Untuk taraf signifikan α = 5, diperoleh F
0,95;1;76
= 3,967. Dengan
demikian F F
0,95;1;76
sehingga H diterima. Jadi, model regresi kelas
eksperimen dan kelas kontrol sejajar. Hal ini berarti terdapat perbedaan hasil
belajar siswa yang diajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan pembelajaran
konvensional. Berdasarkan
hasil uji kesamaan dan uji kesejajaran dua model regresi menunjukkan
bahwa dua model regresi tersebut tidak sama tetapi sejajar. Karena
itu, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan hasil belajar
siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Konstanta
garis regresi kelas eksperimen adalah 29,558. Konstanta tersebut
lebih besar dibanding konstanta garis regresi kelas kontrol, yaitu 21,031.
Secara geometris garis regresi kelas eksperimen lebih tinggi dibanding garis
regresi kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk pokok bahasan persamaan
garis lurus lebih baik dibanding hasil belajar siswa yang diajar menggunakan
pembelajaran konvensional.
IV. PENUTUP
1. Simpulan
Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1 Perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk pokok bahasan
persamaan garis lurus di kelas VIII SMP dikembangkan dengan
menggunakan Model 4‐D yang dimodifikasi. Dengan menggunakan model
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
150
ini, dihasilkan perangkat pembelajaran yang baik. Perangkat pembelajaran
yang dihasilkan meliputi: Rencana Pembelajaran RP, Buku siswa, Lembar
Kerja Siswa LKS, dan Kuis, serta Tes Hasil Belajar THB.
2 Model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif untuk mengajarkan pokok
bahasan persamaan garis lurus. Hal ini terlihat dari 1 kemampuan guru
mengelola pembelajaran, aktivitas siswa, dan keterampilan siswa memenuhi
kritria efektif, 2 respon siswa positif, dan 3 ketuntasan belajar siswa
secara klasikal tercapai.
3 Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk pokok bahasan persamaan garis
lurus lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini diperoleh dari
hasil analisis statistik inferensial.
2. Saran
Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diajarkan dalam penelitian ini
memberikan beberapa masukan untuk diperhatikan. Karena itu penulis
menyarankan : 1 Perangkat pembelajaran ini dapat dijadikan alternatif bagi
guru yang ingin melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk
pokok bahasan persamaan garis lurus; 2 Pembelajaran kooperatif tipe STAD
ini dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran untuk mengajarkan pokok
bahasan persamaan garis lurus; dan 3 Bagi guru yang selama ini
menggunakan pembelajaran konvensional untuk mengajarkan pokok bahasan
persamaan garis lurus dapat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD
ini untuk meningkatkan prestasi akademik siswa.
Pend. Matematika
151
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: Mc Graw
Hill Companies, Inc.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Matematika SMP dan
MTs. Jakarta: Depdiknas.
Hudojo, H. 2005. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Malang: Penerbit
Universitas Negeri Malang.
Ibrahim, M. dkk. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University
Press. Neter,
John and Waserman, Wiliam. 1974. Applied Linier Statistical Models. Illionis:
Richard D. Irwin Inc. Slavin,
R. E. 1995. Cooperative Learning: Theory Practice. Second Edition. Massachusetts:
Allyn Bacon. Soedjadi,
R. 2000 . Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, konstatasi keadaan masa
kini menuju harapan masa depan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. Depdiknas. Thiagarajan,
S., Semmel, D.S., Semmel, M.I. 1974. Instructional Development for
Training Teachers of Exceptional Children. A Sourcebook. Blomington: Central
for Innovation on Teaching The Handicapped.
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
152
Dipresentasikan dalam SEMNAS Matematika dan Pendidikan Matematika 2007 dengan tema “Trend Penelitian Matematika dan Pendidikan Matematika di Era Global” yang
diselenggarakan oleh Jurdik Matematika FMIPA UNY Yogyakarta pada tanggal 24 Nopember 2007
Pembelajaran Dengan Pendekatan Metakognitif Dalam Upaya
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Oleh :
Nila Kesumawati
FKIP Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang
Abstrak Pembelajaran
metakognitif mengajari siswa untuk merencanakan, memantau, dan merevisi pekerjaan mereka
sendiri termasuk tidak hanya membuat siswa sadar tentang apa yang mereka tahu tapi juga apa yang
bisa mereka lakukan ketika mereka gagal untuk memahami. Guru terfokus dalam mengembangkan kemampuan
siswa untuk memecahkan soal serta rasa percaya diri siswa di dalam kemampuan memecahkan
soal. Pembelajaran dengan metakognitif ini mengarahkan perhatian siswa pada sesuatu yang
relevan dan membimbing mereka untuk memilih strategi yang cocok untuk menyelesaikan soal‐soal. Kata
kunci: metakognitif, pendekatan metakognitif dan pemecahan masalah
1. Pendahuluan