Sementara langkah 6 dilakukan sebagai langkah antisipasi terhadap efek
pindahan saja.
7 Melaksanakan pembelajaran lanjutan materi SPLDV dengan pendekatan
konvensional pada kelompok I dan dengan pendekatan open ended pada
kelompok II, selama 2 kali pertemuan 4 jam pelajaran.
8 Memberikan tes pada akhir pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar
siswa untuk materi lanjutan SPLDV 2 jam pelajaran.
Desain eksperimen yang dilakukan adalah Delayed Counter balanced Design,
yang merupakan modifikasi dari Counter balanced Design Furchan, 1993:
373.. Ilustrasi
dari disain eksperimen ini disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.1: Disain Eksperimen
Kelompok Materi
Kelompok 1
Kelompok 2
Materi A
Pembelajaran dengan
Pendekatan open‐
ended Pembelajaran
Konvensional
Lanjutan Materi A
Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran Konvensional
Materi B
Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran Konvensional
Lanjutan Materi B
Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran dengan
Pendekatan open‐
ended
Ket: Materi A = Persamaan Garis Lurus, Materi B = SPLDV
9 Mengumpulkan data dan mengolahnya.
10 Menganalisis data.
2.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 4 Bandar
Lampung yang mempunyai karakteristik sebagai berikut. Selanjutnya yang
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
374
menjadi sampel adalah siswa kelas VIII. Sampel diambil dengan teknik
Purposive Random Sampling, sebanyak dua kelas dari delapan kelas yang ada di
SMPN 4 Bandar Lampung. Pengambilan kelas VIII dengan pertimbangan
bahwa mereka sudah dapat beradaptasi dengan perubahan model
pembelajaran dan tidak menggangu kegiatan pembelajaran untuk persiapan
ujian nasional jika dipilih siswa kelas IX.
2.3 Instrumen Penelitian
Untuk
memperoleh data dalam penelitian ini digunakan instrumen tes
untuk mengetahui kemampuan awal siswa pretes, dan kemampuan berpikir
kreatif tes kemampuan berpikir kreatif. Pretes yang diberikan maupun tes
kemampuan kreatif siswa merupakan soal‐soal mengenai materi Persamaan
Garis Lurus dan materi SPLDV.
Soal untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif disusun dalam
bentuk tes uraian. Soal yang diberikan berbentuk soal open‐ended dan skor
jawaban siswa disusun berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif
sebagaimana disajikan dalam tabel 2 Penjabaran kemampuan berpikir kreatif
didasarkan pada empat indikator yaitu 1 Fluency kelancaran; 2 Elaboration
Elaborasi; 3 Sensitivity Kepekaan; 4 Flexibility keluwesan.
Tabel 2.2: Pedoman Penyekoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan kreatif
yang dinilai
Reaksi terhadap soalmasalah
Skor Fluency
Kelancaran • Tidak
memberikan ide yang diharapkan
untuk memecahkan masalah.
• Memberi ide yang tidak relevan
dengan pemecahan masalah.
• Memberi ide tetapi penyelesaian
salah. 1
2 3
4
Pend. Matematika
375
• Memberi ide dan penyelesaian
benar.
Elaboration Elaborasi • Tidak memberi jawaban.
• Memberi jawaban yang tidak
rinci dan salah.
• Memberi jawaban yang tidak
rinci tetapi hasil benar.
• Memberi jawaban yang rinci
tetapi hasil salah.
• Memberi jawaban yang rinci dan
hasil benar.
1 2
3 4
Sensitivity Kepekaan • Tidak menjawab.
• Tidak menggambarkan kepekaan
dalam memberikan jawaban dan
mengarah pada jawaban salah.
• Tidak menggambarkan kepekaan
dalam memberikan jawaban
tetapi mengarah pada jawaban
benar. • Menggambarkan
kepekaan dalam memberikan
jawaban tetapi
mengarah pada jawaban salah.
• Menggambarkan kepekaan dalam
memberikan jawaban
dan jawaban
benar. 1
2 3
4
Flexibility Keluwesan • Tidak menjawab.
• Memberi jawaban yang tidak
beragam dan salah.
• Memberi jawaban yang tidak
beragam tetapi benar.
• Memberi jawaban yang beragam
tetapi salah.
• Memberi jawaban yang beragam
dan benar.
1 2
3 4
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
376
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap data hasil ujicoba, diketahui
bahwa koefisien validitas tes kemampuan berpikir kreatif untuk materi
persamaan garis lurus, koefisien validitasnya sebesar 0,52 dan untuk materi
SPLDV koefisien validitasnya sebesar 0,48. Koefisien reliabilitas tes
kemampuan berpikir kreatif untuk materi persamaan garis lurus adalah sebesar
0,462 dan untuk materi SPLDV koefisien reliabilitasnya sebesar 0,69. Koefisien‐
koefisien
ini dikategorikan sedang. 2.4
Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data penelitian maka terlebih dahulu dilakukan
pengujian terhadap normalitas data, homogenitas variansi. Kemudian
dilanjutkan dengan pengujian perbedaan dua rata‐rata.
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
Tabel 3.1
Skor Tertinggi, Skor Terendah, Rata‐rata Skor, dan Simpangan Baku
Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Tes Akhir
Tes Awal
Kelas Skor
mak s
x
mi n
x
maks
x
s x
mi n
x
maks
x
S Eksperim
en 44
6 24
14,04 31,91
3,67 4
18 9,78
22,23 9,87
Kontrol 44
3 18
11,22 25,50
4,04 4
18 9,78
22,23 9,87
Nilai tertinggi maupun nilai terendah siswa kelompok eksperimen
dalam kemampuan berpikir kreatif lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Perolehan rata‐rata skor kelompok eksperimen juga lebih baik, yakni 14,04
Pend. Matematika
377
dengan simpangan baku 3,67 dibandingkan 11,22 pada kelompok kontrol
dengan simpangan baku 4,04. Jadi terdapat perbedaan rata‐rata di antara
keduanya, yaitu sekitar 20 terhadap rata‐rata skor kelompok eksperimen.
Selanjutnya dilakukan pengujian signifikansi perbedaan rata‐rata ini dengan
analisis variansi ANOVA.
Setelah dilakukan perhitungan menggunakan analisis variansi
ANOVA diperoleh nilai F
hitung
= 19,51 sedangkan F
tabel
untuk
α
= 0,01 adalah 3,91,
sehingga F
hitung
≥ F
tabel
dan H ditolak. Hal ini berarti kemampuan berpikir
kreatif siswa dengan pendekatan open‐ended lebih tinggi daripada kemampuan
berpikir kreatif siswa yang mendapat pembelajaran secara konvensional.
Tabel 3.2
Skor Tertinggi, Skor Terendah, Rata‐rata Skor, dan Simpangan Baku
Gain Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Aspek x
min
x
maks
x
S x
min
x
maks
x
S Berpikir
Kreatif ‐0,19 0,38 0,12
0,11 ‐0,28 0,30 0,04 0,02
Nilai tertinggi maupun nilai terendah siswa kelompok eksperimen
dalam kemampuan berpikir kreatif lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Perolehan rata‐rata gain kelompok eksperimen juga lebih baik, yakni 0,12
dengan simpangan baku 0,11 dibandingkan 0,04 pada kelompok kontrol
dengan simpangan baku 0,02. Jadi terdapat perbedaan rata‐rata di antara
keduanya, yaitu sekitar 66,67 terhadap rata‐rata gain kelompok eksperimen.
Selanjutnya akan dilakukan pengujian signifikansi perbedaan rata‐rata gain ini
dengan uji‐t.
Setelah dilakukan perhitungan menggunakan analisis perbedaan rata‐
rata dengan uji‐t, diperoleh nilai t
hitung
= 33,95 sedangkan t
tabel
untuk
α
= 0,01 adalah
2,66 sehingga t
hitung
≥ t
tabel
dan H ditolak. Hal ini berarti peningkatan
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
378
kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan
open ‐ended lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa
dengan pendekatan konvensional.
3.2 Pembahasan