Dapatkah Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta

5. Prestasi belajar Matematika adalah hasil tes siswa selama penelitian berlangsung pada pokok bahasan matematika yang sesuai dengan materi Himpunan untuk siswa kelas VII dan bahasan Statistik untuk siswa kelas VIII .

b. Rumusan Masalah

Untuk mengupayakan supaya siswa dapat secara penuh dalam mengeluarkan potensinya idenya penulis mengambil materi Himpunan untuk siswa kelas VII dan materi Statistik untuk siswa kelas VIII . Dengan pertimbangan pada bahasan ini banyak bangun yang dapat menarik siswa dalam mengeluarkan pendapatnya secara individu dimana dari pendapat individu diharapkan dapat menjadi pertimbangan kelompok untuk memberikan jawaban yang paling tepat .Dari pengertian tersebut diatas penulis kemukakan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Dapatkah Pembelajaran Teknis Dua Tinggal Dua Tamu Two Stay Two Tray meningkatkan Keaktifan dalam PBM ?

2. Dapatkah

Pembelajaran Teknis Dua Tinggal Dua Tamu Two Stay Two Tray meningkatkan Presatasi Belajar Siswa ? 3. Apakah Pembelajaran Teknis Dua Tinggal Dua Tamu Two Stay Two Tray Oleh Guru dapat meningkatkan Keaktifan dalam PBM dan Prestasi belajar Matematika di SMP Negeri 2 Pringkuku, Pacitan ? D. Tujuan Penelitian . Mengacu kepada masalah yang menjadi pembahasan pada penelitian ini maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran oleh guru meningkatkan siswa dalam bekerjasama dalam menentukan jawaban yang tepat . SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 392 2. Mengetahui perkembangan siswa dalam bekerjasama dalam menentukan jawaban yang tepat melalui bimbingan guru. 3. Mengetahui ketrampilan para siswa dalam memecahkan masalah pada Matematika , 4. Mengetahui sejauh mana kualitas yang terjadi pada kegiatan proses belajar mengajar di sekolah .

E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan secara umum kepada para pengajar di Sekolah Menengah Pertama SMP di dalam mempertimbangkan pentingnya semangat kerjasama dalam pemecahan masalah yang dihadapi utamanya dalam kebebasan dalam mengeluarkan ide‐ide yang dimilikinya sehingga muncul semangat kerjasama yang diharapkan dan secara khusus bermanfaat untuk : 1. Dapat peningkatan kwalitas proses belajar mengajar matematika pada bahasan Himpunan dan bahasan Statistik . 2. Menambah ketrampilan para siswa secara kelompok dalam memecahkan masalah Himpunan dan Statistik . BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran dan Model Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur‐ unsur manusiawi , material, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran Hamalik Oemar, 1994 : 51 . Pend. Matematika 393 Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Gagne dalam bukunya The Conditions of learning 1977 yang dikutip oleh Ngalim Purwanto menyatakan bahwa : “ Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya performance‐ nya berubah dari waktu sebelumnya ia mengalamai situasi itu ke waktu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi “ 1990 : 84 Kegiatan belajar adalah suatu proses komunikasi oleh karena itu komunasi harus diciptakan melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar informasi oleh setiap guru dan siswa . Suwoto ; 1999 ; 13 Mencermati kondisi yang sudah berjalan sekolah merupakan suatu arena persaingan, mulai dari awal masa pendidikan formal, seorang anak belajar dalam suasana kompetisi dan harus berjuang keras memenangkan kompetisi untuk bisa naik kelas atau lulus . Jika kita cermati bersama sebenarnya kompetisi bukanlah satu‐satunya model pembelajaran yang bisa dan harus dipakai. Model Pembelajaran Kooperatif Kooperatif learning suasana belajar merupakan belajar bekerja sama antar teman untuk memecahkan suatu masalah yang menjadi tanggung jawabnya . Menurut Hari Suderadjat terdapat tiga motivasi yang mendasari terjadinya interaksi kegiatan belajar siswa yaitu : 1. Mereka yang belajar dengan tujuan berkompetisi dengan temannya untuk menjadi yang terbaik . 2. Mereka yang belajar secara perorangan individual untuk mencapai tujuan mereka , tanpa menaruh perhatian pada temannya . 3. Mereka yang belajar dengan kerja sama , karena mereka memiliki keinginan yang sama . 2004 : 114 SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 394 Pada sat ini kompetisi merupakan pola belajar yang dominan , keberhasilan seseorang menjadi terbaik menjadikan yang lain merasa kalah . Pola belajar dengan berkompetisi dapat mendorong siswa untuk bersifat egois . Pada pola belajar dengan cara kerjasama cooperatif antar siswa dapat mendorong tumbuhnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan kreatifitas siswa yang juga merupakan nilai sosial bangsa Indonesia yang perlu dipertahankan . Jika individu‐indivu\idu bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang bersama , ketergantungan timbal balik mutual dependency atau saling ketergantungan antar mereka memacu motivasi mereka untyuk bekerja bersama lebih keras untuk keberhasilan bersama‐sama . Pendekatan dalam cooperative dan collaborative learning yaitu : 1. Student team learning, kelompok belajar siswa . 2. Learning together, belajar bersama . 3. Group Investigation, kelompok penelitian 4. Structrural approach , pendekata structural . 5. Complex Instruction, pembelajaran yang komplek 6. Collaborative approach, pendekatan kolaboratif . Keenam pendekatan tersebut masing ‐masing memiliki atribut yang sama terinci sebagai berikut : 1. Penugasan yang sama bagi semua anggota kelompok , dengan kegiatan belajar yang sesuai untuk kerjasama kelompok . 2. Kelompok belajar dengan jumlah kecil berkisar 3‐5 orang . 3. Adanya perilaku kerjasama cooperative behavior . 4. Adanya saling ketergantungan antar mereka Interdependence 5. Adanya pertanggungjawaban individu . individual accautability and reponbility . Ada beberapa elemen dalam pola pembelajaran kooperatif dan kolaboratif cooperative and collaborative learning yaitu : Pend. Matematika 395 1. Positive interdepedence , saling ketergantungan positif . 2. Face to face promotive interaction, interaksi yang saling mendorong . 3. Individual accaoutability personal responsibility , pertanggung jawaban individu . 4. Interpesonal and small‐group skill , ketrampilan kelompok dan ketrampilan interpersonal . 5. Group processing , proses kelompok . Menurut Anita Lie ada tiga pilihan model pembelajaran yaitu : kompetisi, individual, dan gotong royong 1999, 23 .

B. Model Pembelajaran Gotong‐Royong Kooperatif

Model pembelajaran gotong‐royong kooperatif dalam pendidikan didasari oleh falsafah homo hominisocio. Berlawanan dengan teori Darwin, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk social. Tanpa kerja sama tidak akan ada individu, keluarga ,organisasi , sekolah. dan tanpa kerja sama maka kehidupan ini sudah punah. Pembelajaran gotong ‐royong cooperative learning belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong‐royong dalam kehidupan bermasarakat kebanyakan dalam hal ini pengajar enggan menerapkan sistim kerja sama di dalam kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam grup. Pada kenyataan masih banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dalam kelompok dan terrjadi banyak siswa juga tidak senang disuruh kerja sama dengan yang lain . Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 396 grup dengan mereka yang lebih pandai , siswa yang tekun juga merasa temannya yang kurang mampu hanya menikmati saja pada hasil jerih payah mereka. Pembagian kerja yang kurang adil tidak perlu terjadi dalam kelompok jika pengajar benar‐benar menerapkan prosedur model pembelajaran gotong‐ royong , banyak pengajar hanya membagi siswa dalam kelompok lalu memberi tugas untuk menyelesaikan sesuatu tanpa pedoman mengenai pembagian tugas dampaknya siswa merasa ditinggal sendiri dan kebingungan apa yang harus dikerjakan akhirnya yang ada kekacauan dan kegaduhan terjadi. Pada model pembelajaran gotong royong tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok terdapat unsur‐unsur dasar pembelajaran gotong royong yang membedakanya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal berkelompok . Pendidik dalam mengelola kelas dapat efektif jika pada pelaksanaan prosedur model gotong royong dilaksanakan dengan benar sesuai persyaratan yang harus dipenuhi pada model pembelajaran tersebut . C.Teknik pembelajaran Gotong Royong . Disini dikemukakan beberapa model pembelajaran gotong royong yang merujuk Anita Lie 1999, 58 dan beberapa teknisnya disampaikan sbb : 1.Mencari Pasangan Teknik belajar mengajar mencari pasangan Make‐a‐Match dikembangkan oleh Lorna Curran 1994 .Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Langkah ‐langkah yang dilaksanakan . Pend. Matematika 397 1.1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topek yang mungkin cocok untuk sesireview persiapan menjelang tes atau ujian . 1.2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu Setiap siswa mendapat satu buah kartu 1.3. Setiap siswa mencari pasangan yang mempuyai kartu yang cocok dengan kartunya Setiap siswa mencari pasangan yang mempuyai kartu yang cocok dengan kartunya 1.4. Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok.Pemegang

2. Bertukar Pasangan