Kemampuan Pemecahan Masalah Pembahasan

pertanyaan ‐pertanyaan. Pertanyaan‐pertanyaan ini menuntun siswa untuk memusatkan langkah penyelesaian soal dan untuk membimbing kesulitan yang mungkin dialami siswa selama proses berlangsung. Pembelajaran matematika dengan pendekatan metakognitif adalah pembelajaran matematika yang menitik beratkan pada aktivitas belajar siswa, membantu dan membimbing siswa jika ada kesulitan, membantu siswa mengembangkan kesadaran metakognisinya. Proses metakognisi, menurut Cardelle Elawar 1992, adalah strategi pengaturan diri siswa dalam memilih, mengingat, mengenali kembali, mengorganisasi informasi yang dihadapinya, dan menyelesaikan masalah.

2.3 Kemampuan Pemecahan Masalah

Memecahkan masalah itu merupakan aktivitas mental yang tinggi. Perlu diketahui bahwa suatu pertanyaan merupakan suatu masalah tergantung kepada individu dan waktu. Artinya, suatu pertanyaan merupakan suatu masalah bagi siswa, tetapi mungkin bukan suatu masalah bagi siswa lain. Pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa yang tidak bermakna akan bukan merupakan masalah bagi siswa tersebut. Dengan kata lain, pertanyaan yang dihadapkan pada siswa haruslah dapat diterima oleh siswa tersebut. Jadi pertanyaan itu harus sesuai dengan struktur kognitif siswa. Dalam pengajaran matematika, pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa biasanya disebut soal. Menurut Hudojo 2003, h. 149, soal‐soal matematika dibedakan menjadi dua bagian berikut: 1 latihan yang diberikan pada waktu belajar matematika adalah bersifat berlatih agar terampil atau sebagai aplikasi dari pengertian yang baru saja diajarkan. 2 masalah tidak seperti halnya latihan tadi, menghendaki siswa untuk menggunakan sintesis atau analisis. Untuk menyelesaikan suatu masalah, siswa tersebut harus menguasai hal‐hal yang telah dipelajari sebelumnya yaitu mengenai Pend. Matematika 157 pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman, tetapi dalam hal ini ia menggunakannya pada situasi baru. Dalam memecahkan suatu masalah matematika, diperlukan beberapa prasyarat. Menurut Hudoyo 2001, h. 171 pra‐syarat tersebut adalah pra‐syarat pengetahuan pengetahuan sebelumnya, ketrampilan, adanya kemampuan pemahaman. Dalam matematika, kemampuan pemahaman berupa penguatan terhadap suatu ide, prinsip, prosedural, atau fakta dan hukum. Sehingga, dapat dikatakan bahwa seseorang telah memiliki kemampuan pemahaman berarti dalam diri orang tersebut telah terbentuk suatu jaringan representasi mental. Rasionalnya, sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa derajat pemahaman ditentukan oleh jumlah dan kuatnya hubungan suatu ide, prinsip, prosedural atau fakta, hukum dan akan lebih bermakna jika dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan pemahaman matematika mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah. Untuk itu, perlu diupayakan dalam setiap proses pembelajaran matematika agar dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman dan kemampuan pemecahan masalah. Salah satu upaya tersebut adalah menerapkan pembelajaran matematika dengan pendekatan metakognitif.

2.4 Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Metakognitif dalam