pemecahan masalah ini dilihat apakah sesuai dengan 4 langkah pemecahan
masalah menurut Polya, yaitu: memahami masalah, membuat rencana,
melaksanakan rencana, dan melihat kembali.
Teknik kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan tanggapan
mahasiswa terhadap kegiatan pembelajaran dan hasil belajar mahasiswa.
Untuk mendeskripsikan tanggapan mahasiswa terhadap kegiatan
pembelajaran digunakan hasil angket yang diberikan kepada mahasiswa
setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran. Hasil angket tersebut dianalisis
dengan cara sebagai berikut. Mahasiswa dikatakan mempunyai tanggapan
positif terhadap kegiatan pembelajaran, bila rata‐rata jumlah persentase
mahasiswa yang memilih kategori setuju dan sangat setuju lebih besar
daripada rata‐rata jumlah persentase mahasiswa yang memilih kategori ragu‐
ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk mendeskripsikan hasil belajar
mahasiswa dengan menerapkan metode problem posing dengan setting
pembelajaran kolaboratif dapat dilihat dari hasil Ujian Sisipan 1 pada siklus 1
dan Ujian Sisipan 2 pada akhir siklus 2. Hasil belajar mahasiswa dikatakan baik
apabila minimal 75 mahasiswa meningkat nilainya dari Ujian Sisipan 1 ke
Ujian Sisipan 2.
3. HASIL
DAN PEMBAHASAN
Dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu, tim peneliti
merencanakan pelaksanaan pembelajaran dengan mengimplementasikan
metode problem posing dalam setting pembelajaran kolaboratif ini dalam dua
siklus, dengan setiap siklusnya terdiri dari empat kali pertemuan. Pada setiap
akhir siklus, dilaksanakan ujian sisipan dan tim peneliti melakukan refleksi.
Pembelajaran dengan mengimplementasikan metode problem posing
dalam setting pembelajaran kolaboratif ini dilaksanakan sebagai berikut.
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
10
Kegiatan pendahuluan diisi oleh dosen dengan memberikan gambaran sekilas
tentang materi yang akan dibahas. Kegiatan inti dilaksanakan dengan kegiatan
sebagai berikut. Kelompok penyaji mempresentasikan ringkasan materi dan
beberapa soal yang telah mereka buat beserta penyelesaiannya. Kelompok
penyaji dipandang perlu untuk mempresentasikan materi secara singkat oleh
karena keterbatasan waktu sehingga tidak ada pertemuan khusus yang
digunakan untuk penyampaian materi oleh dosen. Dengan demikian, dalam
forum diskusi dan tanya jawab, pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa
kepada kelompok penyaji ada yang mengenai materi bukan tentang soal dan
penyelesaiannya saja. Hal ini mengakibatkan waktu untuk pembahasan soal‐
soal dan penyelesaian yang telah dibuat oleh kelompok penyaji menjadi
berkurang. Hal ini menjadi bahan refleksi pada siklus 1 dan sehingga pada
siklus 2 dipandang perlu untuk menyediakan waktu khusus untuk
pembahasan soal dan penyelesaiannya.
Keaktifan mahasiswa dalam proses pembelajaran secara umum sudah
baik. Mahasiswa sangat antusias untuk mengajukan pertanyaan atau memberi
tanggapan terhadap kelompok penyaji. Namun, tanggapan terhadap soal‐soal
yang dipresentasikan oleh kelompok penyaji masih kurang, karena beberapa
pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan tentang materi. Hal ini
sebenarnya juga bukan merupakan masalah, karena dapat dipandang bahwa
mahasiswa tersebut juga sedang membuat soal. Interaksi dalam pembelajaran,
baik antar mahasiswa dalam forum diskusi dan tanya jawab maupun antara
dosen dengan mahasiswa cukup baik. Dalam forum diskusi dan tanya jawab
tersebut, mahasiswa mempunyai kesempatan untuk mengemukakan ide atau
memberikan tanggapan terhadap ide mahasiswa lain, sehingga kadang‐kadang
pembahasan menjadi melebar dan dosen menengahi diskusi tersebut dan
merencanakan untuk membahasnya di akhir pertemuan. Hal ini dimaksudkan
agar ada lebih banyak soalpertanyaan yang dapat dibahas.
Pend. Matematika
11
Aktivitas diskusi kelompok, seperti keaktifan mahasiswa memberikan
dan menerima ide, berbagi tugas, dan kepedulian terhadap masalah yang
dihadapi kelompok terlihat cukup baik. Aktivitas diskusi kelas atau presentasi,
seperti kejelasan penyampaian, kebenaran konsep, keruntutan penyajian,
keterbukaan, kemampuan menjawab dan menganggapi pertanyaan,
kekompakan, dan pengelolaan waktu juga cukup baik. Namun ada beberapa
kelompok yang persiapannya dan pengelolaan waktunya masih kurang
memuaskan. Misalnya, sebelum perkuliahan dimulai mereka belum mengecek
media pembelajaran, seperti OHP yang akan mereka gunakan untuk presentasi.
Beberapa kelompok juga menggunakan lebih banyak waktunya untuk
mempresentasikan materi
daripada mempresentasikan
soal dan
penyelesaiannya. Walupun
interaksi antar mahasiswa baik, namun aktifitas dan kerjasama dalam
kelompok belum begitu nampak. Untuk itu, pada siklus 2 pada setiap pertemuan
ditunjuk suatu kelompok yang khusus membahas soal yang diajukan
kelokpok penyaji dan setiap kelompok diberi tugas juga untuk membuat
beberapa soal. Tugas pembuatan soal ini dilaksanakan di luar jam perkuliahan
tatap muka. Beberapa
soal yang diajukan oleh mahasiswa ada yang hanya mengambil
dari handout. Pada siklus 2, dosen mengingatkan kepada mahasiswa
kelebihan mengajukan soal yang dibuat sendiridiskusi kelompok daripada
hanya mengambil soal yang sudah ada. Pada siklus 2 ini, nampak bahwa
soal yang diajukan lebih bervariatif, bukan hanya mengambil dari handout
saja. Untuk
lebih meningkatkan pemahaman mahasiswa, setelah beberapa kali
pertemuan pada siklus 2, soal‐soal yang diajukan mahasiswa secara berkelompok
tersebut perlu dibahas oleh dosen di kelas.
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
12
Setelah siklus 2 berakhir, mahasiswa diminta untuk memberikan
tanggapan terhadap pembelajaran dengan mengimplementasikan metode
problem posing dalam setting pembelajaran kolaboratif ini, dengan mengisi
angket tanggapan yang diberikan. Untuk setiap butir pernyataan, mahasiswa
diminta untuk memberikan tanggapannya dengan memilih salah satu jawaban
yang sesuai, yaitu SSsangat setuju, Ssetuju, Rragu‐ragu, TStidak setuju,
dan STSsangat tidak setuju. Mahasiswa yang memilih SS dan S selanjutnya
dikategorikan menjadi satu dalam kelompok ”tanggapan positif”, sedangkan
yang memilih R, TS, dan STS dikategorikan kelompok ”tanggapan negatif”.
Kemudian, banyaknya mahasiswa dalam masing‐masing kategori tersebut
dihitung presentasenya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Persentase hasil angket tanggapan mahasiswa
NO PERNYATAAN
POSITIF NEGATIF
1 Saya
yakin dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
baik 80,92
19,08 2
Saya yakin dapat memperoleh nilai yang baik dalam
perkuliahan 75,63
24,37 3
Saya antusias mengikuti kegiatan pembelajaran
78,37 21,63
4 Saya
aktif mengikuti kegiatan pembelajaran 67,81
32,19 5
Saya dapat memfokuskan perhatian dalam kegiatan
pembelajaran 60,18
39,82 6
Tugas membuat soal membantu saya memahami
materi pembelajaran
84,68 15,32
7 Tugas
membuat soal mendorong saya lebih banyak mempelajari
materi pembelajaran 89,44
10,56 8
Tugas membuat soal mendorong saya untuk
mempelajari mengulang
kembali materi
perkuliahan 86,13
13,87 9
Tugas membuat soal membantu saya memecahkan
masalah matematika
80,33 19,67
10 Mengerjakan soal yang dibuat sendiri lebih
menyenangkan. 53,61
46,39 11
Dengan mendiskusikan dan mempresentasikan soal yang
telah saya buat beserta penyelesaiannya 94,16
5,84
Pend. Matematika
13
membantu saya memahami materi pembelajaran
12 Tugas pembuatan soal dan menyelesaikannya dapat
meningkatkan kepercayaan diri saya dalam
mempelajari materi pembelajaran
86,44 13,56
13 Saya berusaha mencari dan mempelajari referensi
perkuliahan agar dapat membuat soal dengan baik
73,33 26,67
14 Apabila saya tidak dapat mengerjakan soal yang
saya buat maka saya mempelajari materi terkait
untuk menyelesaikannya
88,68 11,32
15 Saya berminat mengikuti pembelajaran dengan
pemberian tugas pembuatan soal
68,50 31,50
Dari Tabel 1 terlihat bahwa untuk setiap butir pernyataan
persentase kategori ”tanggapan positif” lebih besar daripada persentase
kategori ”tanggapan negatif”. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa
memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran dengan
mengimplementasikan metode problem posing dalam setting pembelajaran
kolaboratif ini. Terhadap pembelajaran dengan tugas pengajuan soal ini,
sebagian besar mahasiswa merasa yakin dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik 80,92 dan memperoleh nilai yang baik 75,63.
Sebagian besar mahasiswa antusias 78,37 dan aktif 67,81mengikuti kegiatan
pembelajaran. Sebagian besar mahasiswa juga setuju bahwa tugas membuat
soal ini membantu 84,68 dan mendorong 89,44 mereka dalam
memahami dan mempelajari materi pembelajaran. Tugas pembuatan soal ini
juga mendorong mahasiswa untuk mengulang mempelajari kembali materi
86,13 dan membantu mereka memecahkan masalah matematika 80,33.
Dengan mendiskusikan dan mempresentasikan soal yang telah mereka buat
beserta penyelesaiannya, sebagian besar 94,16 mahasiswa setuju bahwa hal
ini dapat membantu mereka memahami materi pembelajaran. Tugas
pembuatan soal dan menyelesaikannya dapat meningkatkan kepercayaan diri
mahasiswa dalam mempelajari materi pembelajaran 86,44 serta mendorong
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
14
mahasiswa berusaha mencari dan mempelajari referensi perkuliahan agar
dapat membuat soal dengan baik 73,33. Sebagian besar 68,50 mahasiswa
berminat mengikuti pembelajaran dengan pemberian tugas pembuatan soal ini.
Walaupun sebagian besar mahasiswa dapat memfokuskan diri dalam
pembelajaran 60,18 dan berpendapat bahwa mengerjakan soal yang dibuat
sendiri lebih menyenangkan 53,61, namun perbandingan antara mahasiswa
yang masuk setuju dan yang tidak terhadap dua hal ini hampir berimbang. Hal
ini mungkin karena masih ada beberapa mahasiswa yang bertipe ”pasif” dalam
pembelajaran, dan lebih senang hanya mendengarkan penjelasan dari dosen.
Secara umum, sebagian besar mahasiswa memberikan tanggapan yang
positif terhadap pembelajaran dengan mengimplementasikan metode problem
posing dalam seting pembelajaran kolaboratif ini, dengan rata‐rata 77,88.
Siklus 1 dan Siklus 2 diakhiri dengan melaksanakan Ujian Sisipan 1 dan
Uijian Sisipan 2 bagi mahasiswa yang hasilnya ditunjukkan pada Tabel 2
berikut. Selanjutnya hasil kedua ujian ini dianalisa untuk mendeskripsikan
kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar mahasiswa setelah
mengikuti pembelajaran dengan mengimplementasikan metode pengajuan soal
dalam setting pembelajaran kolaborasi ini.
Tabel . Nilai Ujian Sisipan 1 dan Ujian Sisipan 2
MHS KE
‐ USIP
1 USIP
2 USIP2
USIP1 1
43,33 52,50
V 2
58,33 57,50
X 3
88,33 92,50
V 4
75,00 95,00
V 5
69,17 85,00
V 6
43,33 82,50
V 7
77,50 95,00
V 8
55,00 60,00
V 9
59,17 70,00
V 10
56,67 87,50
V
Pend. Matematika
15
11 76,67
82,50 V
12 53,33
70,00 V
13 61,67
82,50 V
14 71,67
‐ ‐
15 43,33
72,50 V
16 72,50
70,00 X
17 59,17
77,50 V
18 55,00
77,50 V
19 83,33
92,50 V
20 61,67
72,50 V
21 65,00
70,00 V
22 70,83
87,50 V
23 74,17
97,50 V
24 80,83
92,50 V
25 63,33
75,00 V
26 64,17
82,50 V
27 78,33
90,00 V
28 51,67
82,50 V
29 66,67
92,50 V
30 75,00
62,50 X
31 86,67
90,00 V
32 75,00
92,50 V
33 76,67
62,50 X
34 60,00
60,00 X
35 80,00
92,50 V
36 51,67
77,50 V
37 90,83
92,50 V
38 75,83
82,50 V
39 73,33
85,00 V
40 63,33
95,00 V
41 78,33
90,00 V
42 79,17
92,50 V
43 72,50
97,50 V
44 65,00
87,50 V
45 78,33
95,00 V
46 88,33
85,00 X
47 77,50
95,00 V
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
16
Dari pengamatan penyelesaian soal ujian yang memerlukan pemecahan
masalah, terlihat bahwa beberapa mahasiswa telah melakukan beberapa aspek
pemecahan masalah menurut Polya. Mahasiswa juga semakin banyak yang
melakukan beberapa aspek pemecahan masalah tersebut pada Ujian Sisipan 2
dibanding pada Ujian Sisipan 1. Jadi, kemampuan pemecahan masalah
mahasiswa dapat dikatakan meningkat. Namun, tidak semua aspek dalam
pemecahan masalah menurut Polya ini dapat teramati hanya dengan melihat
hasil jawaban mahasiswa dalam ujian sisipan.
Dari Tabel 2, diperoleh bahwa rata‐rata nilai Ujian Sisipan 1 adalah 68,65
dan rata‐rata nilai Ujian Sisipan 2 adalah 83,86. Secara umum nilai yang
diperoleh mahasiswa pada Ujian Sisipan 2 meningkat dari nilai pada Ujian
Sisipan 1, yaitu sebanyak 89,13 mahsiswa meningkat nilainya. Jadi hasil
belajar mahasiswa
setelah mengikuti
pembelajaran dengan
mengimplementasikan metode pengajuan soal dalam setting pembelajaran
kolaborasi ini dapat dikatakan baik.
Dari Tabel 2 tersebut terlihat bahwa nilai Ujian Sisipan 1 belum baik. Hal
ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu, sehingga dalam satu pertemuan
digunakan untuk penyampaian materi maupun pembahasan soal yang
disampaikan melalui presentasi suatu kelompok. Soal‐soal yang dibahas
terkadang belum variatif karena terkadang mahasiswa berdiskusi atau
memberi tanggapan untuk suatu soal cukup lama sehingga waktu pembahasan
untuk soal‐soal yang lain menjadi berkurang.
Dari hasil Ujian Sisipan 1, terlihat bahwa dalam meyelesaikan soal bukan
konsep beberapa mahasiswa telah melaksanakan beberapa langkah pemecahan
masalah menurut Polya. Pada langkah 1, mahasiswa telah melaksanakan aspek
menentukan mengidentifikasi apa yang dicari tidak diketahui, apa yang
diketahui data, dan membuat gambar. Aspek pada langkah 2 yang telah
dilaksanakan beberapa mahasiswa adalah mengaitkan dengan teorema yang
Pend. Matematika
17
berguna dan memperhatikan yang tidak diketahui dari soal. Sedikit mahasiswa
juga telah mengecek kebenaran langkah penyelesaian. Hal ini terlihat dari
mereka telah menuliskan alasan pada langkah penyelesaian.
Dari hasil Ujian Sisipan 2, terlihat bahwa semakin banyak mahasiswa
yang telah melaksanakan langkah pemecahan masalah menurut Polya.
Beberapa aspek lagi dalam langkah pemecahan masalah juga telah mereka
lakukan. Misalnya memperhatikan syarat yang diperlukan dan ada yang
mencari hasilnya dengan cara lain.
Secara umum, kendala atau hambatan yang dialami dalam
melaksanakan pembelajaran ini adanya keterbatasan waktu sehingga suatu
materi hanya disampaikan dalam satu pertemuan saja. Setting kelas, misalkan
keterbatasan luas ruangan, juga belum memadai agar pembelajaran dapat
berjalan baik. Selain itu, media pembelajaran OHP juga belum memadai.
Karena tidak setiap saat tersedia OHP di kelas atau OHP tersebut tidak dapat
digunakan, sehingga kelancaran presentasi terganggu dan menyebabkan
penggunaan waktu yang belum optimal.
4. SIMPULAN