Kemampuan Berpikir Kreatif Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta

kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan open ‐ended lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan pendekatan konvensional.

3.2 Pembahasan

1. Kemampuan Berpikir Kreatif

Tes akhir kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelompok eksperimen menghasilkan rata‐rata skor 14,04 dan kelompok kontrol 11,22 dari skor maksimum 44. Berdasarkan simpangan baku, yaitu 3,67 untuk kelompok eksperimen dan 4,04 pada kelompok kontrol dapat diketahui bahwa skor siswa pada kelompok eksperimen lebih mengumpul pada rata‐rata bila dibandingkan dengan skor siswa pada kelompok kontrol. Berdasarkan perolehan skor siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan ini, diketahui terdapat peningkatan skor kemampuan berpikir kreatif sebesar 30 persen. Hasil pengujian hipotesis terhadap peningkatan ini menunjukkan bahwa peningkatan termasuk signifikan. Bila dilihat dari perolehan skor siswa, memang kelompok eksperimen memperoleh skor yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Perbedaannya sebesar 20 persen dan hasil pengujian hipotesis pun menunjukkan bahwa perbedaan ini signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan pendekatan open‐ended memberikan perolehan hasil yang lebih baik dalam kemampuan berpikir kreatif daripada siswa yang belajar secara konvensional. Akan tetapi bila skor dibandingkan dengan skor maksimum, skor yang diperoleh siswa kelompok eksperimen baru sekitar 32 persen dari skor maksimum. Oleh karena itu masih perlu dilakukan upaya perbaikan dalam pengajaran, terutama dalam hal peningkatan kemampuan berpikir kreatif. Pend. Matematika 379 Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikatakan bahwa secara umum siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan open‐ended menunjukkan hasil yang lebih baik dalam kemampuan berpikir kreatif bila dibandingkan dengan siswa yang belajar secara konvensional. Hal ini dimungkinkan karena pembelajaran telah berubah dari paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru kepada pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Temuan ini sesuai dengan pendapat Hashimoto dalam Silver, 1997 yang mengatakan bahwa pembelajaran open‐ ended memberikan keleluasaan bagi siswa untuk mengemukakan jawaban. Dengan cara demikian, siswa memiliki kesempatan untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik. Selain itu dengan penggunaan berbagai macam persoalan terbuka, pendekatan ini dapat meningkatkan kapasitas matematika siswa yang lebih fleksibel yang berkenaan dengan kemampuan kreatif siswa. Hasil pembahasan di atas, telah diuji melalui pengujian hipotesis statistik dengan menggunakan Analisis Variansi ANOVA dan uji‐t. Penggunaan ANOVA dalam hal ini disesuaikan dengan desain eksperimen yang digunakan. Dari uji Hipotesis 1 menggunakan ANOVA ditemukan bahwa hipotesis ini benar dengan taraf signifikansi 0,01. Sehingga disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan open ‐ended lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kreatif siswa yang belajar secara konvensional. Dari temuan ini terbukti bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa dapat berkembang lebih baik dengan pendekatan open‐ended bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Dari uji Hipotesis 2 menggunanakan uji‐t ditemukan bahwa hipotesis ini benar dengan taraf signifikansi 0,01. Sehingga disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 380 open ‐ended lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya secara konvensional. Temuan ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa dapat berkembang lebih baik dengan pendekatan open‐ended.

2. Deskripsi Jawaban Siswa