Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Metakognitif dalam

pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman, tetapi dalam hal ini ia menggunakannya pada situasi baru. Dalam memecahkan suatu masalah matematika, diperlukan beberapa prasyarat. Menurut Hudoyo 2001, h. 171 pra‐syarat tersebut adalah pra‐syarat pengetahuan pengetahuan sebelumnya, ketrampilan, adanya kemampuan pemahaman. Dalam matematika, kemampuan pemahaman berupa penguatan terhadap suatu ide, prinsip, prosedural, atau fakta dan hukum. Sehingga, dapat dikatakan bahwa seseorang telah memiliki kemampuan pemahaman berarti dalam diri orang tersebut telah terbentuk suatu jaringan representasi mental. Rasionalnya, sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa derajat pemahaman ditentukan oleh jumlah dan kuatnya hubungan suatu ide, prinsip, prosedural atau fakta, hukum dan akan lebih bermakna jika dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kemampuan pemahaman matematika mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah. Untuk itu, perlu diupayakan dalam setiap proses pembelajaran matematika agar dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman dan kemampuan pemecahan masalah. Salah satu upaya tersebut adalah menerapkan pembelajaran matematika dengan pendekatan metakognitif.

2.4 Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Metakognitif dalam

Pemecahan Masalah Adapun aspek aktivitas metakognitif yaitu: 1 kesadaran mengenal informasi, 2 memonitor apa yang mereka ketahui dan bagaimana mengerjakannya dengan mempertanyakan diri sendiri dan menguraikan dengan kata – kata sendiri untuk simulasi mengerti, 3 regulasi, SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 158 membandingkan dan membedakan solusi yang lebih memungkinkan Flavell, dalam Suzana, 2003. Selanjutnya pembelajaran dengan pendekatan metakognitif menggunakan serangkaian pertanyaan metakognitif yang meliputi pertanyaan pemahaman yaitu didisain untuk mendorong siswa menterjemahkan konsep dengan kata – kata sendiri setelah membaca soal dan memahami makna konsep yang terkandung di dalamnya, pertanyaan strategi yaitu didisain untuk mendorong siswa mempertimbangkan strategi yang sesuai digunakan untuk memecahkan masalah yang diberikan dan memberikan alasannya, dan pertanyaan refleksi yaitu didisain untuk mendorong siswa untuk memfokuskan pada proses penyelesaian. Upaya yang dapat dilakukan dalam pembelajaran metakognitif, salah satunya dilakukan oleh Elawar dalam Suzana, th 2003, h 32‐33, pembelajaran metakognitif yang diupayakan melalui tiga tahap: 1. Tahap pertama diskusi awal Introductory discussion Guru memberikan contoh pada siswa bagaimana menyelesaikan soal di papan tulis dan diulang oleh siswa pertanyaan apa yang harus ditanyakan pada diri mereka sendiri dalam menyelesaikan soal. Contohnya: 1. Apakah saya memahami semua kata dalam soal? 2. Apakah saya mempunyai semua informasi untuk menyelesaikannya? 3. Apakah saya mengetahui bagaimana saya harus mengatur informasi ini? 4. Apakah saya tahu bagaimana penghitung penyelesaiannya? 2. Tahap kedua verja sendiriindividu independent work Siswa bekerja sendiri, guru berkeliling kelas, memberi pengaruh timbal balik feedback secara individual. 3. Tahap ketiga penyimpulan Pend. Matematika 159 Penyimpulan yang dilakukan oleh siswa merupakan rekapitulasi dari apa yang telah dilakukan di kelas. Contoh pertanyaan yang ditanyakan oleh guru: a. Apa yang kamu pelajari hari ini? b. Apa yang kamu pelajari tentang diri kamu sendiri dalam menyelesaikan soal matematika? Dalam rangka pemilihan masalah dalam hal ini soal terdapat tiga kriteria. Menurut Kroll dalam Yimer dan Ellerton kriterianya adalah: a pemilihan masalah yang digunakan dalam jangkauan kemampuan siswa, dan tidak memerlukan konsep matematika dan prinsip yang biasa dikerjakan siswa. b permasalahan harus menantang dan c permasalahan harus nonrutin. Salah satu permasalahannya, permasalahan tentang uang, yaitu: Lima dolar dibagikan kedelepan belas anak‐anak, sehingga masing‐ masing anak prempuan mendapat dua sen kurang dari anak laki‐laki. Berapa sen yang diperoleh oleh anak laki‐laki dan anak prempuan? Masalah soal tersebut akan merupakan masalah bagi seorang siswa sekolah menengah, bila siswa belum pernah menyelesaikan soal semacam itu. Masalah semacam itu memerlukan penganalisaan dan setelah pola diketahui dapatlah ditemukan penyelesaiannya. Adapun penyelesaian untuk masalah di atas adalah sebagai berikut: Misalkan b = jumlah anak‐anak lelaki, g = jumlah anak‐anak perempuan. g = 18 ‐ b Misalkan c = jumlah sen yang diterima anak laki‐laki, dan c – 2 = jumlah sen yang diterima anak perempuan. SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 160 Yang 5 kemudian dibagi sebanyak b anak‐anak lelaki, masing‐masing menerima c sen, dan 18 ‐ b anak‐anak perempuan, masing‐masing menerima c ‐ 2 sen. Maka: bc + 18 ‐ bc ‐ 2 = 500 bc + 18c – 36 – bc + 2b = 500 18c + 2b = 536 9c + b = 268 1 Sebab tidak diketahui bagaimana cara menyelesaikan suatu persamaan dengan dua yang tak diketahui diasumsikan Persamaan Diophantine adalah di luar kebiasaan, menyusun kembali 1 untuk mendapatkan: c = 9 268 b − 2 Sekarang diketahui bahwa b nilainya terletak antara 1 dan 17, mensubstitusikan nilai ini ke persamaan 2 dan mencatat nilai‐nilai yang diperoleh c. Diperoleh dua jawab: b = 7 dan c = 29 7 anak laki‐laki masing‐masing 29 cents dan 11 anak ‐anak perempuan masing‐masing 27 cents b= 16 dan c = 28 16 anak‐anak lelaki masing‐masing 28 sen dan 2 anak‐ anak perempuan masing‐masing 26 sen. Mengajarkan pemecahan masalah kepada siswa merupakan kegiatan dari seorang guru dimana guru itu membangkitkan siswa‐siswanya agar menerima dan merespon pertanyaan‐pertanyaan yang diajukan oleh guru dan Pend. Matematika 161 kemudian ia membimbing siswa‐siswanya untuk sampai kepada penyelesaian masalah. Bagi siswa, pemecahan masalah haruslah dipelajari. Di dalam menyelesaikan masalah, siswa diharapkan memahami proses menyelesaikan masalah tersebut dan menjadi trampil di dalam memilih dan mengidentifikasi kondisi dan konsep yang relevan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelesaian dan mengorganisasikan ketrampilan yang telah dimiliki sebelumnya. Nampaklah bahwa pemecahan masalah mempunyai fungsi yang penting dalam kegiatan belajar mengajar matematika. Guru menyajikan masalah ‐masalah, sebab melalui penyelesaian masalah siswa‐siswa dapat berlatih dan mengintegrasikan konsep‐konsep, teorema‐teorema dan ketrampilan yang telah dipelajari. Hal ini penting bagi para siswa untuk berlatih memproses data atau informasi.

3. Pentutup