1. P E N D A H U L U A N
Dalam rangka pengembangan sumber daya manusia maka peran
matematika menjadi sangat penting. Matematika merupakan dasar dari semua
ilmu pengetahuan yang ada. Matematika mengajarkan cara berpikir logis,
runtut, dan tertib. Kelogisan dan keruntutan tersebut akan membentuk
kepribadian seseorang dengan sendirinya. Orang yang terbiasa berpikir runtut
dan logis pasti akan berpikir positif dalam memutuskan sesuatu. Selain itu
berpikir yang logis dan runtut akan membantu orang dalam memutuskan
sesuatu hal dan juga dapat meningkatkan optimisme pribadi.
Semua ilmu pengetahuan yang ada pasti memanfaatkan matematika
untuk implementasi ilmu pengetahuan tersebut. Fisika, kedokteran, dan
bahkan ekonomi memerlukan matematika dalam rangka memenuhi ketuntasan
ilmu tersebut. Keakuratan perhitungan matematis menjadi salah satu jalan
dalam rangka pengambilan keputusan dalam bidang ilmu yang lain.
Dalam matematika ada banyak cabang ilmu yang lebih spesifik.
Geometri adalah salah satu cabang matematika yang berhubungan dengan
tempat kedudukan suatu titik. Geometri sendiri terbagi menjadi beberapa
bagian, yaitu geometri datar, geometri ruang dan geometri analit serta geometri
transformasi. Masing‐masing bagian memiliki karakteristik tersendiri dalam
ilmunya. Dan geometri ruang memiliki kekuatan dalam pengungkapan definisi
yang teratur dan runtut. Kesalahan dalam pemaknaan definisi, dalam geometri
ruang berakibat fatal. Kesalahan tersebut telah terjadi pada saat ini di seluruh
bagian Indonesia. Contoh yang paling sederhana, ketika seorang siswa ditanya
tentang definisi kubus, maka spontan siswa tersebut akan mengatakan bahwa
kubus adalah bangun ruang yang memiliki 6 sisi yang masing‐masing sisnya
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
22
sama panjang. Kata‐kata bangun ruang dalam definisi tersebut sudah sebuah
kesalahan yang fatal karena bangun ruang sendiri adalah sebuah definisi.
Oleh karena itulah dipilihlah mata kuliah geometri ruang sebagai pilot
project penelitian ini. Pemilihan mata kuliah geometri ruang sebagai pilot project
pembelajaran matematika dengan memanfaatkan komputer sebagai alat bantu,
bukan tanpa alasan. Pertama, geometri adalah ilmu yang abstrak Prabowo,
2004; kedua, beberapa penelitian menunjukkan hasil yang positif dalam
pemanfaatan media sebagai jembatan keledai dalam memahami materi
geometri Prabowo, 2005.
Pembelajaran geometri yang terjadi selama ini bersifat tradisional,
artinya tidak banyak memanfaatkan komputer atau teknologi maju lainnya.
Alat bantu yang digunakan masih sebatas peraga matematika atau alat bantu
lukis lainnya. Untuk mengajarkan bagaimana cara melukis, alat bantu tersebut
cukup efektif. Hal ini dapat diketahui dengan hasil kerja mahasiswa pada mata
kuliah geometri sebelumnya. Namun, SWiSHmax dengan pendekatan
mathematics problem solving menitikberatkan kepada penguasaan definisi dan
teorema, sehingga hasil yang diinginkan adalah mahasiswa dapat merumuskan
sendiri definisi dengan tepat dengan bantuan slide‐slide Shock Wafe Flash
tentang definisi dan atau konsep‐konsep dalam geometri.
Mahasiswa jurusan matematika UNNES mengalami kesulitan dalam
mendefinisikan konsep‐konsep dasar dalam geometri ruang. Asumsi ini
disebutkan berdasarkan pada hasil wawancara dengan dosen pengampu mata
kuliah tersebut serta pengamatan secara sederhana terhadap mahasiswa
peserta kuliah. Selain itu, nilai mahasiswa pada mata kuliah tersebut cukup
rendah. Rerata nilai mahasiswa pada mata kuliah tersebut pada tahun 2004
adalah 5,12. Kesulitan tersebut terutama disebabkan oleh keabstrakan geometri
yang cukup tinggi. Rata‐rata kemampuan dasar mahasiswa jurusan
Pend. Matematika
23
matematika UNNES tidaklah setinggi perguruan tinggi setingkat ITB atau
UGM, sehingga mahasiswa tetap perlu pendampingan dalam penyusunan
definisi secara mandiri. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Prabowo 2004
bahwa geometri adalah salah satu pokok bahasan dalam matematika yang
bersifat abstrak.
Dalam penelitian sebelumnya, Isti Hidayah dan Sugiman Hidayah dan
Sugiman, 1998 serta Sugiarto dan Isti Hidayah Sugiarto dan Hidayah, 1999
mengemukakan bahwa pendayagunaan alat peraga media sebagai alat bantu
ajar dalam pembelajaran matematika membuat pembelajaran menjadi lebih
bermakna dan membuat siswa menjadi lebih aktif. Lebih bermakna dalam arti
siswa lebih terfokus pada dosen pada saat menerangkan dan dari ketertarikan
mereka saat diterangkan maka muncullah ide‐ide untuk bertanya, sehingga
keaktifan siswa bertambah. Dari ide tentang alat peraga inilah diwujudkan
sebuah media pembelajaran SWiSHmax.
Logikanya, setelah belajar dengan memanfaatkan SWiSHmax,
mahasiswa dapat merumuskan sendiri definisi atau konsep‐konsep dasar
dalam geometri ruang. Akhirnya dari hal yang tersederhana tersebut
harapannya mahasiswa secara perlahan dapat mengkonstruksi sebuah definisi
tanpa bantuan SWiSHmax, lebih cepat dan lebih dapat memahami definisi dan
konsep ‐konsep dalam geometri dengan baik.
Dari uraian di atas muncullah permasalahan. Apakah pembelajaran
memanfaatkan media SWiSHmax dengan pendekatan mathematics problem
solving lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori?
Dari beberapa alasan di atas, bahwa jika terdapat dua kelas berbeda,
yaitu kelas yang dalam pembelajarannya memanfaatkan SWiSHmax dengan
pendekatan mathematics problem solving dan kelas dengan pembelajaran
ekspositori, maka diharapkan hasil belajar mahasiswa yang pembelajaran
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
24
memanfaatkan SWiSHmax dengan pendekatan mathematics problem solving lebih
baik daripada mahasiswa yang pembelajarannya menggunakan metode
ekspositori.
2. T I N J A U A N P U S T A K A