Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah adalah dengan memberikan kesempatan untuk
mengajukan soal atau pertanyaan. Cara ini dikenal dengan problem posing
pengajuan soal. Metode pemberian tugas pengajuan soal adalah suatu cara
penyajian materi perkuliahan dengan cara dosen memberikan tugas pengajuan
soal kepada mahasiswa dalam waktu yang telah ditentukan dan mahasiswa
mempertanggungjawabkan tugas yang diberikan tersebut dengan
mempresentasikannya.
Upaya peningkatan kemampuan pemecahan masalah dipandang akan
lebih efektif jika diimplementasikan melalui aktivitas interaksi sosial. Melalui
kerjasama dan diskusi antar mahasiswa diharapkan kemampuan‐kemampuan
pemecahan masalah akan dapat dikuasai mahasiswa dengan baik.
Memperhatikan hal tersebut, implementasi metode problem posing perlu
diimplementasikan dalam setting pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran
kolaboratif merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan situasi peserta
didik belajar dalam kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda,
saling membantu untuk memahami bahan ajar, memeriksa dan memperbaiki
jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan untuk mencapai hasil
belajar tertinggi.
Selanjutnya perlu diteliti implementasi metode problem posing dalam
setting pembelajaran kolaboratif pada perkuliahan Geometri, kemampuan
mahasiswa dalam memecahkan masalah, tanggapan mahasiswa terhadap
kegiatan pembelajaran, dan hasil belajar mahasiswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
1.1 Perumusan
Masalah
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
2
1. Bagaimanakah implementasi metode problem posing dalam setting
pembelajaran kolaboratif yang dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa
dalam memecahkan masalah?
2. Bagaimanakah tanggapan mahasiswa terhadap kegiatan pembelajaran
dengan menerapkan metode problem posing dalam setting pembelajaran
kolaboratif? 3. Bagaimanakah
kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode problem posing dalam
setting pembelajaran kolaboratif? 4. Bagaimanakah
hasil belajar mahasiswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan dengan menerapkan metode problem posing dalam setting
pembelajaran kolaboratif ?
1.2 Tinjauan Pustaka
Bagaimana meningkatkan kemampuan siswa mahasiswa dalam
memecahkan masalah telah lama menjadi perhatian para pendidik khususnya
dalam bidang matematika. Unjuk kerja mahasiswa dalam memecahkan dapat
digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui kompetensi mereka dalam
matematika. Terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, diantaranya dikemukakan
oleh Polya 1973. Polya mengembangkan konsep heuristik yang banyak dikaji
orang dengan tujuan untuk mempelajari metode dan aturan bagi suatu
penemuan discovery dan invention. Dalam bukunya yang berjudul How to solve
it ,
Polya 1973 menawarkan suatu strategi untuk memecahkan masalah yang terdiri
atas 4 langkah, yaitu: 1. Memahami
masalah, yaitu menentukan mengidentifikasi apa yang dicari tidak
diketahui, apa yang diketahui data, syarat‐syarat apa yang diperlukan,
apa syarat‐syarat bisa dipenuhi, memeriksa apakah syarat‐syarat
Pend. Matematika
3
yang diketahui mencukupi untuk mencari yang tidak diketahui, dan
membuat gambar.
2. Membuat rencana, yaitu memeriksa apakah sudah pernah melihat
sebelumnya atau melihat masalah yang sama dalam bentuk berbeda,
memeriksa apakah sudah mengetahui soal lain yang terkait, mengaitkan
dengan teorema yang mungkin berguna, memperhatikan yang tidak
diketahui dari soal dan mencoba memikirkan soal yang sudah dikenal yang
mempunyai unsur yang tidak diketahui yang sama.
3. Melaksanakan rencana: melaksanakan rencana penyelesaian, mengecek
kebenaran setiap langkah dan membuktikan bahwa langkah benar.
4. Melihat kembali: meneliti kembali hasil yang telah dicapai, mengecek
hasilnya, mengecek argumennya, mencari hasil itu dengan cara lain, dan
menggunakan hasil atau metode yang ditemukan untuk menyelesaikan
masalah lain.
Bell Akbar Sutawidjaja, 1998 menyatakan bahwa pemecahan masalah
problem solving melibatkan kegiatan memilih, mengaitkan sejumlah aturan
yang menghasilkan sejumlah aturan yang lebih tinggi tingkatannya yang tidak
diketahui oleh siswa mahasiswa sebelumnya. Cars, Perry, dan Conroy Akbar
Sutawidjaja, 1998 menawarkan strategi bagi siswa dan guru dalam konteks
pemecahan masalah. Strategi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah yang berkaitan dengan siswa adalah sebagai berikut.
1. Siswa harus diberanikan untuk menerima ketidaktahuan dan merasa senang
mencari tahu.
2. Setiap siswa dan kelompok siswa harus diberanikan untuk membuat soal
atau pertanyaan.
3. Kadang ‐kadang siswa diperbolehkan memilih masalah dari sejumlah
masalah yang diberikan untuk membuat soal atau pertanyaan.
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
4
4. Kadang ‐kadang siswa diperbolehkan memilih masalah dari sejumlah
masalah yang diberikan, dan
5. Siswa harus diberanikan untuk mengambil risiko dan mencari alternatif.
Sedangkan strategi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
yang berkaitan dengan guru adalah sebagai berikut.
a. Guru harus menyadari akan sikap positif dan cara‐cara yang dapat
mengembangkannya. b. Guru
harus berani mencari dan mengembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan
masalah. c. Guru
harus mencari masalah yang menarik yang sering muncul secara spontan,
d. Situasi dan materi yang menarik harus disediakan bagi siswa.
e. Guru perlu memperluas situasi belajar dengan bertanya untuk
menggalakkan jawaban dan penyajian anak,
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan kemampuan
pemecahan masalah adalah dengan menumbuhkan keberanian siswa untuk
membuat soal atau pertanyaan. Cara yang demikian selanjutnya disebut
dengan metode problem posing pengajuan soal. Metode problem posing
mempunyai beberapa pengertian. Di antaranya seperti dikemukakan Silver, et
al 1996:294 bahwa problem posing diartikan sebagai perumusan soal yang
berkaitan dengan syarat‐syarat pada soal yang telah dipecahkan yang
dimaksudkan sebagai pencarian alternatif pemecahan atau alternatif soal yang
relevan. Di samping itu pengajuan soal dapat diartikan sebagai perumusan soal
dari situasi yang tersedia.
Menurut Gagne Orton, 1992:93, pemecahan masalah merupakan bentuk
pembelajaran yang paling tinggi. Pemecahan masalah adalah proses yang
dilakukan oleh mahasiswa dalam menemukan kombinasi atas aturan‐aturan
yang dipelajari sebelumnya yang dapat diterapkan untuk mencapai suatu
Pend. Matematika
5
penyelesaian situasi persoalan yang baru. Pemecahan masalah merupakan inti
dari pembelajaran matematika, bahkan dianggap bahwa isi ilmu pengetahuan
hanyalah alat bagi pemecahan masalah yang aktif. Proses ini merupakan
tindakan kreatif untuk mencoba menggabungkan aturan‐aturan yang ada
pengetahuan. Bila proses tersebut dapat dipelajari dalam kelas akan
membentuk pondasi yang kuat bagi materi‐materi yang lebih abstrak di
kemudian hari.
Pengajuan soal oleh mahasiswa merupakan tugas atau kegiatan yang
dapat mengarah pada sikap kritis dan kreatif. Sebab dalam pengajuan soal,
mahasiswa diminta untuk membuat pertanyaan dari informasi yang diberikan.
Sedangkan bertanya merupakan salah satu pangkal kreasi. Pengajuan soal juga
merupakan sarana untuk merangsang kemampuan matematika mahasiswa.
Sebab dalam pengajuan soal mahasiswa perlu membaca terlebih dahulu
informasi yang diberikan dan mengkomunikasikan pertanyaan secara verbal
maupun tertulis. Menulis pertanyaan dari informasi yang diberikan dapat
menyebabkan ingatan mahasiswa jauh lebih baik. Kemudian dalam pengajuan
soal mahasiswa juga diberikan kesempatan menyelidiki atau menganalisis
informasi untuk dijadikan suatu soal. Kegiatan menyelidiki tersebut bagi
mahasiswa menentukan apa yang dipelajarinya, berapa lama mereka dapat
mempertahankan pengetahuan yang telah dipelajari, kemampuan menerapkan
pengetahuan dan perilakunya selama kegiatan pembelajaran. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kegiatan pengajuan soal dapat memantapkan
kemampuan mahasiswa belajar matematika. Selain itu dalam pengajuan soal
lebih melibatkan aktivitas mental mahasiswa. Mahasiswa mencoba menyelidiki
rumusan suatu soal, kemudian membicarakan dan menyelesaikan suatu soal
untuk dapat merumuskan suatu soal yang baik dan dapat diselesaikan.
Melibatkan mahasiswa secara aktif dalam pengorganisasian dan penemuan
informasi pengetahuan ketika pembelajaran akan menghasilkan peningkatan
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
6
pengetahuan dan meningkatkan keterampilan berpikir Eggen Kauchak,
1988:1. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa menyuruh mahasiswa terlibat dalam
aktivitas yang terkait dengan pengajuan soal mempunyai pengaruh positif
terhadap kemampuan memecahkan masalah dan sikap mereka terhadap matematika
Hashimoto, 1987, Keil, 1964; Perez, 1985; Scott, 1987 dalam Silver Cai 1996:522.
Untuk dapat membuat soal yang baik, yang dapat diselesaikan, tentu
mahasiswa harus menguasai materi yang terkait. Dengan demikian tugas
membuat soal secara tidak langsung ”memaksa” mahasiswa untuk
mempelajari materi dengan baik dengan memanfaatkan berbagai referensi yang
relavan. Tampak bahwa dalam hal ini metode pengajuan soal sesuai dengan
paham konstruktivisme. Mahasiswa melalui aktivitas pembelajaran
membangun pemahaman dan mengkonstruksi pengetahuannya melalui
aktivitas tersebut.
Pembelajaran kolaboratif collaborative learning atau sering juga disebut
pembelajaran kooperatif cooperative learning merupakan suatu pendekatan
pembelajaran dengan situasi peserta didik belajar dalam kelompok kecil
dengan tingkat kemampuan yang berbeda, saling membantu untuk memahami
bahan ajar, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya
dengan tujuan untuk mencapai hasil belajar tertinggi www.wcer.wisc.edu.
Sedangkan menurut Deutch Feng Chun, 2006, pembelajaran kolaboratif
adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok‐kelompok kecil
sedemikian sehingga siswa mahasiswa bekerja sama untuk memaksimalkan
hasil belajar mereka.
Menurut Feng Chun 2006, terdapat 4 karakteristik pembelajaran
kolaboratif, yakni: 1 ketergantungan positif, 2 interaksi secara langsung
Pend. Matematika
7
tatap muka, 3 pertanggungjawaban individu dan kelompok, 4 proses
pembentukan kolompok secara khusus.
Pembelajaran kolaboratif tidak hanya diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar mahasiswa, tetapi lebih jauh diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan ‐kemampuan lain, seperti kemampuan interpersonal peserta didik.
1.3 Tujuan Penelitian