kecil dalam keseharian anak. Istilah perkembangan seringkali didampingkan
dengan pertumbuhan. Keduanya memiliki perbedaan yaitu perkembangan
lebih mengarah pada aspek‐aspek mental dan psikologis sedangkan
pertumbuhan lebih mengarah pada aspek fisik.
Menurut Sutarimah A. S.Psi,M.Si dalam makalah perkembangan anak
menyebutkan aspek‐apek perkembangan meliputi:
1. Aspek perkembangan fisik motorik motorik halus dan kasar: berkaitan
dengan gerakan motorik, yaitu gerakan tubuh melalui kegiatan
koordinasi antara syaraf, otot, otak dan sumsum tulang belakang.
2. Aspek perkembangan kognitif : berkaitan dengan proses berfikir
menerima, memproses atau mengolah, menyimpan dan mengeluarkan
kembali informasi dari lingkungan.
3. Aspek perkembangan emosi dan psikososial
Emosi adalah reaksi subyektif terhadap pengalaman antara lain rasa
senang, malu sedih bersalah dan sebagainya
Psikososial berkaitan dengan interaksi anak dengan lingkungannya
misalnya mudah bergaul, cepat beradaptasi dan sebagainya.
Yang seharusnya kita lakukan sebagai insan pendidik pada para balita
adalah memberikan stimulasi yang tepat sesuai dengan tahap perkembangan
usianya. Pengertian stimulasi adalah mendorong atau memotivasi agar mau
melakukan sesuatu yaitu usaha pendidik dalam memberi berbagai program
dorongan agar potensi anak dapat berkembang optimal.
2. Rumusan masalah
Fakta saat ini adalah banyak orang tua yang sibuk berkarier di luar rumah
baik ayah atau ibu sehingga perlu tempat yang kondusif untuk mendampingi
anak ‐anak usia pra‐sekolah 3 – 6 tahun agar dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Perlu ada alternatif model pembelajaran yang menyenangkan
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
204
atraktif, memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba dan
menemukan pemecahannya active learninglearning by doing.
3. Tujuan
Tujuannya adalah untuk membantu meletakkan kemampuan dasar ke
arah optimalisasi perkembangan sikap dan perilaku positif serta potensi lain
yang dimiliki anak agar ia berkembang secara optimal dan mampu menjawab
tantangan jamannya. Inilah yang akan dibahas yaitu model pembelajaran
sentra sebagai alternatif yang bisa diterapkan di lembaga pendidikan pra‐
sekolah.
I. PEMBAHASAN
Model pembelajaran sentra telah dipraktekkan sejak tahun pelajaran 2000‐
2001 di KBTKIT Salman Al Farisi Yogyakarta. Sebelumnya pembelajaran
dilakukan dengan metode klasikal, setelah dievaluasi dirasakan model tersebut
kurang menyenangkan anak, monoton dan tidak interaktif. Beberapa alternatif
dicoba akhirnya menemukan model sentra sebagai pilihan dengan harapan
anak dapat bermain sambil belajar dengan senang, ada kesempatan anak untuk
mencoba dan menemukan pengalaman main serta anak bebas memilih
kegiatan main yang sesuai dengan minatnya. Boleh dikatakan model
pembelajaran sentra adalah model yang ”memanusiakan anak” karena dalam
model ini setiap anak diberi kesempatan dan stimulus yang sesuai dengan
tahap perkembangan usianya saat itu. Setiap potensi apapun yang dimiliki
siswa dihargai oleh guru sebagai anugerah dari Sang Pencipta.
Pend. Matematika
205
2.1 Pengertian Sentra
Sentra atau center berarti pusat, model sentra adalah model pembelajaran
yang terpusat pada satu kegiatan, yang sudah direncanakan sebelumnya untuk
mencapai tujuan tertentu dengan bimbingan seorang guru.
Tujuan umum sentra :
1. anak mampu berkomunikasi dengan benar
2. menumbuhkan kerjasama yang baik
3. mengembangkan fantasi anak
4. mengembangkan perasaan empati anak
5. melatih anak menemukan sesuatu benarsalah
6. mengembangkan dayapikir anak
Aturan umum sentra untuk guru adalah sebagai berikut :
- guru
tidak boleh meninggalkan anak saat kegiatan berlangsung dengan alasan
apapun -
guru meminta bantuan guru pendamping yang lain untuk mengawasi
anak bila hendak meninggalkan ruang sentra
- jika
berhalangan hadir diharapkan memberitahukan sehari sebelum kegiatan
berlangsung -
guru selalu sudah menyiapkan lesson plane rencana pembelajaran
minimal sehari sebelum kegiatan pembelajaran agar apabila yang
bersangkutan berhalangan hadir, guru pengganti dapat menggantikan
dengan melihat lesson plane yang ada
Aturan sentra untuk siswa:
- berbicara
sopan pelan dan bergantian, mendengarkan orang lain -
main ditempatnya
- berjalan
ketika di ruang sentra -
bermain berdua‐dua dan bergantian
- merapikan
mainan setelah bermain
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
206
Ciri ‐ciri yang dimiliki oleh guru sentra:
- memiliki
wawasan yang luas -
kreatif, inovatif dan interaktif
- bukan
satu‐satunya narasumber pembelajaran -
bersedia mengakui kesalahan di hadapan siswa bila memang bersalah
- siap
berkembang dengan selalu meningkatkan keilmuan dan profesionalisme
- menghargai
anak didik, memberi kebebasan, peka -
menguasai materi dan metode mengajar
- ramah
dan sabar -
evaluatif
Keunggulan sentra dibandingkan model pembelajaran yang lain:
1. Mengambil pelajaran dari pembinaan Allah kepada para Nabi dan Rasul‐
Nya Kisah Nabi Ibrahim AS mencari Allah SWT dengan melihat fenomena
alam 2.
Mengikuti sunnah Rasulullah SAW Hadist ” ajaklah anak bermain pada tujuh tahun pertama, ajarilah
mereka adab pada tujuh tahun kedua, dan jadikanlah mereka teman pada
tujuh tahun berikutnya”.
3. Sesuai dengan aturan dan perundang‐undangan di Indonesia
Sesuai dengan CBSA yang diserukan pemerintah pada tahun delapan puluhan.
4. Paling sesuai dengan teori psikologi perkembangan anak
5. Merupakan pelaksanaan Kurikulum Taman Kanak‐Kanak
6. Lebih awal menerapkan kurikulum berbasis kompetensi KBK Muzna
N..
Pend. Matematika
207
Sentra yang diterapkan di KBTKIT Salman Al Farisi 2 Yogyakarta ada 4
sentra reguler yaitu matematika, bahasa, konstruksi, serta seni dan kreatifitas
yang selalu dibuka setiap hari. Tambahan sentra pilihan meliputi sentra
eksplorasi, air pasir, perpustakaan dan komputer yang dibuka hanya pada hari
kamis. Rujukan pengembangan kemampuan dasar anak mengacu pada
kurikulum KBK 2004 Dinas Pendidikan. Konsekwensi model sentra guru harus
menyiapkan berbagai kegiatan main yang bervariasi dengan didukung alat
peraga yang memadai. Alat peraga dapat dibeli di pasaran atau membuat
sendiri yang ini sering dilakukan oleh guru yang ada di KBTKIT Salman Al
Farisi 2. Keuntungannya bila alat peraga dibuat sendiri, guru bisa membuat
sesuai dengan tahapan usia anak dan sesuai dengan visi misi sekolah. Contoh
alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran sentra antara lain:
1. Sentra matematika :
- peraga
membilang buah‐buahan, kancing, kerang, sendok es krim, korek
api -
peraga angka
- pohon
hitung -
peraga timbangan
- peraga
jam -
peraga mengenal ukuran
2. Sentra bahasa:
- peraga
huruf -
peraga gambar seri
- peraga
bermain peran -
peraga swalayan mini
- kartu
kata suku kata awal, suku kata akhir -
kartu gambar
3. Sentra konstruksi:
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
208
- puzle
permanen, kertas -
peraga maze
- balok
- lego
- peraga
geometri -
peraga mengurutkan tinggi‐rendah, berat‐ringan, tebal‐tipis, panjang‐
pendek -
plastisin 4. Sentra
seni dan kreatifitas: -
manik ‐manik berbagai ukuran dan bentuk
- kuas,
pewarna cat asturo, crayon, pensil warna, arang , palet -
buku mewarnai
- gunting,
lem -
alat peraga musik
Gambar contoh alat peraga sentra dapat dilihat pada foto‐foto di bawah ini.
Contoh peraga seni dan kreatifitas
Pend. Matematika
209
Contoh Peraga Sentra Matematika
Contoh Peraga Sentra Bahasa
Contoh Peraga Sentra Konstruksi Contoh Peraga Sentra Air Pasir
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
210
2.2 Peran guru dalam proses pembelajaran
‐ Guru sebagai demonstrator : guru hendaknya menguasai bahan atau materi
yang akan disampaikan kepada siswa. ‐ Guru sebagai mediator dan fasilitator : guru hendaknya memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media, karena media
merupakan alat komunikasi untuk mengefektifkan proses pembelajaran.
Guru juga mampu mengusahakan sumber belajar baik berupa nara
sumber, buku referensi, majalah dan sebagainya.
‐ Guru sebagai evaluator: guru mampu mengadakan evaluasipenilaian untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan tercapai atau belum;
tujuan lainnya adalah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam
kelas Moh. Uzer Usman.
2.3 Proses pembelajaran sentra
Kegiatan sentra dimulai pada pukul 09.50.00 wib setelah anak‐anak istirahat
pagi makan snak dan bermain bebas berakhir sampai dengan 11.00 wib.
Pembelajaran dimulai dengan :
1. Masa transisi: siswa dikumpulkan kembali untuk dipersiapkan
mengikuti kegiatan selanjutnya di dalam ruang sentra yang sudah
disiapkan oleh guru sebelumnya.
2. Saat lingkaran awal sebelum kegiatan : guru dan siswa duduk
melingkar di atas karpet, guru memberikan apersepsi dan penjelasan
tentang kegiatan yang akan dilakukan pada saat ini.
3. Saat bermain di sentra : siswa dipersilahkan untuk memilih kegiatan
mana yang diminati, sesuai dengan aturan main yang sudah
disampaikan di atas.
Pend. Matematika
211
4. Saat lingkaran akhir sesudah kegiatan : guru dan siswa kembali duduk
melingkar di karpet, guru mengulas dan mengevaluasi tentang kegiatan
yang sudah dilakukan oleh siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004, Makalah Pengelolaan Kelas, Materi Kursus Singkat Yayasan
Salman Al Farisi Yogyakarta
Ampuni S., 2006, Makalah Perkembangan Anak, Diklat Pengelola PAUD Dinas
Pendidikan Propinsi DIY
M. Nurhayati, 2001, Makalah Program Sentra, Yayasan Salman Al Farisi
Yogyakarta M.
Uzer Usman, 1999, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
212
Dipresentasikan dalam SEMNAS Matematika dan Pendidikan Matematika 2007 dengan tema “Trend Penelitian Matematika dan Pendidikan Matematika di Era Global” yang
diselenggarakan oleh Jurdik Matematika FMIPA UNY Yogyakarta pada tanggal 24 Nopember 2007
Upaya ‐Upaya Mengembangkan Kecerdasan LogicalMathematical
Pada Pembelajaran Terpadu Model Webbed Berbasis Kecerdasan Jamak
Di TKIT Salman Al Farisi Ii Yogyakarta
Studi Eksplorasi
Oleh :
Caturiyati, Kana Hidayati, Himmawati PL
Jurdik Matematika FMIPA UNY
ABSTRAK
Salah satu kecerdasan anak adalah kecerdasan logicalmathematical. Kecerdasan
logicalmathematical anak sebagai salah satu komponen kecerdasan jamak yang penting bagi masa depan
anak perlu untuk dikembangkan sejak usia dini. Kecerdasan logicalmathematical seorang anak diantaranya
meliputi kemampuan berpikir secara induktif dan deduktif, pola‐pola abstrak, angka dan bilangan, serta
berpikir ilmiah. Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam
penyelenggaraan proses pembelajaran yang memadukan secara sistematis dan holistik upaya‐upaya
pengembangan rumpun‐rumpun pengembangan anak usia dini. Salah satu model pembelajaran terpadu,
yaitu model webbed adalah suatu model pembelajaran yang memadukan pembelajaran dan
pengembangan anak dalam suatu tema yang dapat memayungi beberapa bidang studi.
TKIT Salman Al Farisi 2 adalah salah satu TK yang menerapkan pembelajaran terpadu model
webbed ini. Sebab pembelajaran pada TKIT Salman Al Farisi 2 terfokus pada kelas‐kelas sentra, selain itu
TKIT Salman Al Farisi 2 juga menerapkan pembelajaran bertema dimana tema‐tema tersebut menjadi
panduan bagi kelas‐kelas sentra untuk melaksanakan pembelajaran. Perlu kiranya untuk mengetahui
sejauh mana TKIT Salman Al Farisi 2 dengan pembelajaran terpadu model webbednya dapat
mengoptimalkan pengembangan kecerdasan logicalmathematical anak usia dini. Seperti apa saja upaya
yang dapat dan telah dilakukan oleh TKIT Salman Al Farisi untuk mengembangkan kecerdasan
logicalmathematical anak usia dini.
Penelitian eksplorasi pada pembelajaran terpadu model webbed berbasis kecerdasan jamak yang
diselenggarakan oleh TKIT Salman AL Farisi 2 menunjukan bahwa upaya‐upaya untuk mengembangkan
kecerdasan logicalmathematical anak telah dilakukan.
Kata
kunci : kecerdasan logicalmathematical, model webbed, kecerdasan jamak
A. Pendahuluan
Anak usia taman kanak‐kanak yakni usia 4 sampai dengan 5 atau 6
tahun merupakan usia yang mengandung masa keemasan bagi perkembangan
fisik dan mental seorang anak. Pada masa ini seorang anak sangat sensitif
terhadap segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya. Kondisi anak
pada usia ini dapat diibaratkan dengan sepotong karet busa yang menyerap air
sepenuhnya dengan tidak mempedulikan apakah air tersebut kotor atau bersih.
Oleh sebab itu masa kanak‐kanak adalah masa yang sangat berpengaruh bagi
perkembangan anak di masa depan. Ini berarti kesuksesan anak dalam
melampaui masa ini menjadi fondasi bagi kesuksesan anak tersebut di masa
yang akan datang.
Secara umum perkembangan fisiologis anak usia taman kanak‐kanak
sangat berkaitan dengan perkembangan fisik yang mencakup perkembangan
otak dan susunan syaraf pusat. Berat otak anak usia taman kanak‐kanak telah
mencapai 90 dari berat otak orang dewasa. Sejalan dengan itu susunan
syaraf pusat turut pula berkembang sehingga membuat anak mampu
memfungsikan fungsi susunan syaraf pusat dalam melakukan berbagai
kegiatan perkembangannya Papalia Olds, 1995: 221. Adapun
perkembangan daya pikir atau kognitif anak usia taman kanak‐kanak berada
dalam fase pra operasional yang memiliki ciri‐ciri sebagai berikut: 1
Berpikir egosentris, artinya belum dapat menerima cara berpikir orang lain. Hal
ini menyebabkan anak tidak dapat menerima atau memandang suatu
permasalahan dari sudut pandang orang lain, 2 Berpikir simbolik artinya
mampu menghadirkan objek‐objek di dalam pikirannya walaupun objek
tersebut secara fisik tidak hadir, 3 Intuitif dapat memecahkan masalah secara
intuitif yaitu dengan cara‐cara yang tidak dapat dijelaskannya. Piaget, 1974 :
49 ‐91
Perkembangan psikososial anak menyangkut perkembangan moral,
sikap dan perilaku. Psikososial anak usia taman kanak‐kanak berada dalam fase
inisiatif vs rasa bersalah Ericson dalam Seefeltd Barbour, 1994 : 52‐55, Papalia
Olds, 1995 : 27‐28. Anak usia taman kanak‐kanak telah dapat bersosialisasi dengan
orang‐orang disekitarnya seperti, kakak dan adiknya, saudara sepupu, teman
dan orang‐orang lainnya. Perkembangan emosi anak usia taman kanak‐ kanak
telah berada dalam fase mampu mengendalikan emosi, mematuhi disiplin,
memahami nilai‐nilai baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, serta memahami
fungsi jender Seefeltd Barbaour, 1994: 52‐55.
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
214
Perkembangan kemampuan bahasa anak usia dini, khususnya anak usia taman
kanak‐kanak telah berada dalam fase ekspresif. Fase ini diawali dengan fase
reseptif yaitu kemampuan untuk mendengar dan merekam bahasa dan percakapan
yang didengar. Kemampuan ini mendasari kemampuan bahasa ekspresif
yaitu kemampuan untuk menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan
menyatakan keinginan atau penolakan Papalia dan Olds, 1995: 222, Papalia
dan Olds, 1989: 420 Pada usia taman kanak‐kanak, anak telah menguasai
+ 2500 kosa kata yang mencakup : bentuk, warna, warna dan bentuk,
rasa, bau, kecantikan, suhu, perbedaan, perbandingan jarak, permukaan;
halus dan kasar. Anak usia taman kanak‐kanak sudah dapat berperan
sebagai pendengar yang baik, dapat berpartisipasi dalam percakapan, dapat
memberikan komentar dan tanggapannya terhadap apa yang di dengar dan
yang dilihatnya. Perkembangan
seni pada anak usia dini merupakan akibat langsung dari perkembangan
‐perkembangan yang terjadi dalam bidang fisik, kognitif, psikososial,
bahasa dan komunikasi. Anak usia taman kanak‐kanak ditinjau dari
bidang seni telah dapat mengekspresikan seni melalui berbagai aktivitas seni
seperti menggambar, merajut, meronce, musik, tari dan sudah dapat menghargai
dan menghayati karya seni Seefeltd Barbaour, 1994: 373‐410 Kecerdasan
jamak atau multiple inteligences atau intelligensi jamak
merupakan perkembangan mutakhir dalam bidang intelligensi yang
menjelaskan hal‐hal yang berkaitan dengan jalur‐jalur yang digunakan oleh
manusia untuk menjadi cerdas Lazear, 2000: 7. Oleh sebab itu perkembangan
kecerdasan jamak berlangsung sejalan dengan perkembangan anak dalam
aspek ‐aspek fisiologis, kognitif, seni, bahasa dan komunikasi, serta
perkembangan psikososial anak. Secara rinci kecerdasan jamak meliputi
kecerdasan ‐kecerdasan: visual, logicalmathematical, spatial, naturalist, rytmic
Pend. Matematika
215
musical, intrapersonal, interpersonal, spiritual, bodily kinesthetics, dan
verballinguistic. Berkaitan
dengan kecerdasan logicalmathematical seorang anak di antaranya
meliputi kemampuan berpikir secara induktif dan deduktif, pola‐ pola
abstrak, angka dan bilangan, serta berpikir ilmiah. Adapun anak yang menonjol
kecerdasan logikamatematikanya memiliki ciri‐ciri sebagai berikut: 1
Mengingat pola‐pola abstract, 2 Mengemukan alasan‐alasan logis secara induktif,
3 Mengemukakan alasan–alasan logis secara deduktif, 4 Memahami hubungan
‐hubungan sebab–akibat, 5 Menghitung di luar kepala secara cepat, 6
Menikmati bahasa komputer, 7 Senantiasa bertanya, mengapa ini, itu dll., 8 Senang
bermain catur dan permainan strategi lainnya, 9 Menjelaskan masalah secara
logis, 10 Melakukan uji coba dan bereksperimen, 11 Mengerjakan teka teki
silang yang logis, 12 Suka menyusun kategori dan hirarki, 13 Mudah memahami
peristiwa sebab‐akibat, dan 14 Menyenangi pelajaran Matematika. Apabila
seorang anak memiliki kecerdasan logicalmathematical yang baik maka kondisi
ini tentu saja diharapkan akan sangat berpengaruh bagi kebaikan kehidupan
masa depannya. Saat
ini telah banyak berkembang adanya taman‐kanak‐kanak yang menerapkan
konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran
yang mengaplikasikan kurikulum yang mengintegrasikan upaya
‐upaya pengembangan kompentensi anak yang terdapat dalam satu rumpun
atau beberapa rumpun bidang pengembangan anak usia dini, khususnya
anak usia taman kanak‐kanak atau dapat dikatakan pembelajaran terpadu
ini berbasis integrated competences based curriculum Fogarty, 1991. Selain
itu, pembelajaran terpadu juga merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang digunakan dalam penyelenggaraan proses pembelajaran yang
memadukan secara sistematis dan holistik upaya‐upaya pengembangan
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
216
rumpun ‐rumpun pengembangan anak usia dini. Dengan kata lain
pembelajaran terpadu juga menerapkan integrated day activities
Bentuk ‐bentuk pembelajaran terpadu menurut Fogerty 1991 ada 10
model yakni model fragmented, model connected, model nested, model sequenced,
model shared, model webbed, model threaded, model integrated, model immersed dan
model networked. Salah satu model yang banyak digunakan adalah model webbed
atau model jaringan laba‐laba. Model webbed digunakan apabila materi
pembelajaran dan pengembangan anak dipadukan dalam suatu tema yang
dapat memayungi beberapa bidang studi, khusus di taman kanak‐kanak
biasanya dikenal dengan bidang pengembangan. Hubungan antar bidang studi
diwujudkan dalam bentuk jaringan yang saling berhubungan dalam bentuk
jaringan laba‐laba.
Berdasarkan uraian di atas, berkaitan dengan pengembangan kecerdasan
logicalmathematical sebagai salah satu komponen kecerdasan yang penting bagi
masa depan seorang anak maka perlu adanya penelitian yang mengungkap
sejauh mana pengembangan kecerdasan ini telah dilakukan. Oleh karena itu
penelitian ini akan mengungkap tentang bagaimana pengembangan kecerdasan
logicalmathematical khususnya pada pembelajaran terpadu yang menggunakan
model webbed berbasis kecerdasan jamak. Penelitian difokuskan pada upaya
yang dilakukan, kendala yang dihadapi dan usaha mengatasai kendala yang
ada.
Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak‐Kanak Islam Terpadu Salman
Al Farisi II Yogyakarta mengingat TKIT ini telah menerapkan pembelajaran
terpadu berbasis kecerdasan jamak multiple intelligences dengan menggunakan
model webbed.
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah untuk
mengeksplorasi upaya‐upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan kecerdasan logicalmathematical pada pembelajaran terpadu
Pend. Matematika
217
model webbed berbasis kecerdasan jamak di Taman Kanak‐Kanak? Penelitian
ini sangat penting, karena di usia ini perkembangan otak seorang anak sedang
maksimal, sehingga perlu adanya pengoptimalan pengembangan kecerdasan
logicalmathematical
nya. B. Kajian
Pustaka
Anak usia taman kanak‐kanak adalah anak yang berusia 4 – 5 atau 6 tahun.
Secara umum perkembangan anak usia ini meliputi perkembangan fisiologis,
kognitif, psikososial, bahasa dan komunikasi, dan seni.
1. Perkembangan Fisiologis
Perkembangan fisiologis berkaitan dengan perkembangan fisik yang meliputi
perkembangan otak dan susunan syaraf pusat. Berat otak anak usia taman
kanak‐kanak telah mencapai 90 dari berat otak orang dewasa. Adapun susunan
syaraf pusat juga berkembang sehingga membuat anak mampu memfungsikan
fungsi susunan syaraf pusat dalam melakukan berbagai kegiatan
perkembangannya Papalia dan Olds, 1995 : 221. Perkembangan
fisiologis menyangkut pula perkembangan gerakan fisik yang
berkaitan gerakan motorik kasar seperti berdiri, berlari, melompat, mendorong,
dan lain‐lain. Perkembangan gerakan fisik juga berkaitan dengan gerakan
motorik halus seperti menggunakan jari‐jari untuk memegang, menjimpit
benda, membuka halaman buku, dan sebagainya. Perkembangan fisiologis
juga menyangkut perkembangan kelenturan koordinasi gerakan motorik
dan visual, seperti mengkoordinasikan gerakkan mata dan tangan pada
waktu membaca atau menulis dan melakukan berbagai kegiatan akademik
lainnya. serta pertambahan tinggi dan berat badan Papalia dan Olds, 1995
: 220, Papalia dan Olds, 1989: 415.
SEMNAS Matematika dan Pend. Matematika 2007
218
2. Perkembangan Kognitif Kognitif atau daya pikir anak usia taman kanak‐kanak berada dalam fase
pra operasional Piaget, 1974 : 49‐91 dengan ciri‐ciri sebagai berikut :
1. Berpikir egosentris, artinya belum dapat menerima cara berpikir orang lain.
2. Berpikir simbolik artinya mampu menghadirkan objek‐objek di dalam
pikirannya walaupun objek tersebut secara fisik tidak hadir. 3. Intuitif artinya
dapat memecahkan masalah secara intuitif yaitu dengan cara‐cara yang tidak
dapat dijelaskannya .
Dengan demikian, kemampuan kognitif anak usia taman kanak‐kanak
mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengingat objek, peristiwa
dan orang yang telah diketahui sebelumnya, dan menghadirkan objek,
peristiwa dan orang‐orang di dalam pikirannya, mulai memahami proses
konservasi yaitu perubahan yang menyangkut berat, ukuran dan jumlah,
memahami konsep bilangan dan angka, mampu menghubungkan dan
membandingkan objek, peristiwa dan orang‐orang berdasarkan hubungan
sebab akibat atau ukuran, bentuk dan jumlah, mampu mengelompokkan objek,
peristiwa dan orang‐orang sesuai dengan klasifikasinya, memahami bahwa
simbol ‐simbol tertentu mengandung arti dan bermakna Papalia dan Olds, 1995
: 212‐224, Papalia dan Olds, 1989 : 420.
3. Perkembangan Psikososial