PengamatanObservasi Pengumpulan Data Primer

52 operator danatau pihak manajemen yang berkaitan dengan sistem atau alat yang sedang diaudit energinya. Pengamatan atau observasi dilakukan terhadap kondisi dan operasional peralatan. Pada saat melakukan observasi secara visual ini jika diperbolehkan oleh auditee sekaligus juga dilakukan perekaman data dalam bentuk foto danatau video. Hal ini akan sangat berguna sebagai data pendukung pada saat tahap analisis. Di samping analisis berdasarkan data hasil pengukuran, analisis berdasarkan observasi visual juga dilakukan, yaitu meliputi: a Kondisi peralatan; b Kewajaran operasi peralatan; c Ketersediaan Standard Operating Procedure SOP dan kepatuhan operator; d Indikator-indikator pemborosan energi; e Aliran proses dan setting operasi; f Penerapan kaidah-kaidah efisiensi energi; g Keberadaan dan kondisi alat ukur yang terpasang.

C. Wawancara

Selain itu data primer juga diperoleh melalui metode wawancara interview. Cara ini dilakukan untuk menggali lebih dalam mengenai status manajemen, pengoperasian, dan pemeliharaaan peralatan. Wawancara dilakukan terhadap pihak-pihak terkait yang dianggap perlu dan memiliki peran signifikan terhadap penggunaan energi maupun implementasi sistem manajemen energi. Hal-hal yang dapat digali melalui wawancara, antara lain: a Cara pengoperasian peralatan; b Permasalahan dalam pengoperasian; c Pembinaan kompetensi pegawai; d Temuan-temuan di lapangan.

2.3.2.2. Pengumpulan Data Sekunder

Pengertian data sekunder adalah data yang diperoleh dari operator atau pihak manajemen yang sudah diolah. Contohnya, seperti data primer di atas, yaitu: laju alir air umpan boiler, temperatur uap steam, laju alir uap dari boiler, komposisi gas buang boiler, namun yang telah ditabulasikan atau dibukukan oleh pabrik tersebut, misal selama 1 tahun terakhir. Termasuk data sekunder adalah data spesifikasi peralatan misalnya boiler serta peralatan pendukungnya. Data sekunder diperoleh dengan meminta salinan copy dokumen kepada pihak pabrik atau industri. Selain itu sering digunakan cara memberikan daftar pertanyaan atau kuesioner. Lazimnya kuesioner memang diberikan kepada pihak industri atau pabrik untuk diisi. Namun akan lebih efektif bila dapat diisi sendiri oleh auditor. Untuk itu 53 kegiatannya dapat digabung pada saat wawancara. Jadi, sambil melakukan wawancara sekaligus mengisi kuesioner. Cara seperti ini di samping lebih efektif, juga tidak merepotkan pihak pabrik yang sudah sibuk dengan aktivitas hariannya. Apabila pertanyaan di dalam kuesioner tersebut menyangkut pengisian data konsumsi energi secara serial, misal konsumsi minyak residu per bulan selama 3 tahun terakhir, maka auditor dapat meminta salinan copy tabulasi data tersebut kepada pihak pabrik. Dengan mengingat waktu yang dialokasikan untuk pengukuran data primer dan sekunder relatif singkat maka setiap koordinator subtim audit energi harus mampu memperkirakan waktu yang diperlukan untuk pengisian kuesioner ini. Dapat juga kuesioner dikirimkan kepada pihak industri sebelum waktu pelaksanaan pengumpulan data primer dan sekunder. Atau, pada hari pertama di pabrik – saat akan memulai pelaksanaan pengumpulan data primer dan sekunder – kuesioner tersebut diserahkan kepada pihak industri. Hal yang perlu diperhatikan adalah setiap data sekunder yang didapatkan harus dikonfirmasi kepada auditee bahwa data tersebut merupakan data dengan sumber data yang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti halnya pada saat pengumpulan data primer, maka untuk pengumpulan data sekunder pun masing-masing subtim audit energi agar berpedoman kepada Lembar-lembar Isian yang bersesuaian. Misalnya, untuk Subtim Sistem Kelistrikan berpedoman kepada Lembar Isian Sistem Kelistrikan Lampiran 1-3, Subtim Sistem Boiler berpedoman kepada Lembar Isian Sistem Boiler Lampiran 1-4, demikian seterusnya.

2.3.3. Verifikasi Hasil Pengumpulan Data Primer dan Sekunder

Pada prinsipnya pelaksanaan verifikasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh – baik data primer maupun sekunder – adalah data yang valid, lengkap, dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian data tersebut layak untuk digunakan pada tahap analisis. Masing-masing subtim audit energi harus melaksanakan tahapan ini. Verifikasi data meliputi pula kuantitasnya di samping kualitas. Sehingga pada saat dilakukan analisis atau perhitungan tidak mengalami kekurangan data. Sebagaimana diketahui bahwa setelah menyelesaikan kegiatan pengumpulan data primer dan sekunder, umumnya atau pada prinsipnya segenap anggota Tim Audit Energi meninggalkan lokasi pabrik dan kembali ke kantor atau institusi asalnya. Di kantor inilah tahap analisis dilakukan. Hal seperti ini berisiko terjadi kekurangan data atau terdapat data yang kurang jelas. Bila hal tersebut sampai terjadi maka hal yang harus dilakukan adalah datang kembali ke pabrik untuk menanyakan data yang kurang jelas itu, atau bahkan melakukan pengukuran ulang. Guna menghindari kejadian harus datang kembali ke pabrik maka perlu ditempuh satu langkah penting, yaitu verifikasi data.