kemudian ia membimbing siswa‐siswanya untuk sampai kepada penyelesaian
masalah. Bagi
siswa, pemecahan masalah haruslah dipelajari. Di dalam menyelesaikan
masalah, siswa diharapkan memahami proses menyelesaikan masalah
tersebut dan menjadi trampil di dalam memilih dan mengidentifikasi kondisi
dan konsep yang relevan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelesaian
dan mengorganisasikan ketrampilan yang telah dimiliki sebelumnya.
Nampaklah bahwa pemecahan masalah mempunyai fungsi yang
penting dalam kegiatan belajar mengajar matematika. Guru menyajikan
masalah ‐masalah, sebab melalui penyelesaian masalah siswa‐siswa dapat
berlatih dan mengintegrasikan konsep‐konsep, teorema‐teorema dan
ketrampilan yang telah dipelajari. Hal ini penting bagi para siswa untuk
berlatih memproses data atau informasi.
3. Pentutup
1. Guru
dalam pembelajaran metakognitif di dalam kelas harus berusaha mengajari
siswa untuk merencanakan, memantau, dan merevisi pekerjaan mereka
sendiri termasuk tidak hanya membuat siswa sadar tentang apa yang
mereka tahu tapi juga apa yang bisa mereka lakukan ketika mereka gagal
untuk memahami. 2.
Guru harus terfokus dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk
memecahkan soal serta rasa percaya diri siswa di dalam kemampuan
memecahkan soal.
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
162
3. Pembelajaran
dengan metakognitif ini mengarahkan perhatian siswa pada sesuatu
yang relevan dan membimbing mereka untuk memilih strategi yang cocok
untuk menyelesaikan soal‐soal.
Daftar Pustaka
Cardelle ‐Elawar, M. 1992. “Effect of Teaching Metacognitive Skills Student
with Low Mathematics Ability”. In M.J. Dunkin N.L. Gage Eds,
Teaching and Teacher Education: An International Journal of Reaserch and
Studies. 8, 109 – 111. Oxpord: Pergamon Press.
Costa, A.L. 1985. Eds. Developing Minds. A Resource Book for Teaching
Thinking. Association for Supervision and Curriculum Development:
Alexandria, Virginia.
Dimyati dan Mudjiono 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Goos, M. Galbraith, P. 200. A Money Problem: A Source of Insight into
Problem Solving
Action. www.cimt.plymouth,ac.ukjournalpg
money.pdf 26 Okteber 2007.
Hudoyo, H. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
Malang: IKIP Malang.
Hudoyo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Kluwe, R.H. 1982. Cognitive Knowledge and Executive Control: Metacognition. In
D. R Griffin Eds., Animal mind‐human mind. 201‐224. New York:
Springer ‐Verlag.
Matlin, M.W.2003. Cognition. Fifth Edition. New York: John Wiley Sons, Inc.
Suherman, E. Dkk 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Pend. Matematika
163
Suzana, Y 2003. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik
Siswa SMU Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif. Tesis
PPS. UPI: Tidak diterbitkan.
Yimer, A. Ellerton, N.F. Cognitive and Metacognitive Aspects of
Mathematical Problem Solving: An Emerging Model.
http:www.merge.net.audocumentRp672006.pdf 5 Nopember 2007
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
164
Dipresentasikan dalam SEMNAS Matematika dan Pendidikan Matematika 2007 dengan tema “Trend Penelitian Matematika dan Pendidikan Matematika di Era Global” yang
diselenggarakan oleh Jurdik Matematika FMIPA UNY Yogyakarta pada tanggal 24 Nopember 2007
Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Dengan
Memanfaatkan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Geometri Di Klas VII B SMP N 2 Demak Tahun 200607
Oleh: Rasiman
IKIP PGRI SEMARANG
ABSTRAK
Pengajaran Matematika khususnya geometri di Sekolah Menengah Pertama SMP mempunyai
peran penting untuk mempelajari matematika tingkat lanjut maupun dalam kehidupan sehari‐hari.
Namun pada kenyataannya banyak siswa SMP yang masih mengalami berbagai kesulitan dalam
memahami konsep geometri maupun memecahkan soal bentuk cerita. Oleh karena itu, perlu ditemukan
solusi sedemikian hingga siswa SMP menjadi lebih mudah dan senang belajar matematika, khususnya
dalam belajar geometri
. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bahwa model pembelajaran problem solving dengan memanfaatkan
alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar geometri di kelas VIII B SMP N 2 Demak tahun
2006 2007. Dalam
penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, masing‐masing siklus dengan tahapan perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi
partisipatif antara guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 2 Demak dan peneliti. Hasil
dalam penelitian ini meliputi : 1 guru
dapat meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran;
2 keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat; 3 siswa dapat meningkatkan kerjasama
dan berkomunikasi dengan teman dalam kelompoknya; 4 hasil belajar siswa dapat geometri dapat
meningkat ; dan 5 tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan. Kata
Kunci : Problem solving, geometri, hasil belajar
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan pengajaran matematika di SMP, terdapat
tiga unit atau cabang matematika yaitu aljabar, geometri, dan aritmetika.
Pengajaran ketiga unit tersebut dilaksanakan secara sekuensial‐periodik. Ini
berarti bahwa tata urut bahan ajar matematika di SMP bersifat silih berganti
dan berkesinambungan. Dalam menyampaikan bahan ajar tersebut, guru
matematika dianjurkan untuk memilih metode mengajar secara fleksibel.
Namun kenyataan dari pengalaman para guru matematika di
SMP Negeri 2 Demak menunjukkan bahwa dalam menyajikan bahan ajar
matematika kepada para siswanya terdapat berbagai kesulitan, khususnya
yang berkaitan dengan pemahaman konsep‐konsep geometri maupun
penyelesaian soal geometri bentuk cerita. Kesulitan guru dalam menjelaskan
siswa tentang cara menyelesaikan soal geometri bentuk cerita adalah meliputi
dalam hal melatih siswa untuk memahami proses pemecahan, terampil
memilih dan mengidentifikasi kondisi serta konsep yang relevan, dan
menentukan teknik yang akan digunakan.
Di sisi lain, tujuan diberikannya mata pelajaran matematika di
SMP antara lain agar siswa mampu menghadapi perubahan keadaan di dunia
yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara
logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif. Hal ini, jelas merupakan
tuntutan yang tidak ringan dan tidak mungkin bisa dicapai hanya melalui
hapalan, latihan soal, dan proses pembelajaran biasa. Untuk memenuhi
tuntutan tujuan tersebut, maka perlu dikembangkan materi serta proses
pembelajaran yang relevan.
Menurut teori belajar yang dikemukakan Gagne 1970
menyatakan bahwa ”ketrampilan intelektual yang tinggi dapat dikembangkan
melalui pemecahan masalah Problem Solving ”. Dalam pembelajaran
matematika dengan problem solving, siswa dihadapkan dengan permasalahan
yang dapat memotivasi siswa untuk ingin tahu dengan melakukan
penyelidikan sehingga dapat menemukan sendiri jawabannya.
Berkaitan dengan pembelajaran geometri di SMP, maka siswa
SMP dituntut mengenal penalaran deduktif aksiomatik. Agar penalaran
tersebut dapat tercapai perlu diupayakan bahwa penyajian materi geometri
matematika baik di dalam kelas maupun dalam buku ajar benar‐benar
diarahkan kepada penataan menalar R. Soedjadi, 2000 . Oleh karena itu guru
matematika harus kreatif serta mampu merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran dengan baik.
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
166
Di samping dapat memilih metode yang tepat, guru matematika
dalam pembelajaran materi geometri dapat juga menggunakan alat bantu ajar
alat peraga . Andreas 2002 menyatalan bahwa, alat peraga diakui oleh
banyak ahli pendidikan memainkan peranan penting dalam efektivitas
pembelajaran. Sedangkan hasil penelitian Sugiarto dan Isti 1999
menunjukkan bahwa pendayagunaan alat peraga sebagai alat bantu ajar dalam
pembelajaran matematika membuat pembelajaran lebih bermakna dan siswa
aktif.
B. Rumusan
Masalah
Bertolak dari latar belakang yang telah diuraikan di muka, maka
dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
“Apakah model pembelajaran problem solving dengan memanfaatkan alat
peraga dapat meningkatkan hasil belajar geometri di kelas VIII B SMP Negeri 2
Demak?”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa model pembelajaran
problem solving dengan memanfaatkan alat peraga dapat meningkatkan hasil
belajar
geometri di kelas VIII B SMP N 2 Demak tahun 2006 2007. D.
Manfaat Penelitian
Hasil ‐hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Guru :
a. Menambah alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam memahami konsep geometri dan menyelesaikan soal
geometri bentuk cerita.
b. Mendapatkan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian tindakan
kelas PTK untuk menimgkatkan kualitas pembelajaran dan profesi guru.
2. Siswa
:
Pend. Matematika
167
a. Menumbuhkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang
berkaitan dengan soal geometri bentuk cerita.
b. Menumbuhkan
kebiasaan bekerja sama dan berkomunikasi dengan teman
dalam kelompoknya. c.
Meningkatkan keaktivan siswa dalam pembelajaran geometri
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian.
Subyek penelitian adalah siswa dan guru mata pelajaran
matematika SMP Negeri 2 Demak kelas VIII B tahun pelajaran 20062007,
yang banyaknya siswa 44 orang.
B. Prosedur Penelitian.
Dalam penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, masing‐masing
siklus dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan
refleksi. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi
partisipatif antara guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 2 Demak
dan peneliti.
Siklus 1
1 Perencanaan a. Guru
dan peneliti secara kolaboratif merencanakan pembelajaran problem
solving dengan memanfaatkan alat peraga pada materi yang akan
diajarakan yaitu “Penerapan Dalil Pythagoras dalam geometri” dengan
membuat rencana pembelajaran. b. Mempersiapkan
sarana pembelajaran yang diperlukan 2 Pelaksanaan
Tindakan
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
168
a. Guru menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran dan
mengacu pada pembelajaran problem solving dengan memanfaatkan
alat peraga.
b. Guru membagi siswa dalam kelompok‐kelompok.
c. Guru membagikan permasalahan, lembar kerja, dan alat peraga yang
dibutuhkan. d. Siswa
menyelesaikan masalah yang diajukan secara kelompok. e. Guru
memberi motivasi siswa untuk melakukan diskusi dalam kelompoknya.
f. Guru melakukan evaluasi terhadap hasil pekerjaan siswa.
g. Pada akhir siklus diadakan evaluasi.
3 Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh peneliti sebagai kolaborator, sebagai berikut :
a. Observasi terhadap siswa
- Peneliti
mengamati komunikasi antar siswa dalam kelompoknya. -
Peneliti mengamati komunikasi guru dan siswa.
- Peneliti
mengamati kerjasama siswa dalam kelompoknya. -
Peneliti mengamati keaktifan siswa dalam pemecahan masalah.
b. Observasi terhadap guru
Peneliti mengamati guru dalam pengelolaan pembelajaran problem
solving dengan memanfaatkan alat peraga.
4 Refleksi Refleksi
merupakan analisis hasil pengamatan, hasil lembar kerja dan evaluasi
dari tahapan‐tahapan pada siklus 1.
Siklus 2
Pada siklus 2 ini, langkah‐langkahnya hampir sama dengan siklus 1.
Namun dalam hal ini kekurangan pada siklus 1 diperbaiki dengan
harapan terjadi peningkatan
Pend. Matematika
169
C. Cara Pengambilan Data
a. Data hasil belajar siswa diambil dari hasil evaluasi.
b. Data tentang proses pembelajaran pada saat dilaksanakannya tindakan
diambil dengan lembar observasi dan lembar kerja.
c. Data tentang refleksi serta perubahan‐perubahan yang terjadi dikelas
diambil dari hasil pengamatan, hasil evaluasi dan diskusi antara guru
dan peneliti.
D. Instrumen Penelitian
1. Lembar permasalahan Siklus 1 dan 2 2. Lembar Kerja Siswa Siklus 1 dan 2
3.Angket Kerja Sama Siswa Dalam Kelompok
4.
Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran
5. Tes akhir siklus
HASIL PENEL1TIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Tahapan penelitian tindakan kelas ini meliputi dua siklus. Dalam
satu siklus terdiri atas tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Hasil masing‐masing tahap disajikan sebagai berikut:
1
.
Pelaksanaan Siklus 1
Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus 1 dilaksanakan tanggal
25 Agustus 2006. Tahapan pada siklus 1 diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan. pelaksanaan tindakan, dan pengamatan seperti yang
dikemukakan di depan
b. Refleksi
Setelah melakukan pengamatan atas tindakan pembelajaran, selanjutnya
diadakan refleksi dari tindakan yang telah dilaksanakan. Dalam kegiatan pada
siklus 1 didapat hasil refleksi sebagai berikut.
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
170
1. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada lembar pengamatan
pembelajaran matematika dengan problem solving dan memanfaatkan
alat peraga oleh guru, diperoleh skor 34, dari skor maksimal 48
2. Komunikasi siswa pada siklus 1 ini sudah baik. skor aktivitas matematika
siswa dalam lembar pengamatan sebesar 13 dari skor maksimal 20
3. Dari hasil angket kerja sama siswa, diperoleh skor 29,8, dari skor
maksimal 40.
4. Hasil evaluasi siswa pada siklus 1, diperoleh nilai rata‐rata 6,26
5. Dari hasil angket refleksi siswa terhadap pembelajaran diperoleh hasil :
bahwa siswa merasa pembelajaran problem solving dengan
memanfaatkan alat peraga ini menyenangkan bagi mereka.
2. Pelaksanaan Siklus 2