Kesimpulan Rekomendasi Deskripsi Jawaban Siswa

IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian terdahulu mengenai kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan open‐ended dan siswa yang belajar secara konvensionaldiperoleh kesimpulan berikut ini. Kemampuan berpikir kreatif siswa yang belajar dengan pendekatan open ‐ended lebih baik daripada siswa yang belajar secara konvensional. Kelemahan yang paling banyak ditemui pada siswa

4.2 Rekomendasi

Berdasarkan temuan pada penelitian ini, maka dapat dikemukakan rekomendasi berikut ini. 1. Kepada guru matematika: pendekatan open‐ended dalam pembelajaran matematika dapat dijadikan sebagai suatu alternatif pembelajaran. Meskipun pada penelitian ini diterapkan pada siswa‐siswa kelas unggulan, namun tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan pada siswa kelas biasa. 2. Melihat kelemahan siswa dalam menyelesaikan soal‐soal yang mengukur kemampuan berpikir kreatif, penulis menyarankan agar guru membiasakan siswa dengan soal‐soal semacam itu dalam pembelajaran. 3. Dalam pembelajaran konvensioanl yang masih banyak digunakan, tugas‐ tugas seperti pada pembelajaran dengan pendekatan open‐ended, pada dasarnya dapat diberikan. 4. Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan menelaah hubungan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kreatif. SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 382 DAFTAR PUSTAKA Amabile, T.M. 1983. The Social Psychology of Creativity. New York: Springer Vedag. Amien, M. 1987. Peranan Kreativitas dalam Pendidikan. Analisis Pendidikan. Jakarta: Depdikbud. Barron, F. 1976. The Psychology of Creativity. Dalam T.M New Comb editor Direction in Psychology. New York: Hold, Rinehart Winston. Berenson, B.S. dan Gartes, G.S. 1995. “Changing Assessment Practices”. School Science Mathematics. 95. 4. Carin, A. dan Sund, R.B. 1978. Creative Questioning and Sensitive Listening Techniques . Columbus: Charles E. Merril Publishing Company. de Bono, E. 1988. Lateral Thinking. Baltimore: Penguin Books. Fraenkel, J.R. dan Wallen, N.E. 1993. How to Design and Evaluate Research in Education . Singapore: Mc. Graw‐Hill Book Co.‐Singapore. Furchan, A. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Grai, D. 2000. Creativity and Mathematics. Tersedia: http:www. Uh.eduhticu2000v0202. Hudojo, H. 1998. Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan Konstruktivistik. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Upaya‐upaya Meningkatkan Peran Pendidikan dalam Era Globalisasi PPS IKIP MALANG. Malang, 4 April. Karli, H dan Yuliariatiningsih, M.S. 2002. Implementasi KBK 1. Jakarta: Bina Media Informasi. Katsuro, T. 2000. Open‐Ended Approach and Improvement of Classroom Teaching Mathematics Education in Japan. Japan Society of Mathematical Education JSME. Pend. Matematika 383 Meltzer, D.E. 2002. Addendum to :The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostics Pretest Scores. [On Line]. Tersedia: http:www.physics.iastate.eduperdocsAddendum_on_normalized_ga in. [9 Oktober 2006]. Munandar, S.C.U. 1977. Creativity and Education. Jakarta: PPS UI Disertasi, Tidak diterbitkan. Munandar, S.C.U. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia. Munandar, S.C.U. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Granada Pustaka Utama. Nohda, N. 2000. Learning and Teaching Through Open‐ended Approach Method. Dalam Tadao Nakahara and Masataka Koyama editor Proceeding of 24 th of the International Group for the Psychology of Mathematics Education . Hirosima: Hiroshima University. Olson, R. W. 1980. The Art of Creative Thinking. New York: Barnes Noble Books. Osborn, A.F. 1953. Applied Imagination Principles and Prosedures of Creative Problem Solving. New York: Barnes Noble Books. Parnes, S. 1975. Aha Insight into Creative Behavior. Buffalo, New York: The Creative Education Foundation. Pasiak, T. 2002. IQEQSQ. Bandung: Mizan. Pehkonen, E. 1992. Using Problem‐Field as a Method of Change. Mathematics Education 31, 3‐6. Piirto, J. 1992. Those Who Create. Dayton, Ohio : Ohio Psychology Press. Rothstein, P.R. 1990. Educational Psychology. New York: Mc. Garw Hill. Inc. SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 384 Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Ruseffendi, E.T. 1998a. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press. Ruseffendi, E.T. 1991. Dasar‐dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya . Semarang: IKIP Semarang Press. Semiawan, C., Munandar, A.S., dan Munandar, S.C.U. 1987. Memupuk bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah Petunjuk untuk Guru dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia. Sawada, T. 1997. Developing Lesson Plans. Dalam Shimada, S. dan Becker, J.P editor The Open‐Ended Approach. A New Proposal for Teaching Mathematics . Virginia: National Council of Teachers of Mathematics. Singh, B. 1990. Differences in Mathematical Creativity of Middle School Children of Different Social group. International Journal of Mathematics Education in Science and Technology. 21 4. 541‐544. Silver, E.A. 1997. “Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Problem Posing ”. Tersedia: http:www.fizkarlsruhe.defizpublicationszdm2dm97343.pdf 23 maret 2005. Soedjadi, R. 2001. Pemanfaatan Realita dan Lingkungan dalam Pembelajaran Matematika . Makalah pada Seminar Nasional Realistik Mathematics Education RME FMIPA UNESA SURABAYA, Surabaya 24 Pebruari. Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Suherman, E. dan Sukjaya, Y. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157. Suherman, E dkk. 2003a Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Technical Cooperation Project for Development of Science and Mathematics Teaching for Primary and Secondary Education in Indonesia. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Pend. Matematika 385 Suherman. E. 2003b. Evaluasi Pembelajaran Matematika untuk Calon Guru dan Mahasiswa Calon Guru Matematika. Bandung: Jurusan pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Sujono. 1988. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Supriadi, D. 1995. Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta. Tarrow, N.B. dan Lundsteen. 1978. Guiding Young Children Learning. New York: McGraw‐Hill Book Company. Treffinger, D.J. 1980. A Preliminary Model of Creative Learning. Dalam Gifted Child Quarterly 24f 127‐138. To, K. 1996. Mengenal Analisis Tes Pengantar ke Program Komputer ANATES. Bandung: FIP IKIP Bandung. Torrance, P.E. 1981. A Three‐Stage Model Teaching for Creative Thinking. Dalam A. E. Lawton Editor Science Education Information Report. Columbus, Ohio: The Eric Science, Mathematics and Environmental Education Clearing House. 226‐253. Wycoff, J. 2002. Menjadi Superaktif melalui Metode Pemetaan Pikiran. Bandung: Kaifa. Yee, F.P. 2000. Using Short Open‐Ended Mathematics Question to Promote Thinking and Understanding. Tersedia: http:jwilsen.coe.uga.edu sam’s20EMAT 206600Aticle4.htm. Yuwono, I. 2001. Pembelajaran Matematika secara Membumi. Malang: Jurusan Matematika FMIPA UM Malang. SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 386 Dipresentasikan dalam SEMNAS Matematika dan Pendidikan Matematika 2007 dengan tema “Trend Penelitian Matematika dan Pendidikan Matematika di Era Global” yang diselenggarakan oleh Jurdik Matematika FMIPA UNY Yogyakarta pada tanggal 24 Nopember 2007 Peningkatan Keaktifan Dalam KBM Dan Prestasi Belajar Siswa Oleh Guru Melalui Teknis Pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu Two Stay Two Stray Di SMP Negeri 2 Pringkuku, Pacitan SUGENG SURYANTO ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan aktivitas proses belajar mengajar dan prestasi belajar Matematika pada siswa kelas VII dan kelas VII SMP Negeri 2 Pringkuku melalui penerapan pembelajaran kooperatif teknis Dua Tinggal Dua Tamu . Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus mencakup 4 tahap kegiatan, yaitu: 1. Perencanaan, 2. Pelaksanaan tindakan, 3. Pengamatan, dan 4. Refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII dan VIII pada semester genap SMP Negeri 2 Pringkuku tahun pelajaran 20062007 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif Teknik Dua Tinggal Dua Tamu maka aktivitas proses belajar mengajar dan prestasi belajar siswa meningkat . 1 Peningkatan keaktifan Untuk kelas VII A respon guru naik 9,17 , inisiatif guru naik 10,83 , respon siswa naik 12,50 dan inisiatif siswa naik 10,00 Untuk kelas VII B respon guru naik 13,337 , inisiatif guru naik 10,00 , respon siswa naik 17,50 dan inisiatif siswa naik 10,00 Untuk kelas VIII A respon guru naik 11,67 , inisiatif guru naik 13,33 , respon siswa naik 12,50 dan inisiatif siswa naik 10,83 Untuk kelas VIII B respon guru naik 15,00 , inisiatif guru naik 14,17 , respon siswa naik 25,00 dan inisiatif siswa naik 10,83 Untuk kelas VIII C respon guru naik 10,00 , inisiatif guru naik 13,33 , respon siswa naik 11,25 dan inisiatif siswa naik 11,67 2.Peningkatan prestasi belajar pada bahasan Himpunan di kelas VII maupun bahasan Statistik di kelas VIII yang ditunjukkan kenaikan Hasil Test untuk kelas VII A terjadi kenaikan 35,00 , kelas VII B terjadi kenaikan 27,27 , kelas VIII A terjadi kenaikan 42,11 , kelas VIII B terjadi kenaikan 41,18 dan kelas VIII C terjadi kenaikan 47,37 . Dengan memahami efektifitas pembelajaran dari penelitian ini maka perlu untuk dikaji lebih lanjut dan dikembangkan penerapan pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu Two Stay Two Stray . Kata kunci: Pembelajaran kooperatif teknis Dua Tinggal Dua Tamu Two Stay Two Stray, aktivitas, prestasi belajar BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah Menengah Pertama SMP merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai peran sangat dominan berkewajiban menyiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan dasar ke jenjang yang lebih tinggi . Pada lembaga pendidikan ini siswa dibekali berbagai disiplin ilmu sesuai dengan perkembangan tingkat kemampuannya, untuk menyiapkan mereka menjadi orang yang menguasai sains dan teknologi untuk dapatnya menjadi bekal bersaing memasuki jenjang pendidikan tinggi dan mempunyai ketrampilan untuk kecakapan hidup guna mempersiapkan kelanjutan memasuki kehidupan dalam masyarakat yang sesungguhnya . Memperhatikan dan menelaah proses belajar siswa dan interaksi antar siswa dan guru, kegiatan belajar mengajar semestinya lebih mempertimbangkan siswa karena siswa bukanlah sebuah manusia yang kosong yang bisa di isi dengan muatan‐muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru dimana pada saat ini sudah bergeser kepada pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana guru berfungsi sebagai fasilitator . Peran strategis serta untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya upaya peningkatan kualitas peserta didik, melalui peningkatan mutu dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara guru dan peserta didik. Oleh karena itu untuk mencapai kualitas pengajaran yang bermutu, setiap mata pelajaran harus diorganisasikan dengan strategi yang tepat dan selanjutnya disampaikan kepada siswa dengan strategi yang tepat pula . Dalam hal ini, pemilihan metode pembelajaran sangat menentukan keberhasilan suatu proses belajar mengajar maupun untuk pengembangnya . Pada kenyataan suasana yang sudah berlalu sebelumnya, di dunia pendidikan Indonesia masih kurang baik maka perlu adanya menelaah kembali praktek ‐praktek terkait pelaksanaan pembelajaran di semua jenjang sekolah . Peranan yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat sekarang akan sangat berbeda dengan peranan tradisional yang selama ini dipegang erat oleh sekolah dan sulit untuk melepaskannya . SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 388 Interaksi dalam pembelajaran yang terjadi tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnya. Bahkan banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya peer teaching ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. Dewasa ini peran guru mengarah sebagai fasilitator dimana siswa merupakan pusat pada pembelajaran .Salah satu metode belajar yang dapat menunjang kondisi tersebut adalah pembelajaran gotong‐royong atau cooperative learning . Pada pembelajaran gotong‐royong cooperative learning ini pengajaran pada prosesnya memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas‐tugas yang berstruktur pada sistim ini guru bertindak sebagai fasilitator. Ada beberapa alasan penting mengapa sistim pengajaran ini perlu dipakai lebih sering di sekolah disebabkan karena seiring dengan proses globalisasi, juga terjadi transformasi social, ekonomi, dan demografis yang mengharuskan sekolah untuk lebih menyiapkan anak didik dengan ketrampilan ‐ketrampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat . Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar dapat diukur sejauh mana para siswa dapat menguasai materi pembelajaran yang dibahas, secara umum disebut dengan prestasi belajar . Oleh karena itu sangat penting bagi guru untuk menyadari dan berupaya prestasi belajar siswa yang menjadi tanggung jawabnya dapat ditingkatkan . Penguasaan konsep dasar materi yang diajarkan seharusnya merupakan bagian yang sangat diperlukan untuk ditanamkan sebagai bagian awal dalam memasuki lebih jauh pada pembahasan materi secara keseluruhan . Salah satu upaya untuk peningkatan prestasi belajar siswa adalah bahwa guru dapat memilih strategi belajar yang tepat dipandang dari segi metode mengajar , situasi kelas, kemampuan siswa secara umum maupun dalam Pend. Matematika 389 mempertimbangkan waktu yang tersedia dan lain sebagainya . Suatu hal yang terpenting yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah metode mengajar , dari berbagai metode yang ada guru dapat memilih yang paling tepat untuk dapat menunjang keberhasilan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran . Dengan merenung kembali kepada metode pembelajaran yang telah dikenal yaitu ada antara lain , metode ceramah, metode ekspositori, metode demonstrasi, metode drill, metode tanya jawab, metode penemuan , metode inkuari, metode permainan, metode pemberian tugas dan lain sebagainya . Dari metode mengajar yang ada pada penerapanya di kelas siswa dapat belajar secara individual maupun belajar bersama secara gotong royong cooperatif learning , merupakan hal yang sangat penting untuk membantu guru dalam ketepatan berbuat dan memilih metode mengajar yang digunakan secara tepat, mengingat bahwa semua metode yang ada mempunyai keunggulan dan kekurangan untuk diterapkan . Peneliti saat ini adalah Pengawas Sekolah RumpunMata Pelajaran MIPA memperhatikan bahwa dalam proses pembelajaran masih banyak guru yang belum sepenuhnya berkonsentrasi dalam hal keberpihakan kepada siswa dimana siswa mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan secara totalitas dari guru . Dengan survey di kelas diketemukan bahwa pada saat belajar mengajar berlangsung ternyata siswa tidak banyak yang mengeluarkan pendapat atau idenya atau terjadi saling membagi ide‐ide yang dimilikinya untuk mempertimbangkan jawaban yang paling tepat . Dari kenyataan tersebut peneliti bersama guru berusaha memperbaiki sehingga siswa dapat bekerjasama dalam menguasai materi yang dibahas kurun waktu proses belajar mengajar . Dengan memperhatikan perihal tersebut maka dicoba untuk menggali penggunaan salah satu metode yang telah dikenal yaitu Dua Tinggal Dua Tamu two stay two tray . SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007 390 Melalui model pembelajaran kooperatif teknis Dua Tinggal Dua Tamu two stay two tray muncul keaktifan siswa yang terdata dari ide yang ada dalam pemecahan jawaban yang tepat diharapkan dapat dapat terpenuhi dengan baik .

B. Identifikasi Masalah

Berdasar uraian latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Sejauh mana peningkatan semangat kerjasama pada proses pembelajaran kooperatif Teknis Dua Tinggal Dua Tamu . 2. Sejauh mana peningkatan prestasi belajar pada penerapan pembelajaran kooperatif Teknis Dua Tinggal Dua Tamu .

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah