Data Sekunder yang Dibutuhkan Cara Pengumpulan Data

417 best practice yang telah berjalan di plant, titik fokus area yang terdapat potensi penghematan energi, evaluasi sesaat pola operasi dan pemeliharaan, dan kondisi eksisting kinerja peralatan yang ada. 9 9 . . 6 6 . . A A N N A A L L I I S S I I S S Tujuan pertama analisis ini adalah menghitung efisiensi pompa pada saat dilakukan pengukuran. Harga efisiensi ini kemudian dibandingkan dengan kondisi desain atau hasil uji kinerja pada saat “komisioning”. Apabila efisiensi hasil audit energi ini jauh di bawah efisiensi hasil “komisioning” maka dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan dan perbaikan. Tujuan kedua adalah untuk mendapatkan neraca energi sistem. Neraca energi ini memberikan banyak informasi yang sangat berguna untuk mencari alternatif- alternatif penghematannya. Pelaksanaan analisisnya mengacu pada uraian di Subbab 9.2.

9.6.1. Justifikasi Finansial dan Pertimbangan LCC

Sebagaimana diuraikan pada Subbab 9.2, justifikasi finansial dan pertimbangan Life Cycle Cost LCC merupakan pola yang mengawali analisis pada sistem pompa. Langkah awal ini akan menjadikan hasil audit energi pada sistem pompa menjadi terukur dengan berbasis segi pembiayaan.

9.6.2. Pendekatan Prescreening dan Evaluasi Awal

Terhadap sistem dilakukan initial prescreening, secondary prescreening, dan evaluasi serta kuantifikasi potensi penghematan energibiaya yang akan didapatkan

9.6.3. Analisis Komponen Sistem

Sebagaimana dibahas di dalam Sub-subbab 9.2.1, analisis dilakukan terhadap komponen atau subsistem, meliputi: a. Adjustable Speed Drive untuk motor pompa b. Rugi-rugi pada motor pompa c. Rugi-rugi pada pompa

9.6.4. Analisis Sistem Fluida

Dilakukan optimasi sistem fluida lihat Sub-subbab 9.2.2.

9.6.5. Optimasi Sistem

Analisis optimasi sistem dengan mengacu pada uraian di dalam Sub-subbab 9.2.3 hingga 9.2.5. 418 9 9 . . 7 7 . . P P E E N N Y Y U U S S U U N N A A N N L L A A P P O O R R A A N N Penyusunan laporan audit energi pada sistem pompa bergantung pada lingkup audit energi yang dilakukan. Umumnya audit energi pada sistem pompa merupakan bagian dari suatu audit energi rinci. Artinya, di samping sistem pompa yang diaudit, terdapat juga misalnya sistem-sistem kelistrikan, boiler, turbin-generator, dan lain- lainnya. Namun dapat terjadi suatu pabrik menginginkan sistem pompanya saja yang diaudit.

9.7.1. Sebagai Bagian Dari Audit Energi Rinci

Dalam buku ini audit energi pada sistem pompa merupakan bagian dari audit energi rinci di industripabrik. Dengan demikian laporan yang disusun juga merupakan bagian dari suatu laporan gabungan. Contoh kerangka dan format laporannya dapat dilihat pada Gambar 9-23. Sedangkan untuk format penulisan nama tabel, gambar, dan catatan kaki dapat dilihat pada Gambar 9-24. Huruf “X” pada judul laporan Gambar 9-23 adalah urutan bab pada sistem pompa. Misalnya, laporan untuk audit energi pada sistem pompa berada pada urutan ke-9 , maka ini berarti huruf “X” diganti dengan angka 9 atau V. Dengan demikian judul laporan menjadi: Bab 9 atau Bab IX Sistem Pompa. Hal utama yang mesti dituliskan di dalam laporan meliputi: a. Deskripsi atau Tinjauan Sistem Pompa Di sini diuraikan hal-ikhwal mengenai sistem pompa di pabrik tersebut, mulai dari sisi “produsen”, dilanjutkan dengan jaringan distribusinya, hingga sisi “konsumen” yakni peralatan utama yang mengkonsumsi fluida. Selain itu juga status konsumsi energi saat ini, dan beberapa lainnya. b. Lingkup Audit Energi pada Sistem Pompa Dijelaskan seberapa rinci lingkup kegiatan yang dilakukan. c. Peralatan Audit Energi Dijelaskan jenis dan jumlah peralatan yang digunakan dalam melakukan audit energi, meliputi: peralatan ukur, pendukung, dan K-3. d. Pengukuran dan Analisis Di sini diuraikan di titik atau lokasi mana saja pengukuran dilakukan. Selain itu juga dijelaskan pengukuran yang dilakukan secara sinambung on-line dan sesaat. Selanjutnya diuraikan analisis danatau perhitungan yang dilakukan atas data hasil pengukuran. Butir penting dalam analisis adalah potensi penghematan energi yang diuraikan secara kuantitatif. Kemudian, potensi penghematan energi ini “dikonversi” menjadi potensi penghematan biaya. Bila dipandang perlu, dilengkapi pula dengan analisis awal tekno ekonomi. e. Kesimpulan dan Rekomendasi Disampaikan kesimpulan dan rekomendasi-rekomendasinya. 419 Gambar 9-23. Contoh kerangka dan format laporan untuk audit energi pada sistem pompa yang merupakan bagian dari audit energi secara keseluruhan di pabrik. 9.7.2. Audit Energi Haya Pada Sistem Pompa Sebagaimana disampaikan di atas, terbuka kemungkinan sebuah industri atau pabrik minta dilakukan audit energi hanya pada sistem pompanya saja. Dengan demikian laporan yang disusun pun berbeda. Bukan merupakan bagian dari suatu laporan gabungan, melainkan sebuah laporan tersendiri, yang hanya mengulas ikhwal sistem pompa, mulai dari pendahuluan, persiapan, pengukuran, analisis, hingga kesimpulan dan rekomendasi. Contoh kerangka laporannya dapat dilihat pada Gambar 9-25. Di sini dituliskan pengantar terhadap sistem pompa yang akan dibahas. X.1. DESKRIPSI SISTEM POMPA DI … [nama pabrik atau PT ...] Di sini diuraikan penjelasan sistem pompa secara umum: kondisi operasi sistem berdasarkan diagram alirnya, dsb. X.1.1. Jumlah dan Spesifikasi Pompa X.1.2. Status Pengoperasian Status konsumsi energi, perawatan, … X.1.3. .... X.2. LINGKUP AUDIT ENERGI X.3. PERALATAN AUDIT ENERGI X.3.1. Peralatan Ukur X.3.2. Peralatan Pendukung X.3.3. Peralatan K-3 X.4. PENGUKURAN DAN ANALISIS X.4.1. …. X.4.2. …. X.4.3. …. X.4.4. …. X.5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEPUSTAKAAN LAMPIRAN Catatan: a. Ukuran kertas: A-4. Margin: kiri 2,5 cm, kanan 2 cm, atas 2 cm, dan bawah 2 cm. Keseluruhan Naskah : 1,5 Spasi b. Huruf X adalah nomor bab yang ditentukan. Misal, laporan sistem pompa adalah Bab 9, maka X diganti dengan angka 9. BAB X SISTEM POMPA JUDUL BAB: Jenis : Arial Ukuran : 20 Tipe : Tebal Huruf Besar Semua Kalimat Pembukaan Sekitar 3 alinea Arial, 11, Regular, JUDUL SUBBAB: Arial, 12, Tebal Huruf Besar Semua Judul Sub-subbab: Arial, 12, Tebal, Huruf Besar pada setiap awal kata NaskahIsi Tulisan Arial, 11, Regular, Huruf Besar dan kecil 0,5 420 Garis besar uraian pada masing-masing Bab adalah sebagai berikut: a. Kata Pengantar Pada prinsipnya menguraikan secara singkat latar belakang dan tujuan dilaksanakan kegiatan audit energi ini. Disarankan hanya 1 lembar saja. b. Ringkasan Eksekutif Menyarikan hal-hal yang dituliskan di dalam kesimpulan dan rekomendasi. Sesuai dengan sebutannya “eksekutif” maka disarankan Ringkasan Eksekutif ini dibuat hanya 1 lembar saja. Gambar 9-24. Contoh format dalam penulisan nama tabel, gambar, dan catatan kaki. 421 c. Pendahuluan Disampaikan: identitas perusahaan nama, alamat, barang yang diproduksi beserta kapasitas produksinya, status terkini penyediaan dan konsumsi energi energi listrik, uap, dan jenis lainnya bila ada, dan hal-hal lain bila dipandang perlu. d. Deskripsi Sistem Pompa e. Lingkup Audit Energi pada Sistem Pompa f. Peralatan Audit Energi g. Pengukuran dan Analisis h. Kesimpulan dan Rekomendasi Gambar 9-25. Contoh kerangka dan format laporan untuk audit energi hanya pada sistem pompa di industri. KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Identitas Perusahaan 1.2. Status Penyediaan dan Konsumsi Energi 1.3. ……………… BAB 2 DESKRIPSI SISTEM POMPA DI … [nama pabrik atau PT ...] 2.1. Jumlah dan Spesifikasi Pompa 2.2. Status Pengoperasian 2.3. ………………. BAB 3 LINGKUP AUDIT ENERGI BAB 4 PERALATAN AUDIT ENERGI 4.1. Peralatan Ukur 4.2. Peralatan Pendukung 4.3. Peralatan K-3 BAB 5 PENGUKURAN DAN ANALISIS 5.1. ……… 5.2. ……… 5.3. ……… BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan 6.2 Rekomendasi KEPUSTAKAAN LAMPIRAN Catatan: a. Ukuran kertas: A-4. Margin: kiri 2,5 cm, kanan 2 cm, atas 2 cm, dan bawah 2 cm. Keseluruhan Naskah : 1,5 Spasi b. Secara umum, huruf untuk naskah atau isi tulisan: arial, font 11, regular. c. Kata-kata yang berasal dari bahasa asing dicetak miring. DAFTAR ISI Arial, 20, Tebal, Huruf Besar Semua Arial, 11, Tebal, Huruf Besar Semua Arial, 11, Tebal, Huruf Besar dan Kecil 422 D D A A F F T T A A R R P P U U S S T T A A K K A A [1] American Council for Energy Efficiency Economy. www.aceee.org [2] ASME EA-2-2009: Energy Assessment for Pumping System [3] Bureau of Energy Efficiency, Ministry of Power, India. 2004. Pumps and Pumping Systems. In: Energy Efficiency in Electrical Utilities, chapter 6. [4] http:www1.eere.energy.govindustrybestpracticestraining.html [5] PSO training, UNIDO 2012 [6] Sahdev, M. Centrifugal Pumps: Basic concepts of operation, maintenance and trouble shooting, Part I. Presented at The Chemical Engineers’ Resource Page. www.cheresources.com. [7] US Department of Energy US DOE, Office of Industrial Technologies. Improving Pump System performance, A Source Book for Industry. As part of: Motor Challenge Program. 1999 http:www1.eere.energy.govindustry bestpracticestechpubs_motors.html [8] US Department of Energy DOE, Office of Industrial Technologies. Pump Life Cycle Costs: A guide to LCC analysis for pumping systems. DOEGO-102001- 1190. 2001. http:www1.eere.energy.govindustrybestpracticestechpubs_ motors.html [9] US Department of Energy US DOE, Office of Industrial Technologies. Variable Speed Pumping – A Guide to Successful Applications. Executive Summary. 2004. http:www1.eere.energy.govindustrybestpracticestechpubs_motors. html 423 Hariyanto Hadi Surachman aiknya biaya energi dalam struktur biaya di industri dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama, terjadinya kenaikan harga energi bahan bakar danatau listrik. Kedua, terjadi ketidakefisienan pada peralatan atau sistem dalam proses pengubahan konversi energi. Industri akan semakin terbebani biaya energi apabila yang terjadi adalah kombinasi dari dua hal tersebut di atas, yakni kondisi ketidakefisienan pada peralatan atau sistem dan kenaikan harga energi. Hal atau faktor yang pertama, yaitu terjadi kenaikan harga energi dapat disebut sebagai faktor eksternal. Industri dapat dikatakan “tidak dapat berbuat apa-apa” selain “ikut saja” atas kenaikan harga energi. Meskipun demikian tetap terbuka kemungkinan atau peluang bagi industri untuk mempertahankan persentase biaya energi pada tingkat yang wajar tanpa menurunkan produktivitas dan kualitas produknya. Lain halnya dengan hal yang kedua, yakni terjadi ketidakefisienan pada peralatan atau sistem yang dapat disebut sebagai faktor internal. Industri dapat berbuat “banyak” untuk mengurangi hingga ke tingkat maksimal ketidakefisienan tersebut. N 424 Ketidakefisienan antara lain dapat direduksi dengan mengganti peralatan yang sudah tua, memperbaiki cara pengoperasian peralatan, atau melakukan modifikasi desain pabrik. Hal-hal tersebut di atas akan relatif mudah dilaksanakan apabila di industri tersebut sudah diterapkan sistem manajemen energi. Sebagaimana sistem manajemen lainnya yang kita ketahui maka pada sistem manejemen energi juga diterapkan pendekatan siklus PDCA, yaitu Plan – Do – Check – Action. Melalui pendekatan ini maka proses pengubahan energi di pabrik senantiasa diikuti dengan seksama. Kalangan industri di tanah air dewasa ini sudah mulai menerapkan sistem manajemen energi. Namun demikian tampaknya masih banyak yang belum berkesempatan untuk menerapkannya. Di sisi lain, pemerintah telah memberlakukan ketentuan penerapan sistem manajemen energi, khususnya bagi industri yang masuk kategori “besar”, yakni dengan konsumsi energi total 6.000 enam ribu setara ton minyak per tahun. Naskah berikut mengulas aspek sistem manajemen energi di industri, termasuk langkah-langkah yang mesti dilakukan manakala melakukan audit energi pada sistem manajemen energi. 1 1 . . 1 1 . . T T I I N N J J A A U U A A N N U U M M U U M M Dalam kurun waktu sepuluh tahun 2003-2013, konsumsi energi final di Indonesia mengalami peningkatan dari 79 MTOE million ton oil equivalent menjadi 134 MTOE, atau tumbuh rata rata sebesar 5,5 per tahun. Pada tahun 2013 kebutuhan total energi final sebesar 134 MTOE. Sektor industri merupakan pengguna energi terbesar dengan pangsa sebesar 47,4 64 MTOE yang didominasi oleh batubara, dan diikuti oleh sektor transportasi dengan pangsa 35 47 MTOE yang didominasi oleh BBM. Sedangkan sektor rumah tangga mencapai 10,3 14 MTOE didominasi oleh listrik. Untuk sektor komersial, penggunaan energinya mencapai 4,1 6 MTOE didominasi oleh listrik, dan sisanya dikonsumsi oleh sektor lainnya sebesar 3 3 MTOE [1] . Gambar 10-1. Penggunaan energi final nasional per sektor tahun 2012. 425 Data penggunaan energi global di Industri terdiri atas: - 40 penggunaan listrik - 77 penggunaan batubara dan turunannya - 37 penggunaan gas alam - 13 dari emisi CO 2 secara global Industri memiliki potensi untuk mengurangi intensitas energi dan emisinya sebesar 26 – 32, yang berarti mengurangi 8 - 12 penggunaan energi total dan emisi CO 2 [2] . Manajemen energi adalah kunci untuk penghematan energi dalam suatu organisasi. Bagaimana pentingnya penghematan energi berasal dari kebutuhan global. Kebutuhan global tersebut adalah:  Mengurangi kerusakan yang kita lakukan untuk planet kita;  Mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil yang semakin terbatas dalam pasokan. Manajemen energi adalah sarana untuk mengontrol dan mengurangi konsumsi energi. Mengontrol dan mengurangi konsumsi energi pada suatu proses produksi adalah penting karena memungkinkan untuk:  Mengurangi biaya. Hal ini menjadi semakin penting karena biaya energi meningkat;  Mengurangi emisi karbon dan kerusakan lingkungan;  Mengurangi risiko. Semakin banyak energi yang dikonsumsi, semakin besar risiko bahwa kenaikan harga energi atau kekurangan pasokan serius dapat mempengaruhi profitabilitas, atau bahkan membuat tidak mungkin bagi bisnis organisasi untuk melanjutkan kegiatannya. Dengan manajemen energi yang ada dapat mengurangi risiko ini dengan mengurangi permintaan untuk energi dan dengan mengendalikan itu sehingga membuatnya lebih mudah diprediksi.

10.1.1. Kebijakan Konservasi dan Manajemen Energi

Pemerintah menargetkan penurunan elastisitas konsumsi energi kurang dari satu melalui Kebijakan Energi Nasional tahun 2006. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah dengan penerapan sistem manajemen dan teknologi energi secara menyeluruh dan terintegrasi. Untuk mendukung kebijakan pemerintah tersebut, perlu dilakukan usaha-usaha penghematan energi. Salah satu langkah penting dalam upaya penghematan energi di industri adalah melakukan audit energi. Beberapa regulasi yang dikeluarkan pemerintah guna mengatasi permasalahan ketidakefisienan dalam pemanfaatan energi adalah:  Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2007 tentang Energi;  Peraturan Pemerintah RI PP No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi;  Peraturan Pemerintah RI No.79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional;  Peraturan Menteri Permen ESDM No.14 Tahun 2013 tentang Manajemen Energi. 426 Pada PP No. 70 Tahun 2009 dan Permen ESDM No.14 tahun 2013 dinyatakan bahwa pengguna sumber energi dan pengguna energi yang menggunakan sumber energi danatau energi lebih besar atau sama dengan 6.000 enam ribu setara ton minyak per tahun wajib melakukan konservasi energi melalui manajemen energi.

10.1.2. Definisi Manajemen Energi

Manajemen energi adalah kegiatan terpadu untuk mengendalikan konsumsi energi agar tercapai pemanfaatan energi yang efektif dan efisien untuk menghasilkan keluaran yang maksimal melalui tindakan teknis secara terstruktur dan ekonomis untuk meminimalisasi pemanfaatan energi termasuk energi untuk proses produksi dan meminimalisasi konsumsi bahan baku dan bahan pendukung.

10.1.3. Definisi Audit Energi

Audit energi menurut PP No. 70 tahun 2009 adalah proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna energi dan pengguna sumber energi dalam rangka konservasi energi.

10.1.4. Standar Acuan

 ISO 50001 2011: Sistem Manajemen Energi;  Kepmen Tenaga Kerja No 80 Tahun 2015 tentang Penetapan Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Jasa Profesional; Manajer Energi di Industri dan Bangunan Gedung;  Peraturan Pemerintah No 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi;  Peraturan Menteri ESDM NO.14 Tahun 2012 tentang Manajemen Energi.

10.1.5. Penerapan dan Prinsip-prinsip Penghematan Energi

Sebelum membahas mengenai prinsip-prinsip penghematan energi, ada baiknya disajikan mengenai dasar-dasar fisika, kimia, dan listrik yang perlu diketahui terutama oleh seorang manajer energi.

10.1.5.1. Dasar-dasar Istilah Energi

Berikut adalah istilah praktis yang sering dijumpai pada pengelolaan energi di industri. 427

a. Energi dan Daya

Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Satuan energi menurut Satuan Internasional SI adalah joule J. Sedangkan satuan energi lain yaitu erg, kalori, dan kWh. Energi bersifat fleksibel, artinya dapat berpindah dan berubah. Daya memiliki arti cukup spesifik, laju energi yang dihantarkan atau kerja yang dilakukan per satuan waktu, umumnya dinyatakan dalam watt W atau kilowatt kW, dan juga dinyatakan dalam satuan tenaga kuda HP. Karena keduanya menyatakan besarnya daya, maka ada faktor konversi antara keduanya: 1 HP adalah sama dengan 0,746 kW. Tabel 10-1 Kandungan energi beberapa bahan bakar. Jenis Bahan Bakar Nilai Kalorkg kJ kWh Gas Alam 4.900 1,3622 Batubara antrasit 3.100 0,8618 Batubara bituminos 3.200 0,8896 Minyak mentah 4.500 1,2510 Bensin 4.800 1,3344 Arang 3.400 0,9452 Kayu 1.800 0,5004 Hidrogen 14.200 3,9476

b. Faktor Daya

Faktor daya adalah istilah pada bidang energi listrik yang dapat diartikan sebagai perbandingan antara daya aktif watt dengan daya semudaya total VA, atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya semudaya total. Daya reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut ini dan sebagai hasilnya faktor daya akan menjadi lebih rendah. Faktor daya selalu lebih kecil atau sama dengan satu. Faktor daya yang rendah merugikan karena mengakibatkan arus beban tinggi. Perbaikan faktor daya ini menggunakan kapasitor. Gambar 10-2. Grafik faktor daya.