47.9 68.7 Buku Pedoman Aunergi Industri 2015

364 - Peluang penghematan, dimana kinerja chiller yang diperoleh dibandingkan dengan nilai efisiensi chiller baru yang ada di pasaran. Besaran peluang penghematan yang dapat dilakukan adalah: Penghematan = kWTR nyata − kWTR �ℎ��� baru kWTR nyata × 1 Atau : Penghematan = COP �ℎ��� baru − COP nyata COP �ℎ��� baru × 1 Adapun besar penghematannya sebesar: Penghematan bulan = Energi �ℎ��� bulan × Penghematan × tarif listrik Pada Gambar 8-22 tampak contoh hasil pengukuran tingkat kinerja beberapa chiller terhadap kinerja awalnya dan kinerja chiller terbaik yang ada di pasaran. Dari grafik tersebut tampak adanya peluang penghematan yang dapat dilakukan dengan pergantian chiller. Gambar 8-22. Grafik kinerja chiller terhadap kinerja awal dan kinerja chiller terbaik di pasaran.

0.30 1.33

0.78 1.28

2.36 1.67

1.91 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 COP Chiller Spek = 2.78 Best = 3.50 365 8 8 . . 4 4 . . 4 4 . . F F a a k k t t o o r r - - f f a a k k t t o o r r L L a a i i n n Selain faktor pembebananan, perlu dianalisis pula faktor yang mempengaruhi kinerja chiller, yaitu: - Kerusakan. Ini dapat diketahui dari pengamatan langsung seperti adanya kebocoran arus, panas, bising atau vibrasi yang tidak normal. Adapun dari pengukuran data kelistrikan seperti faktor daya yang rendah atau fluktuasi daya chiller yang cepat. Panas dan faktor daya yang rendah dapat menjadi gejala awal kerusakan yang sifatnya menghambat putaran motor seperti keausan, terjadinya sumbatan aliran dan friksi lainnya. Sedangkan kebocoran arus, vibrasi, dan bising yang tidak wajar merupakan gejala lebih lanjut terjadinya kerusakan. Adapun fluktuasi daya chiller yang cepat menandakan terjadi kerusakan gulungan motor; - Modifikasi. Ini dapat meningkatkan atau menurunkan kinerja atau penghematan suatu peralatan. Modifikasi yang positif dapat berupa peningkatan spesifikasi komponen peralatan atau pemanfaatan energi yang terbuang. Sebagai contoh penggunaan VSD dan heat recovery pada chiller. Sedangkan modifikasi yang negatif dapat berupa penggantian komponen dengan spesifikasi yang lebih rendah atau tidak sesuai. Sebagai contoh penggantian jenis refrigeran. Secara umum, persentasi peningkatan kinerja suatu peralatan yang telah dimodifikasi sebesar: Peningkatan kinerja = kWTR awal − kWTR modifikasi kWTR awal × 1 Atau: Peningkatan kinerja = COP modifikasi − COP awal COP modifikasi × 1 - Pengaturan temperatur. Umumnya pengaturan temperatur yang direkomendasikan pabrikan merupakan pengaturan optimal kinerja chiller. Sehingga kenaikanpenurunan temperatur ini menyebabkan penurunan kinerja chiller. Besar penurunan kinerja ini bervariasi pada tiap chiller dan terkadang dapat dilihat pada buku manual chiller. Adapun bila tidak ada, maka dapat diketahui dari pengukuran pada dua kondisi pengaturan yang berbeda. Pada Gambar 8-23 tampak conntoh hasil pengukuran pada beberapa chiller. Desain chiller ini diatur temperatur masuk Entering Water Temperature = EWT dan keluar Leaving Water Temperature = LWT chiller sebesar 12,2 o C dan 6,7 o C. Berdasarkan buku manual chiller temperatur air keluar chiller harus di antara 4,5 - 12 o C. Sedangkan selisih temperatur masuk dan keluar chiller antara 3,3 - 8 o C. Namun dari hasil pengukuran temperatur air keluar chiller di antara 12,9-17,3 o C. Sedangkan selisih temperatur masuk dan keluar chiller rata-rata di bawah 2 o C.