Kemampuan Koneksi Matematik KKM Siswa

3 2,64 Eksperim en 37,4 8 7,2 6 5,47 13,3 t hitung 5,8 6 Postes KKM Kontrol 28,6 6 6,5 7 2,62 13,3 1,11 2,01 t tabel 2,64 Berbe da Berdasarkan hasil analisis data terhadap rata‐rata skor tes kemampuan pengetahuan penunjang pada kelas eksperimen dan kelompok kontrol, kedua kelompok memiliki kemampuan yang sama. Rata‐rata tingkat penguasaannya berada pada kualifikasi penguasaan sedang, artinya seluruh rata‐rata materi prasyarat telah cukup dikuasai oleh seluruh siswa sehingga kedua kelompok sampel penelitian sudah siap menerima dan beradaptasi dengan materi pelajaran yang akan diimplementasikan melalui pendekatan pembelajaran yang baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Rhem Ratnaningsih,2003:103 bahwa pengetahuan yang dimiliki siswa akan membantu mengadaptasi pengetahuan baru.

2. Kemampuan Koneksi Matematik KKM Siswa

Pada umumnya siswa kelompok eksperimen mengerjakan tes KKM melalui proses yang sistematis dengan menggunakan beberapa cara penyelesaian. Sedangkan siswa yang pembelajarannya secara tradisional pada umumnya hanya melalui satu cara. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan kontekstual pada umumnya lebih mengutamakan proses penyelesaian dengan cara mengkaitkan pengetahuan yang berbeda‐beda untuk menyelesaikan setiap permasalahan, dan tidak mengutamakan hasiljawaban akhir saja, sedangkan siswa‐siswa yang pembelajarannya secara tradisional lebih mengutamakan hasil akhir. Hasil analisis perbedaan KKM terhadap hipotesis statistik melalui uji‐t pada taraf signifikansi 0,05, ternyata KKM siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual lebih baik dari pada siswa yang menggunakan SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 188 pembelajaran tradisional. Hal ini sesuai dengan pendapat Suherman 2003:13 yang menyatakan bahwa “Secara logika dan rasa, pembelajaran dengan CTL sangat menjanjikan untuk peningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa, karena dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal”. Terungkap pula, tingkat penguasaan kemampuan koneksi matematik TPKKM kelas eksperimen dengan kualifikasi sangat tinggi 2 dan pada kelas kontrol tak ada seorangpun. TPKKM kualifikasi tinggi pada kelas eksperimen 32 dan kelas kontrol hanya 2, sedangkan TPKKM kualifikasi sedang kelas ekperimen 48 dan kelas kontrol 30., TPKKM untuk kualifikasi rendah di kelas eksperimen hanya 18, sedangkan TPKKM kelas kontrol untuk kualifikasi rendah 66 dan sangat rendah 2. Selain itu, rata‐rata TPKKM sebelum perlakuan pada kelas eksperimen 0,26 = 26 dan kelas kontrol 0,3 = 30 tetapi setelah perlakuan ternyata rata‐rata TPKKM kelas eksperimen 0,682 = 68,2 dan kelas kontrol hanya 0,521 = 52,1. Demikian pula pada tingkat ketuntasan belajar siswa, pada kelas eksperimen sekitar 82 sedangkan kelas kontrol hanya 32. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual dapat lebih meningkatkan prestasi siswanya, dari pada dengan pembelajaran secara tradisional. Hal tersebut sesuai pendapat Northwest Regional Education Laboratories Suherman, 2003 yang menyatakan bahwa pengajaran kontekstual menciptakan kebermaknaan pengalaman belajar dan meningkatkan prestasi akademik siswa. Kesimpulan tersebut diperkuat melalui analisis statistik uji perbedaan peningkatan gain normal KKM antara kelas ekperimen dengan kelas kontrol. Analisis tersebut mengungkapkan bahwa peningkatan KKM siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual lebih baik dibandingkan pembelajaran secara tradisional, baik berdasarkan aspek K1, K2, K3, maupun berdasarkan KKM secara menyeluruh. Hal itu, sesuai dengan tingkat Pend. Matematika 189 penguasaan berdasarkan aspek koneksi, yaitu pada kelas eksperimen tingkat penguasaan KKM I adalah 0,6451 ≈ 65, KKM II adalah 0,634 ≈ 63 dan untuk tingkat penguasaan KKM III adalah 0,792 ≈ 79, sedangkan pada kelas kontrol tingkat pengusaan aspek KKM I, II dan III, secara berturut turut adalah 40, 51 dan 72 Perhatikam gambar 1. Gambar 1 Histogram Rata‐rata Tingkat Penguasaan TP Kemampuan Jenis Koneksi Matematik Kelas Eksperimen dan Kontrol 65 63 79 40 51 72 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 TP KKM Kelas Kontrol KKM I KKM II KKM III Melalui analisis perbedaan rata‐rata peningkatan antara kelompok atas, sedang, dan bawah dari kelas penelitiannya masing‐masing, terungkap bahwa peningkatan kelompok atas lebih baik dari pada kelompok tengah dan kelompok bawahnya, dan peningkatan kelompok tengah lebih baik dibandingkan kelompok bawahnya. Berdasarkan analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara skor skala sikap dan minat siswa terhadap matematika x 1 , serta skor pengetahuan penunjang x 2 terhadap kemampuan koneksi matematik siswa y pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, ternyata pada kelas eksperimen koefisien korelasi r yx2 = 0.6305, r yx1 = 0.449, r x1x2 = 0.401 dan koefisien korelasi gandanya R y. x1x2 = 0.67. Pada kelas kontrol ternyata r yx2 = 0.58, r yx1 = 0.23 dan r x1x2 = 0.29, koefisien korelasi ganda R y. x1x2 = 0.584. Melalui uji F pada tahap keberartian 0,01 dengan derajad kebebasan pembilang 2 dan SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 190 derajad kebebasan penyebut = 41 diperoleh kesimpulan ada korelasi yang positif antara sikap dan minat, serta pengetahuan penunjang terhadap kemampuan koneksi matematik yang pembelajarannya melalui pendekatan kontekstual maupun secara tradisional. Tingkat korelasi di kelas eksperimen tinggi, sedangkan kelas kontrol sedang.

3. Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual