandwidth awal sampai diperoleh GCVh yang paling minimum. Bandwidth h optimal adalah nilai h yang bersesuaian dengan nilai GCV yang minimum. b. Algoritma untuk menentukan nilai estimasi adalah : i y 1. Menentukan Fungsi Kernel yang akan digunakan untuk menghitung bobot. 2. Memasukkan nilai bandwidth yang optimal dengan kriteria GCV dari algoritma 3.a h 3. Hitung nilai i i n i h y h x x K nh x f ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = ∑ =1 1 dengan i =1,2…n, j =1,2…n , n = banyaknya data pengamatan. 4. Diulang langkah ke 3 sampai seluruh nilai i x Berdasarkan algoritma a, untuk memilih bandwidth optimal dengan kriteria GCV diimplementasikan program R sebagai berikut : kernel ‐functionu { exp‐0.5u2sqrt2pi } GCV ‐functionrespon,varbas,hlamda { yk‐respon tk‐varbas hl‐hlamda Matematika 875 n‐lengthyk catʺ====================ʺ catʺ\n lamda GCVʺ catʺ\n====================ʺ whilehl hlamda + 1.1 { u‐matrix0,ncol=n,nrow=n fori in 1:n { for j in 1:n { u[j,i]‐tk[j]‐tk[i]hl } } jumlah‐matrix0,ncol=1,nrow=n for i in 1:n { forj in 1:n { jumlah[i,1]‐jumlah[i,1]+kernelu[i,j] } } H‐matrix0,ncol=n,nrow=n for i in 1:n { for j in 1:n { H[i,j]‐kernelu[i,j]jumlah[i,1] } } mhlamda‐Hyk SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 876 atas‐tyk‐mhlamdayk‐mhlamdan bawah‐1‐sumdiagHn2 GCV‐atasbawah catʺ\n ʺ,formathl catʺ ʺ,formatGCV hl‐hl + 0.05 } } Sedangkan program R untuk menentukan nilai estimasi berdasarkan algoritma b. adalah sebagai berikut : x f i estimasikernel ‐functionrespon,varbas,hlamda { data‐cbindrespon,varbas dataurut‐data[ordervarbas,1:2] yk‐dataurut[,1] tk‐dataurut[,2] hl‐hlamda n‐lengthyk u‐matrix0,ncol=n,nrow=n fori in 1:n { for j in 1:n { u[i,j]‐tk[i]‐tk[j]hl } } w‐matrix0,ncol=n,nrow=n for i in 1:n { Matematika 877 forj in 1:n { w[i,j]‐kernelu[i,j] } } H‐matrix0,ncol=n,nrow=n for i in 1:n { for j in 1:n { H[i,j]‐w[i,j]sumw[i,] } } mhlamda‐Hyk mse‐tyk‐mhlamdayk‐mhlamdan for i in 1:n { catʺ\n ʺ, formatmhlamda[i] } catʺ\n Nilai MSE =ʺ,formatmse plottk,mhlamda,type=ʺlʺ,xlim=cmintk,maxtk,ylab=ʺVolume Pohon ʺ,xlab=ʺTinggi Pohonʺ,ylim=c‐5,0 parnew=T plottk,yk,xlim=cmintk,maxtk,ylab=ʺVolume Pohonʺ,xlab=ʺTinggi Pohon ʺ,ylim=c‐5,0 } 4. Aplikasi pada data pohon Gmelina Arborea Roxb. Salah satu hasil hutan yang ada di Indonesia adalah Gmelina Arborea Roxb , yang berasal dari famili Verbenacea, dengan nama lokaldaerah : Jati putih Indonesia, gamari, gumadi India, gamar Bangladesh, dan yemane Myanmar. Pohon Gmelina Arborea Roxb, tumbuh sangat cepat, tingginya bisa SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 878 mencapai 40 meter. Batangnya kurus dan permukaannya halus, dan berwarna abu ‐abu gelap, yang semakin lama akan berwarna coklat. Daunnya berbentuk seperti hati dan bunganya berwarna oranye dan kuning, dan menghasilkan madu. Kayu dari pohon ini memiliki banyak kegunaan, di dunia industri kayu Gmelina Arborea Roxb digunakan untuk furniture, bahan untuk pulp pengepakan, chipboard, kano, alat musik dan lain‐lain. Jika dibandingkan dengan jenis kayu yang lain Gmelina Arborea Roxb sangat baik untuk industri kertas. Para pemeluk agama hindu juga biasa menggunakan akar, kulit batang dan buahnya untuk obat‐obatan. Sebagai ilustrasi, model diaplikasikan pada data pohon Gmelina Arborea Robx di areal HTI Wanakasita Jambi, dengan variabel respon adalah volume pohon m 3 dan variabel prediktor adalah tinggi pohon m. Berdasarkan hasil dari program R yang diimplementasikan pada data pohon tersebut, diperoleh nilai bandwidth optimal yaitu 0,3 dengan nilai MSE = 0,0675 dan R 2 = 0,99 dan estimasi modelnya adalah : ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ∑ = ⎟⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∑ = ⎟⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = − − − − 93 1 93 1 2 3 2 1 2 1 2 3 2 1 2 1 i i Y i Y . i X x exp . i X x exp exp π π Plot antara observasi dan hasil estimasi model tampak pada Gambar 1 berikut ini : 6 8 10 12 14 16 18 -5 -4 -3 -2 -1 V ol um e P ohon 6 8 10 12 14 16 18 T in g g i Po h o n -5 -4 -3 -2 -1 Gambar 1. Plot Estimasi Model berdasarkan Estimator Kernel Selanjutnya dilakukan pengujian asumsi error berdistribusi lognormal menggunakan uji Kolmogorov diperoleh nilai p‐value adalah 0,56482, dengan α = 5 diperoleh kesimpulan bahwa errornya berdistribusi lognormal. Matematika 879 Ucapan terima kasih Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang dibiayai DP2M Ditjen DIKTI melalui Program HIBAH PEKERTI Nomor Kontrak : 016SP2HPPDP2MIII2007, tertanggal 29 Maret 2007. 5. Daftar Pustaka Anonim, 2006, The Lognormal Distribution, http:limnology.wisc.edu Akses : Maret 2007 Chamidah, N., Saifudin, T., Tirta, I.M., dan Lestari, B., 2007, Implementasi OSS StatistikaR Pada Model Regresi Nonparametrik Dengan Error Lognormal Berdasarkan Estimator Penalized‐Spline, Makalah Seminar Nasional Statistika VIII, 3 Nopember 2007, ITS, Surabaya. Eubank, R.M., 1988, Spline Smoothing and Nonparametric Regression, Marcel Dekker, New York. Limpert, E, Werner A, Stahel, and Abbt, M., 2001. Log‐normal Distribution Across the Sciences : Keys and Clues. Bio Science, 515, 341‐352. Ronitua, M., 2002, Kajian Fenomena Hurst dan Uji Statistik Debit Input Waduk Kaskade Citarum, http:digilib.ampl.or,id Akses: Maret 2007. SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 880 Keterkendalian Sistem Linear Atas Ring Komutatif Melalui Pendekatan Model Polinomial Primastuti Indah Suryani Sri Wahyuni Jurusan Matematika FMIPA UGM Sekip Utara Yogyakarta 55281 Abstrak Dalam teori sistem abstrak atas ring komutatif A. Jika diberikan sistem linear quintuple di mana modul state X dipandang sebagai modul yang dibangun secara berhingga atas A dengan F∈End , , , ; J H G F X A X, G dan H merupakan A‐homomorfisma modul, maka pemetaan inklusi beserta endomorfisma F membangkitkan struktur modul atas ring polinomial , sehingga diperoleh bahwa A‐modul X membangkitkan ‐modul berhingga X ] [ : s A A i → ] [s A ] [s A F . Selain itu, endomorfisma F juga membangkitkan ‐homomorfisma modul, G ] [s A F dan H F , yang menentukan suatu sistem linear quadruple melalui ring polinomialnya. Selanjutnya karakterisasi keterkendalian sistem linear quintuple dan sistem linear quadruple dapat ditentukan dengan menyelidiki ‐homomorfisma modul dan sifat coprime ‐kirinya. , , ; J H G X F F F , , , ; J H G F X , , ; J H G X F F F ] [s A Kata ‐kata kunci : keterkendalian, coprime‐kiri.

I. Pendahuluan

Selama ini telah dipelajari beberapa teori mengenai sistem linear dan keterkendaliannya, baik sistem linear atas lapangan maupun sistem linear atas ring komutatif. Perkembangan teori sistem dengan pendekatan model polinomial pada sistem linear atas lapangan telah dibahas [5] yang berhasil digeneralisasi oleh [4] pada sistem linear atas daerah ideal utama. Pada tahun 2000, Lomadze berhasil melakukan pendekatan model polinomial pada sistem linear atas ring komutatif. Hal inilah yang menjadi ketertarikan penulis untuk dapat mengikuti ide dalam [7] untuk menentukan karakterisasi keterkendalian pada sistem atas ring komutatif melalui pendekatan model polinomial. Beberapa paper pendukung menunjukkan peran aljabar yang banyak digunakan dalam teori sistem sehingga diperlukan dukungan teori aljabar, khususnya teori modul. Selanjutnya akan ditentukan bahwa keterkendalian Dipresentasikan dalam SEMNAS Matematika dan Pendidikan Matematika 2007 dengan tema “Trend Penelitian Matematika dan Pendidikan Matematika di Era Global” yang diselenggarakan oleh Jurdik Matematika FMIPA UNY Yogyakarta pada tanggal 24 Nopember 2007 sistem linear atas ring komutatif menentukan keterkendalian sistem atas ring polinomialnya. Berdasar latar belakang di atas, tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut : 1. Memperoleh penyajian sistem linear atas ring polinomial yang bersesuaian dengan sistem linear atas ring komutatifnya. 2. Mengetahui hubungan pemetaan linear atas ring komutatif dengan pemetaan linear atas ring polinomialnya. 3. Menentukan karakterisasi keterkendalian sistem linear atas ring komutatif dan hubungannya dengan keterkendalian sistem linear atas ring polinomialnya.

II. Metode Penelitian

Uraian secara terpadu dan sistematis disampaikan dalam tahapan‐tahapan sebagai berikut : 1. Menyajikan sistem linear atas ring polinomial yang bersesuaian dengan sistem linear atas ring komutatifnya. 2. Menentukan karakterisasi keterkendalian sistem linear atas ring komutatif dengan membentuk pemetaan linear atas ring komutatif. 3. Membentuk pemetaan linear atas ring polinomial yang bersesuaian dengan butir2 dan menentukan karakterisasi keterkendaliannya. 4. Mendefinisikan sistem linear quintuple atas ring komutatif dan sistem linear quadruple atas ring polinomialnya. 5. Menunjukkan bahwa keterkendalian sistem linear quintuple atas ring komutatif menentukan keterkendalian sistem linear atas ring polinomialnya. SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 882

III. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada tahap awal penelitian dipelajari tentang keterkendalian sistem linear abstrak, baik sistem linear atas lapangan maupun sistem linear atas ring komutatif. Definisi keterkendalian sistem linear abstrak dapat dijumpai dalam [2], [3], dan [9]. III.1. Keterkendalian Sistem Linear Abstrak Menurut Olsder, keterkendalian dapat ditentukan melalui matriks polinomial dalam hubungannya dengan sifat coprime‐kiri, yang disajikan dalam definisi dan teorema lengkap dengan pembuktiannya dalam [9] sebagai berikut : Definisi 3.1.1. Diberikan sistem Σ : Psξ = Qsu dan y = Rsξ dimana ξ adalah state parsial dan P s nonsingular. Sistem Σ terkendali controllable jika matriks Ps dan Qs coprime‐ kiri. Mengingat sistem yang dipelajari dalam tulisan ini dinyatakan sebagai : t Ju t Hx t y t Gu t Fx t x + = + = 3.1 dan menggunakan transformasi Laplace persamaan 3.1 dapat dinyatakan dalam bentuk : s uˆ J s xˆ H s y ˆ s uˆ G x s xˆ F sI + = + = − 3.2 di mana sI – F, F, G, H, dan J masing‐masing adalah matriks polinomial. Berikut ini disajikan teorema keterkendalian controllable disertai bukti lengkapnya dalam referensi [9] sebagai berikut : Teorema 3.1.2. Sistem 3.2 terkendalicontrollable jika dan hanya jika F sI − dan G coprime‐kiri Teorema di atas nantinya akan menjadi teorema acuan dalam menentukan keterkendalian sistem linear atas ring komutatif melalui Matematika 883 pendekatan model polinomial. Tentu saja, dengan mendefinisikan , , dan H yang sesuai untuk sistem linear atas ring komutatif. F sI − G Selain teorema di atas, penelitian yang dilakukan [5] juga menghasilkan lemma ‐lemma yang berkaitan dengan keterkendalian sistem linear atas lapangan K melalui pembentukan model polinomialnya, yaitu terbentuknya K [z] dengan indeterminate z, dinyatakan sebagai berikut : Diberikan sistem Σ = X;F,G,H dimana X adalah ruang linear atas lapangan K. Jika K[z] merupakan ring polinomial dalam indeterminate z dengan koefisien di K dan bilangan bulat positif m dan p sebagai banyak input dan banyak output, maka pemetaan keterkendalian R : K m [z] X dari sistem Σ didefinisikan sebagai : R → ∑ ∑ = = = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ n i i i n i i i Gu F z u Pemetaan keterkendalian pada sistem linear atas lapangan melalui pendekatan model polinomial di atas akan digeneralisasi menjadi pemetaan keterkendalian pada sistem linear atas ring komutatif melalui pendekatan model polinomial. Berikutnya diberikan lemma berkaitan dengan keterkendalian sistem linear atas lapangan melalui model polinomial yang melibatkan ‐ homomorfisma modul sebagai berikut : ] [z K Lemma 3.1.3. Sistem Σ terkendali controllable jika dan hanya jika pemetaan keterkendalian R dari sistem Σ yang dipandang sebagai K[z]‐homomorfisma modul adalah surjektif. Selain karakterisasi keterkendalian sistem linear atas lapangan yang disajikan di atas, hal tersebut dapat digeneralisasi pada sistem linear atas ring komutatif yang selanjutnya disebut juga sistem linear quintuple. Beberapa definisi dan karakterisasi keterkendalian sistem linear atas ring komutatif telah dibahas dalam [10] dan [2] yang disajikan sebagai berikut : SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 884 Definisi 3.1.4. Diberikan ring komutatif A. Sistem dinamik linear bebas Σ berwaktu diskret dan konstan atas ring komutatif A dinyatakan sebagai triple F,G,H dimana F∈A nxn , G∈A nxm dan H∈A pxn untuk suatu bilangan bulat n,m,p dengan n adalah rank dari Σ, banyak input m dan banyak output p. Secara khusus jika m = p = 1, maka sistem Σ disebut sistem skalar. Jika X, U, dan Y masing‐masing dinotasikan sebagai A‐modul bebas A n , A m , dan A p yang dibangun secara berhingga, maka adalah A‐pemetaan modul dan definisi sistem di mana modul state, modul input dan modul outputnya diberikan oleh X, U, dan Y diberikan sebagai: Y X H X U G X X F → → → : , : , : t Hx t y t Gu t Fx 1 t x = + = + 3.3 dengan t∈Z, state xt∈A n , input ut∈A m , dan output yt∈A p untuk semua t. Berikutnya jika diberikan ring komutatif A dan indeterminate s sehingga diperoleh ring polinomial A[s]. Konsep teori sistem linear abstrak dan teori modul memegang peranan penting dalam membangkitkan sistem linear baru atas ring polinomial A[s] dari sistem linear atas ring komutatif A. III.2. Pendekatan Model Polinomial Pada Sistem Linear Atas Ring Komutatif Pada bagian ini akan dibahas mengenai peranan teori modul dalam melakukan pendekatan model polinomial pada sistem linear atas ring komutatif yang digeneralisasi dari pendekatan model polinomial pada sistem linear atas daerah ideal utama yang telah dibahas oleh [4]. Sebelumnya telah diperoleh bahwa ring A dan indeterminate s membentuk ring polinomial dan melalui lokalisasi T pada diperoleh ring fungsi rasional , di mana T adalah himpunan semua polinomial monik . Salah satu bagian penting yang mendasari pendekatan model polinomial adalah karakterisasi dari modul ] [s A ] [s A s A ] [s A Matematika 885 faktor yang diperoleh dari hubungan dan dalam membentuk struktur modul faktor sehingga diperoleh ] [s A s A ] [ s A s A ‐modul faktor yang diasumsikan merupakan modul bebas yang dibangun secara berhingga atas A. Berikutnya akan ditunjukkan bahwa A‐modul X bersama dengan operasi pergandaan skalar x X X akan membentuk struktur ‐modul dalam lemma berikut : ] [s A ] [s A → ] [s A Lemma 3.2.1. Jika X adalah modul yang dibangun secara berhingga atas A, tuliskan himpunan membangun X dan F adalah A‐endomorfisma dari X, maka A‐modul X dapat dipandang sebagai ‐modul X dengan operasi pergandaan skalar yang didefinisikan sebagai : } ,..., , { n 2 1 x x x ] [s A ] [s A x X X , a,x aFx → a Selanjutnya dalam tulisan ini, A‐modul X yang membangkitkan struktur ‐modul melalui suatu endomorfisma F , dinotasikan sebagai X ] [s A F . Dengan mengingat pengertian modul torsi dalam teori modul dan berdasarkan pendekatan aljabar pada teori sistem, modul state X F yang merupakan modul atas ring polinomial harus merupakan modul berhingga, yaitu : modul torsi yang dibangun secara berhingga. III.2.1. Modul Berhingga atas Ring Polinomial ] [s A Diketahui bahwa X adalah modul atas A yang dibangun secara berhingga dan X F adalah modul atas yang juga dibangun secara berhingga, lebih lanjut akan diselidiki bahwa X ] [s A F adalah modul berhingga. Berikut diberikan lemma yang menyatakan bahwa X F adalah modul berhingga. Lemma 3.2.2. X F adalah modul berhingga atas ] [s A Bukti : SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 886 Cukup dengan menunjukkan bahwa X F adalah modul torsi atas . Dibentuk M ] [s A T X F adalah himpunan semua elemen torsi dari X F dan diketahui F∈End A X. Misalkan polinomial monik ps=det F sI − sehingga M T X F ={x∈X F | ∃ps∈A[s] ‐{0}a.x=0}. Jika T adalah himpunan semua polinomial monik, maka ‐{0}= T dan diperoleh : ] [s A M T X F = {x∈X F | ∃ps∈T ps.x = 0} def = {x∈X F | ∃ps∈T pFx = 0}. Telah diketahui bahwa polinomial monik ps adalah polinomial karakteristik dari F, yaitu : ps = det , maka menurut Teorema Cayley‐Hamilton diperoleh pF = 0 dengan F∈M F sI − n A, sehingga diperoleh M T X F = X F . Terbukti X F modul torsi atas A[s]. Jadi, X F modul berhingga atas . □ ] s [ A Selanjutnya dengan menerapkan pembentukan produk tensor dalam [11] diperoleh penyajian ⊗ ] [s A A [s] X dan mengingat bahwa merupakan modul bebas atas dengan basis {1, s, s ] [s A ] [s A 2 , ... }, Rotman menyatakan bahwa ⊗ X ] [s A F ≅ C F i X As ⊗ dengan menyatakan jumlah langsung dari As C i dan X F , sehingga untuk setiap x∈ ⊗ X ] [s A F dapat dipandang sebagai vektor yang mempunyai penyajian tunggal berbentuk x= di mana x ∑ = ⊗ n i i i x s i ∈X F . Dari penyataan di atas, karena adalah ring polinomial yang komutatif, maka diperoleh ⊗X ] [s A ] [s A F ≅ X F ⊗ . Selanjutnya X ] [s A F ⊗ dinotasikan sebagai X[s] dan untuk setiap x∈X[s] dapat disajikan secara tunggal dalam bentuk x = di mana x ] [s A ∑ = ⊗ n i i i s x i ∈X F . III.2.2. Penyajian Model Polinomial Menurut Rotman 1979 dikatakan bahwa dapat dikonstruksikan sebuah ‐modul X[s] dari suatu A‐modul X. Berdasarkan konstruksi di atas, jika ] [s A Matematika 887 ] [ ] [ s A X s X F ⊗ = dipandang sebagai modul atas dalam indeterminate s, maka pengaitan dapat didefinisikan sebagai : ∑ . Selanjutnya akan diberikan suatu lemma yang menyatakan bahwa pengaitan merupakan ‐homomorfisma modul. ] [s A ] [ ] [ : s X s X F sI → − = ⊗ n i i i s x a ∑ = ⊗ − ⊗ n i i i s 1 s s 1 x ] [ ] [ : s X s X F sI → − ] [s A Lemma 3.2.3. Diberikan A‐modul X dan A[s]‐modul X[s]. Jika F∈EndX dan indeterminate s, maka pengaitan yang didefinisikan sebagai : ] [ ] [ : s X s X F sI → − 1 n n n 1 i i i 1 i def n i i i s x s Fx x 1 Fx s x F sI + = − = ⊗ + ⊗ − + ⊗ − = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ − ∑ ∑ merupakan ‐homomorfisma modul. ] [s A Bukti : i. Akan ditunjukkan bahwa sI – F adalah pemetaan, dengan menggunakan sifat produk tensor diperoleh : ⇔ ⇔ , sehingga diperoleh 3.4 ∑ ∑ = = ⊗ = ⊗ n i n i i i i i s y s x ∑ = ⊗ − n i i i i s y x i , y x i i ∀ = − i , y x i i ∀ = Akibatnya, ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ − = − ∑ = n i i i s x F sI x F sI 1 n n n 1 i i i 1 i def s x s Fx x 1 Fx + = − ⊗ + ⊗ − + ⊗ − = ∑ Menurut persamaan 3.4 diperoleh : 1 n n n 1 i i i 1 i s y s Fy y 1 Fy + = − ⊗ + ⊗ − + ⊗ − ∑ y F sI s y F sI n i i i def − = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ − = ∑ = . Terbukti, F sI − pemetaan. ii. Akan ditunjukkan : ∀x,y∈X[s]sI – Fx + y = sI – Fx + sI – Fy Ambil sebarang x,y∈X[s] sehingga ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ + − = + − ∑ = n i i i i s y x F sI y x F sI 1 n n n n 1 i i i i 1 i 1 i def s y x s y x F y x 1 y x F + = − − ⊗ + + ⊗ + − + + ⊗ + − = ∑ 3.5 SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 888 Diketahui , maka F dapat dipandang sebagai homomorfisma modul. X End F ∈ Akibatnya, dengan menggunakan sifat produk tensor, persamaan 3.5 menjadi : ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ + ⊗ − ⊗ − + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ + ⊗ − + ⊗ − + = − = + − ∑ ∑ 1 n n n 1 i i i 1 i n 1 i 1 n n i i 1 i s y s Fy y 1 Fy s x s Fx x 1 Fx ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ − + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ − = ∑ ∑ = = n i i i n i i i def s y F sI s x F sI y F sI x F sI − + − = Terbukti, y F sI x F sI y x F sI − + − = + − . iii. Akan ditunjukkan : ∀x∈X[s]∀p∈A[s] sI – Fpx = psI – Fx Ambil sembarang x∈X[s] dan p∈ dengan p ] [s A i ∈A sehingga diperoleh : ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ − ∑ = n i i i s px F sI ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ + ⊗ − + ⊗ − = ∑ = + − n 1 i 1 n n i i 1 i def s px s px F px 1 px F dengan mengingat maka diperoleh : X End F ∈ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ + ⊗ − + ⊗ − + = − ∑ 1 n n i n 1 i i 1 i s x s Fx x 1 Fx p ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ − = ∑ = n i i i def s x F sI p x F sI p − = Terbukti sI – Fpx = psI – Fx Dari i, ii dan iii terbukti sI – F merupakan homomorfisma atas A[s]. □ Selain lemma di atas, dapat dibentuk pula pengaitan dari X[s] ke X F yang ditunjukkan dalam lemma berikut : Lemma 3.2.4. Jika diberikan ϕ : X[s] Æ X F yang didefinisikan , maka ∑ ∑ = = = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ n i i i n i i i x F s x ϕ ϕ merupakan ‐homomorfisma modul ] [s A Bukti : Cukup dengan menunjukkan ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∈ ⊗ ⊗ ∀ ∑ ∑ = = n i n i i i i i s X s y s x ] [ , ] [s A p ∈ ∀ , berlaku : Matematika 889 1. = + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ + ⊗ ∑ ∑ = = n i n i i i i i s y s x ϕ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ ∑ = n i i i s x ϕ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ ∑ = n i i i s y ϕ 2. = p. ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ ∑ = n i i i s x . p ϕ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ ∑ = n i i i s x ϕ Dari 1 dan 2 terbukti bahwa ϕ adalah homomorfisma modul atas A[s].□ Dari lemma‐lemma di atas diperoleh bahwa X[s] modul atas dan X ] [s A F modul atas dengan sI – F dan ϕ masing‐masing merupakan ‐ homomorfisma modul. Lemma berikut menyajikan dimana barisan modul dan homomorfismanya membentuk suatu barisan eksak, yaitu: ] [s A ] [s A Lemma 3.2.5. Jika diberikan X F adalah ‐modul, maka terdapat barisan ] [s A X[s] X[s] X ⎯→ ⎯ ⎯ ⎯ → ⎯ −F sI ⎯→ ⎯ ϕ F 3.6 ⎯→ ⎯ yang merupakan barisan eksak atas A[s]. Bukti : Didefinisikan ϕ : X[s] X → F sebagai . Menurut Rotman 1979, terdapat barisan eksak atas , yaitu : 0 K X[s] X ∑ = ⊗ n i i i s x a ∑ = n i i i x F ] [s A → → ⎯→ ⎯ ϕ F dengan → ] [ s X K Ker ≅ = ϕ sebagai A[s]‐modul. Pandang β : X[s] K yang didefinisikan ∑ → = ⊗ n i i i s x a ∑ = ⊗ − ⊗ n i i i s 1 s s 1 x 1. Akan ditunjukkan bahwa β adalah pemetaan atas A[s] Ambil sebarang , ∈X[s] dengan = sehingga diperoleh: . Dari sini diperoleh sehingga = .Mengingat ∑ = ⊗ n i i i s x ∑ = ⊗ n i i i s y ∑ = ⊗ n i i i s x ∑ = ⊗ n i i i s y n n 1 n n 1 s y ... s y 1 y s x ... s x 1 x ⊗ + + ⊗ + ⊗ = ⊗ + + ⊗ + ⊗ i , y x i i ∀ = def n i i i s x = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ ∑ = β ∑ = ⊗ − ⊗ n i i i s 1 s s 1 x ... n n 1 n n s s x s x 1 s x s x ⊗ − ⊗ + + ⊗ − ⊗ + SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 890 i , y x i i ∀ = maka diperoleh : ... n n 1 n n 1 n 1 n n 1 n s s y s y s s y s y 1 s y s y ⊗ − ⊗ + ⊗ − ⊗ + + ⊗ − ⊗ + − − − = ∑ . Terbukti, β merupakan pemetaan. = ⊗ − ⊗ n i i i s 1 s s 1 y def = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ ∑ = n i i i s y β 2. Akan ditunjukkan bahwa Imβ ⊆ K. Ambil sebarang y∈ Imβ maka y x s X x = ∈ ∃ ] [ β Akan ditunjukkan y∈K. Dengan mengambil x = x maka x = x ⊗ 1 ∈ X[s] maka diperoleh y = βx = βx = βx ⊗ 1 x def = 1⊗s – s⊗11 = x ⊗ s – x s ⊗1⇔ y = x ⊗s – x s ⊗1∈K. Terbukti Imβ ⊆ K. Dari 1 dan 2 bahwa β adalah pemetaan atas A[s] dengan Imβ ⊆ K. 3. Akan ditunjukkan β injektif. Pandang β : , dengan ∑ = ⊗ n i i i s x a ∑ = ⊗ − ⊗ n i i i s 1 s s 1 x ∑ = ⊗ − ⊗ n i i i s 1 s s 1 x = Fx ⊗ 1+ ‐ x ∑ = − ⊗ − n 1 i i 1 i i s x Fx n ⊗ s n+1 . Untuk menunjukkan β injektif cukup ditunjukkan bahwa Kerβ = {0}. Mengingat 0∈K artinya 0 = 0 ⊗ s i , ∀i sehingga Kerβ = { } x s X x = ∈ | ] [ β = ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ ⊗ = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⊗ ⊗ ∑ ∑ ∑ + = = = 1 n i i n i i i n i i i s s x | s x β def = ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ ⊗ = ⊗ − ⊗ ⊗ ∑ ∑ ∑ + = = = 1 n i i n i i i n i i i s s 1 s s 1 x s x | def = ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ ⊗ + + ⊗ + ⊗ = ⊗ − ⊗ − + ⊗ ⊗ + + = − = ∑ ∑ 1 n 1 n n n 1 i i 1 i i n i i i s s 1 s x s x Fx 1 Fx s x ... | . Secara rekursif dapat diperoleh : x = 0; x 1 = 0 ; ... ; x n ‐1 = 0; x n = 0 . Akibatnya diperoleh : x i = 0, ∀i . Dari sini, kerβ = = {0}. ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ ∀ = ⊗ ∑ = i , x | s x i n i i i Terbukti, β injektif 4. Akan ditunjukkan β surjektif. Matematika 891 Karena Kerϕ = K, maka untuk setiap ∈ K diperoleh : = 0 ∈X ∑ = ⊗ n i i i s y ∑ = n i i i y F F sehingga persamaan y = Fx , y 1 = Fx 1 – x , ... , y n = –x n ‐1 dapat diselesaikan secara rekursif sehingga terbukti β surjektif. Dari 3 dan 4 terbukti β isomorfisma. Mengingat pendefinisian dalam β = sI – F, maka terbukti bahwa barisan 0 X[s] X[s] X → ⎯ ⎯ → ⎯ − F sI ⎯→ ⎯ ϕ F → 0 merupakan barisan eksak atas . □ ] s [ A Beberapa hal yang dapat diperoleh dalam hubungannya dengan Lemma 3.2.5. di atas, yaitu : ] s [ X F sI ] s [ X − ≅ X F 3.7 III.3. Hubungan G dan G F Pembentukan pemetaan yang menghubungkan ring komutatif A dengan ring polinomial A[s] sebagai bagian dari sistem linear atas ring komutatif diasumsikan bahwa m adalah bilangan bulat positif tertentu yang menyatakan banyak input. Hubungan G dan G F diberikan dalam diagram berikut : F X p A s Re F H H G p p s A s A ] [ F G m s A ] [ m A i Berdasarkan diagram di atas, apabila diberikan X modul atas A yang dibangun secara berhingga dan merupakan endomorfisma dari A‐ modul X, maka melalui inklusi diperoleh bahwa setiap pemetaan linear menentukan pemetaan didefinisikan sebagai : X X : F → m m s A A i ] [ : → X A : G m → F m F X s A G → ] [ : ∑ ∑ ≥ ≥ = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ i i i i i i F u G F s u G . Lebih lanjut, G F merupakan homomorfisma modul atas A[s] yang disajikan dalam lemma berikut : SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 892 Lemma 3.3.1. Jika G F : A[s] m Æ X F yang didefinisikan sebagai : G F ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ∑ ≥0 i i i s u = ∑ ≥0 i i i u G F , maka G F merupakan A[s]‐homorfisma. Bukti : Mengingat diagram hubungan G, G F dan i, maka G F jelas merupakan pemetaan yang dijamin karena . i G G F o = Cukup ditunjukkan bahwa G F merupakan A[s]‐homomorfisma, yaitu : , ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∈ ∀ ∑ ∑ ≥ ≥ m i i i i i i s A s v s u ] [ , ] [ s A s p ∈ ∀ berlaku : 1. = + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + ∑ ∑ ≥ ≥ i i i i i i F s v s u G ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∑ ≥0 i i i F s u G ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∑ ≥0 i i i F s v G 2. = ps. ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∑ ≥0 i i i F s u . s p G ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∑ ≥0 i i i F s u G Dari 1 dan 2 , terbukti G F adalah ‐homomorfisma modul.□ ] [s A Berikutnya disajikan lemma yang menyajikan hubungan korespondensi satu satu antara A‐homomorfisma G dan A[s]‐homomorfisma G F . Lemma 3.3.2. Jika diberikan pemetaan yang didefinisikan sebagai θG = G X , ] s [ A Hom X , A Hom : F m ] s [ A m A → θ F , maka θ merupakan pemetaan bijektif. Bukti : Didefinisikan θ : Hom A A m ,X → Hom A[s] A[s] m ,X F sebagai θG = G F Mengingat diagram hubungan G dan G F dan Lemma 3.3.1. diperoleh bahwa G dan G F masing‐masing merupakan pemetaan linear dan G F merupakan ‐ homomorfisma modul, selanjutnya akan ditunjukkan bahwa θ bijektif ] [s A 1. Akan ditunjukkan θ injektif Ambil sebarang G 1 ,G 2 ∈Hom A A m ,X. Akan ditunjukkan θ G 1 = θ G 2 ⇒ G 1 = G 2 Matematika 893 Untuk setiap u i ∈A m dapat dibentuk ∑ ≥0 i i i s u ∈A[s] m . Diketahui θ G 1 = θ G 2 dan menurut definisinya maka G 1F = G 2F sehingga untuk setiap ∑ ≥0 i i i s u ∈A[s] m dapat diperoleh : ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∑ ≥0 i i i 1 s u G F = ⇔ = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∑ ≥0 i i i 2 s u G F ∑ ≥0 i i 1 i u G F ∑ ≥0 i i 2 i u G F Mengingat bahwa F∈ EndX dan G adalah pemetaan linear maka diperoleh : u G G F i i 2 1 i = − ∑ ≥ s u s u G G i i i i i i F 2 1 def ∑ ∑ ≥ ≥ = − ⇔ G G 2 1 = − ⇔ 2 1 G G = ⇒ , untuk ∑ ∈A[s] ≥0 i i i s u m . Terbukti bahwa θ injektif 2. Akan ditunjukkan θ surjektif Dibentuk pemetaan θ : Hom A A m ,X Æ Hom A [s] A[s] m ,X F yang didefinisikan : θGu i = G F . Ambil sebarang G ∑ ≥0 i i i s u F ∈Hom A A[s] m ,X F , untuk setiap ∈A[s] ∑ ≥0 i i i s u m , maka G F ∑ ≥0 i i i s u def = ∑ ≥0 i i i u G F ∈X F . Mengingat ∈A[s] ∑ ≥0 i i i s u m maka u i ∈A m dan dengan mengambil suatu G∈Hom A A m ,X diperoleh Gu i ∈X untuk setiap u i ∈A m . Mengingat F : X → X, untuk Gu i ∈X dan i≥0 berlaku : ∑ ≥0 i i i u G F ∈X. Dari sini diperoleh θ Gu i = ∑ ≥0 i i i u G F def = G F ∑ ≥0 i i i s u . Jadi terbukti θ surjektif. Dari 1 dan 2 terbukti bahwa θ bijektif.□ III.4. Keterkendalian Sistem Linear Melalui Pendekatan Model Polinomial Berdasarkan pembicaraan di atas terlihat bahwa sistem linear quintuple menentukan suatu pendekatan untuk sistem linear quadruple melalui pembentukan modul berhingga atas ring polinomial yang didefinisikan sebagai berikut : , , , ; J H G F X , , ; J H G X F F F SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 894 Definisi 3.4.1. Diberikan ring polinomial dan m,p adalah bilangan bulat positif yang menyatakan banyaknya input dan output. Pendekatan model polinomial pada sistem linear atas ring komutatif yaitu dengan memandang modul statenya sebagai modul berhingga atas ring polinomial . Selanjutnya dinotasikan sebagai bentuk quadruple ] [s A ] [s A , , , J Q ψ φ di mana Q adalah modul berhingga atas , , dan ] [s A Q s A m → ] [ : φ p p s A s A Q ] [ : → ψ . Dengan mengingat bahwa keterkendalian model polinomial pada sistem atas ring komutatif dapat ditentukan dari kesurjektifan pemetaan di mana X F m F X s A G → ] [ : F merupakan modul berhingga atas . Berikut ini diberikan definisi coprime‐kiri menurut [7]. ] [s A Misalkan X, X 1 dan X 2 masing‐masing merupakan modul atas A yang dibangun secara berhingga. Tinjau A[s]‐homomorfisma sebagai dan H 1 2 1 H , G , G 2 dengan dan , maka berikut merupakan definisi coprime‐kiri. ], [ ] [ : s X s X G 1 1 → ], [ ] [ : s X s X G 2 2 → ], [ ] [ : s X s X H 1 1 → ] [ ] [ : s X s X H 2 2 → Definisi 3.4.2. G 1 dan G 2 dikatakan coprime kiri jika G 1 X 1 [s] + G 2 X 2 [s] = X[s] Teorema berikut menyatakan keterkendalian dari sistem linear quintuple yang bersesuaian dengan keterkendalian sistem linear quadruple dinyatakan dalam pernyataan yang saling ekuivalen sebagai berikut : , , , ; J H G F X , , ; J H G X F F F Teorema 3.4.3. Pernyataan ‐pernyataan berikut saling ekuivalen : a. n X G F FG G n ≥ ∀ = + + + , Im ... Im Im b. surjektif F m F X s A G → ] [ : c. dan adalah coprime‐kiri ] [ ] [ : s X s A G m → ] [ ] [ : s X s X F sI → − Bukti : Matematika 895 Untuk menunjukkan pernyataan‐pernyataan yang saling ekuivalen di atas, dengan menunjukkan bahwa a⇔b dan b⇔c sebagai berikut : 1. Akan ditunjukkan a ⇔ b ⇒ Diketahui : ImG + ImFG + ... + ImF n G = X , n ≥ ∀ Akan ditunjukkan : G F : A[s] m X → F surjektif. Mengingat pemetaan G F : A[s] m → X F didefinisikan sebagai : G F ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∑ = n i i i s u = . Ambil sebarang y∈X ∑ = n i i i u G F F dan mengingat bahwa y elemen di X F , maka y = , untuk setiap x ∑ ≥0 i i i x F i ∈X. Menurut diketahui bahwa ImG + ImFG + ... + ImF n G = X, maka untuk setiap x i ∈X dapat dinyatakan sebagai : x i ∈ ImG + ImFG + ... + ImF n G . Akibatnya, untuk suatu x i dapat dinyatakan sebagai x i = x i + 0 + 0 + ... + 0 sehingga x i ∈ImG. Mengingat pemetaan linear G : A m X, maka untuk suatu x → i ∈ImG, ∃a i ∈A m sedemikian sehingga G a i = x i . Mengingat a i ∈A m maka dapat dibentuk a= ∑ ∈A[s] = n i i i s a m dan mengingat pemetaan G F membawa dari A[s] m ke X F diperoleh: G F a = G F ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∑ = n i i i s a def = ∑ = n i i i a G F = = y. Terbukti, G ∑ = n i i i x F F surjektif. ⇐ Diketahui : G F : A[s] m → X F surjektif Akan ditunjukkan : ImG + ImFG + ImF 2 G + ... + ImF n G = X. Mengingat X F adalah himpunan X tetapi X dan X F merupakan modul atas ring yang berbeda, yaitu : X modul atas A dan X F modul atas . Mengingat pemetaan G ] [s A F : A[s] m → X F mendefinisikan G F ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ∑ = n i i i s u = , untuk setiap ∈A[s] ∑ = n i i i u G F ∑ = n i i i s u m dan diketahui bahwa G F surjektif, maka untuk setiap ∈A[s] ∑ = n i i i s u m diperoleh : Im G F = X F . Di lain pihak untuk setiap n≥0, F n selalu dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari I,F, ..., F n ‐1 , yaitu : F n = a I + a 1 F +... + a n ‐1 F n ‐1 . Karena SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 896 G F surjektif, maka untuk setiap ∈X ∑ = n i i i u G F F dan dengan mengingat pemetaan G : A m X dimana Gu → i ∈ImG⊆ X dengan u i ∈A m . Dari sini, maka untuk setiap u i ∈A m diperoleh : ImG F = = Gu ∑ = n i i i u G F i + FGu i + F 2 G u i + ... + F n G u i , dengan Gu i ∈ ImG⊆ X sehingga diperoleh : ImG F = ImG + ImFG + ... + ImF n G = X , untuk setiap u i ∈A m . Terbukti, ImG + ImFG + ... + ImF n G . 2. Akan ditunjukkan b ⇔ c ⇒ Diketahui : G F : A[s] m → X F surjektif Akan ditunjukkan : G : A[s] m → X[s] dan sI – F : X[s] X[s] coprime‐kiri → Menurut definisi coprime‐kiri, untuk menunjukkan G dan sI – F coprime‐kiri dengan menunjukkan bahwa : GA[s] m + sI – FX[s] = X[s] Menurut persamaan 3.7 dan G F surjektif, maka pemetaan surjektif. Akibatnya, ImG = X[s] dan ImsI – F = X[s]. Dari sini, terlihat bahwa Im G+ ImsI–F =X[s]. ] [ ] [ : s X s A G → Dengan kata lain, GA[s] m + sI – FX[s] = X[s]. Terbukti G dan sI – F adalah coprime kiri ⇐ Diketahui : dan sI – F : X[s] X[s] coprime‐kiri ] [ ] [ : s X s A G → → Akan ditunjukkan bahwa G F : A[s] m X → F surjektif. Mengingat diketahui G dan sI – F adalah coprime kiri, artinya : GA[s] m + sI – FX[s] = X[s]. Dibentuk pemetaan γ : A[s] m → X F . Menurut persamaan 3.7 bahwa maka pemetaan γ dapat dipandang sebagai pemetaan dari A [s] m → ] [ ] [ s X F sI s X − . Menurut diketahui bahwa pemetaan G : A[s] X[s] yang didefinisikan sebagai : u Gu. Dengan memandang pemetaan γ : A[s] → a m Æ ] [ ] [ s X F sI s X − yang didefinisikan sebagai u Gu mod sI – FX[s]. a Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa γ surjektif. Matematika 897 Ambil sebarang y∈ ] [ ] [ s X F sI s X − , katakan y = Gu mod sI – FX[s] Mengingat diketahui , maka untuk u∈A[s] ] [ ] [ : s X s A G m → m diperoleh : Gu∈X[s] Mengingat suatu pemetaan γ : X[s] → ] [ ] [ s X F sI s X − adalah pemetaan surjektif yang dijamin oleh barisan eksak, maka untuk Gu∈X[s] diperoleh : γ Gu = Gu mod sI – FX[s] = y. Terlihat γ surjektif dengan γ : X[s]→ ] [ ] [ s X F sI s X − dan diketahui F X s X F sI s X ≅ − ] [ ] [ , maka diperoleh pemetaan X[s] ke X F juga surjektif. Namakan G F sebagai pemetaan dari X[s] ke X F . Terbukti, G F surjektif. Dari 1 dan 2 terbukti bahwa pernyataan‐pernyataan dalam Teorema 3.4.3. saling ekuivalen.□

IV. Simpulan

Pembahasan yang telah disampaikan pada bagian‐bagian sebelumnya memberi kesimpulan awal mengenai keterkendalian sistem linear atas ring komutatif melalui pendekatan polinomial sebagai berikut : 1. Sistem linear atas ring komutatif membangkitkan sistem linear atas ring polinomialnya. 2. Pemetaan linear atas ring komutatif yang menentukan karakterisasi keterkendalian pada sistem linear quintuple membangkitkan pemetaan linear atas ring polinomialnya. 3. Hubungan korespondensi 1‐1 antara pemetaan linear atas ring komutatif dengan pemetaan linear atas ring polinomialnya menunjukkan bahwa SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 898 sistem linear atas ring komutatif bersesuaian dengan sistem linear atas ring polinomialnya. 4. Karakterisasi keterkendalian dari sistem linear atas ring komutatif dan sistem linear atas ring polinomialnya dapat disajikan sebagai pernyataan yang saling ekuivalen, artinya : keterkendalian sistem linear atas ring komutatif menentukan keterkendalian sistem linear atas ring polinomialnya.

V. Daftar Pustaka

[1] Adkins, A.W. and Weintraub, S.H., Algebra: An Approach via Module Theory, Springer ‐Verlag, Inc., New York, 1992. [2] Brewer, J.W., Bunce, J.W., and Van Vleck, F.S., Linear System Over Commutative Rings, Marcel Dekker, Inc., New York, 1986. [3] Chen, C.T., Linear System Theory and Design, CBS College Publishing, Japan, 1984. [4] Conte, G., and Perdon, A.M., Systems Over A Principal Ideal Domain. A Polynomial Model Approach, SIAM J. Control and Optimization, 20 1982, 112 – 124. [5] Fuhrmann, P.A., Algebraic Methods in System Theory ‐ The Influence of R.E. Kalman , A. C. Antoulas Ed., Springer‐Verlag, Berlin, 1991, 233‐265. [6] Kalman, R.E., Falb, P.L. and Arbib, M.A., Topics in Mathematical System Theory, McGraw‐Hill, 1969. [7] Lomadze, V., On Kalman Model Over A Commutative Ring, Proceedings of MTNS Symposium in Perpignan, 2000. [8] Nielsen, H.A., Elementary Commutative Algebra, Lecture Notes, University of Aarhus, Spring, 2005. Matematika 899 [9] Olsder, G.J., Mathematical Systems Theory, Delftse Uitgevers Matschappij b.v., The Netherlands, 1994. [10] Sontag, E.D., Linear System Over Commutative Rings : A survey, Ricerche di Automatica 7 1976, 1 – 34. [11] Rotman, J.J., An Introduction To Homological Algebra, Academic Press, New York, 1979. SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 900 Dipresentasikan dalam SEMNAS Matematika dan Pendidikan Matematika 2007 dengan tema “Trend Penelitian Matematika dan Pendidikan Matematika di Era Global” yang diselenggarakan oleh Jurdik Matematika FMIPA UNY Yogyakarta pada tanggal 24 Nopember 2007 Pengaruh Misspesifikasi Desain Survey Pada Pendugaan Area Kecil Dengan Pendekatan Generalized Regression Anang Kurnia 1 , Bagus Sartono, dan Rahayu Wulandari Departemen Statistika – Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti Wing 22 Level 4 Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 1 e‐mail : anangkipb.ac.id Abstrak Pendugaan area kecil merupakan konsep terpenting dalam pendugaan parameter di suatu area yang relatif kecil dalam percontohan survei. Berbagai inisiasi dan permasalahan yang dihadapi dalam mengaplikasi konsep pendugaan area kecil pada data BPS di Indonesia, seperti yang disajikan dalam seri paper Kurnia dan Notodiputro 2005 – 2007 menunjukkan ada permasalahn serius khsususnya pada beberapa hal : besarnya rasio keragaman antar area kecil dibandingan dengan keragaman di dalam setiap area kecil, kemungkinan misspesifikasi model, serta pengaruh desain survey yang sering kali kurang mendapat perhatian. Dalam paper ini, penulis fokus pada pendekatan generalized regression GREG dan pengembanganannya model based design estimator, MBDE sebagai upaya untuk mengeliminir pengaruh desain survey serta mendapatkan penduga yang robust. Di akhir paper disajikan aplikasi pada data ril Survey Sosial Ekonomi Nasional SUSENAS 2005 dengan peubah penyerta dari data Potensi Desa PODES 2005. Kata kunci : generalized regression, model based design estimator

1. Pendahuluan