Data Pendukung - Kerusakan dan Modifikasi

357 - Pengerakan Scaling Pengerakan yang terjadi pada koil evaporator kondenser chiller dapat diketahui dari perbedaan temperatur antara refrigeran dengan air keluar koil temperature approach. Sebagai alternatif dan pembanding dapat pula dilihat dari penurunan tekanan air yang melewati koil. Kemudian nilai ini dibandingkan dengan grafik penurunan tekanan air terhadap debit aliran pada spesifikasi chillerkoil. - Sirkulasi Udara Pendingin Masalah sirkulasi singkat pada udara pendingin di kondensermenara pendingin diketahui persentase udara buangan keluar yang masuk kembali untuk mendinginkan. Untuk itu perlu diambil data udara lingkungan, udara masuk, dan udara keluar pendingin. Titik pengukurannya tampak pada Gambar 8-15. T o T i T o T i T a Gambar 8-15. Titik pengukuran data sirkulasi udara pendingin. - Kebocoran “Dingin” Pada Isolasi Pipa Kisaran kebocoran energi sepanjang pipa distribusi diketahui dari selisih temperatur air pendingin pada hulu dan hilirnya. 8 8 . . 3 3 . . 2 2 . . P P e e n n g g u u m m p p u u l l a a n n D D a a t t a a S S e e k k u u n n d d e e r r Data sekunder yang dikumpulkan adalah: a. As built drawing yang mencakup gambar diagram sistem chiller, layout instalasi, dan daftar peralatan; b. Dokumen spesifikasi teknik chiller; c. Dokumen awal operasional chiller data komisioning; d. Catatan rutin operasional chiller; e. Riwayat perbaikan dan penggantian chiller. Secara umum, data sekunder yang terkait kondisi awal chiller tampak pada Tabel 8-4. 358 Tabel 8-4 Daftar data sekunder chiller No Data 1 Data konfigurasi chiller: - Nama zona - Total kapasitas - Area yang dilayani - Total beban - No. Kode - Jam operasional - Jumlah - Kontrol beban automanual 2 Data spesifikasi chiller: - Kode - COP EER kWTR - Tipe air cooled water cooled - Refrigeran - Merk - Tipe kompresor - Nomor tipe dari pabrikan - Jumlah kompresor - Kapasitas - Daya per kompresor - Data kelistrikan V, Ø, Hz - Tahun - Daya input rata-rata - Lokasi - Faktor daya 3 Data desain awal chiller: - Temperatur air masuk evaporator - Temperatur air keluar kondenser - Temperatur air keluar evaporator - Debit air cooling tower - Debit air chiller - Temperatur udara luar - Temperatur air masuk kondenser - Kelembaban udara luar 8 8 . . 3 3 . . 3 3 . . V V e e r r i i f f i i k k a a s s i i D D a a t t a a Verifikasi data berguna untuk memeriksa kelengkapan dan keabsahan data primer dan sekunder. Verifikasi data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Melakukan perhitungan cepat. Dengan melakukan perhitungan cepat ini dapat diketahui lengkap tidaknya data yang telah diperoleh; b. Melihat kewajaran data. Dengan melihat data yang dikumpulkan dan hasil perhitungan cepat maka dapat dilihat kewajaran suatu data terhadap keumumannya; c. Wawancara, yaitu mencari masukan terhadap data yang dikumpulkan dan hasil perhitungan cepat kepada pihak-pihak terkait. 8 8 . . 4 4 . . A A N N A A L L I I S S I I S S Analisis pada audit chiller meliputi analisis beban dan kinerja. Masing-masing jenis analisis tersebut mencakup: a. Analisis beban kerja - Operasional rutin - Pembebanan kerja b. Analisis kinerja chiller - Nilai kinerja chiller 359 - Faktor yang mempengaruhi kinerja chiller, yaitu kerusakan, pengaturan temperatur, jumlah refrigeran, pengerakan, serta debit air dan sirkulasi udara. 8 8 . . 4 4 . . 1 1 . . O O p p e e r r a a s s i i o o n n a a l l R R u u t t i i n n Profil operasional rutin suatu chiller adalah gambaran kerja rutin chiller berdasarkan konsumsi daya listriknya dalam satu rentang waktu periode pada siklus yang relatif sama. Profil operasional rutin dapat berupa profil harian, mingguan ataupun kombinasi keduanya. Contoh profil operasional kerja rutin chiller kombinnasi harian dan mingguan tampak pada Gambar 8-16. Gambar 8-16. Profil harian operasional chiller. Analisis yang dapat dilakukan berdasarkan profil kerja mesin ini di antaranya: - Waktu operasional chiller. Perlu dianalisis waktu chiller dihidupkan dan dimatikan terhadap kebutuhan sesungguhnya. Apabila terjadi kelebihan waktu operasional maka dapat dilakukan penghematan sebesar: ℎ � � �� = � � � �ℎ × 3 7 × � � �� �� Adapun persentasenya sebesar : ℎ � � = � � � �ℎ � � �� × 1 360 - Mekanisme operasional chiller. Perlu dianalisis urutan kerja chiller dengan perangkat pendukungnya seperti pompa dan cooling tower. Sebaiknya chiller dinyalakan beberapa saat setelah pompa dan cooling tower dihidupkan, kemudian chiller dimatikan beberapa saat sebelum pompa dan cooling tower dimatikan. - Faktor beban kerja chiller. Perlu dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan daya kerja chiller harian berdasarkan grafik profilnya. Sebagai contoh, beban sangat dipengaruhi lingkungan. Pada siang hari beban besar atau dipengaruhi oleh suatu peralatan tertentu yang menghasilkan panas. 8 8 . . 4 4 . . 2 2 . . P P e e m m b b e e b b a a n n a a n n K K e e r r j j a a Pembebanan kerja chiller adalah perbandingan kapasitas kerja chiller dengan kapasitas maksimalnya. Contoh data pembebanan chiller tampak pada Gambar 8-17. Gambar 8-17. Grafik pembebanan kerja chiller. Analisis yang dapat dilakukan berdasarkan data pembebanan chiller di antaranya: - Optimalisasi kerja chiller. Setiap chiller dalam satu sistem bekerja pada rentang pembebanan yang memiliki kinerja tertinggi. Contoh kinerja chiller terhadap pembebanan kerjanya dapat dilihat pada Gambar 8-18. 73 77 82 76 81 75 79 87 92 86 91 86 89 92 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 CH-1 CH-2 CH-3 CH-4 CH-5 CH-6 CH-7 Chiller Pembebanan Pagi Pembebanan Siang 361 Sumber : data industri generik untuk water cooled chiller 250 TR Gambar 8-18. Grafik konsumsi daya listrik kwTR terhadap pembebanan chiller. Besarnya penghematan yang dapat dilakukan dengan mengatur pembebanan chiller atau sistem chiller sebesar: Penghematan = kWTR nyata − kWTR optimal kWTR nyata × 1 Atau: Penghematan = COP optimal − COP nyata COP optimal × 1 Adapun besar penghematannya sebesar: ℎ � � �� = � � �ℎ��� �� × ℎ � � × � � �� �� - Pembagian kerja chiller. Untuk melakukan optimalisasi pembebanan kerja chiller diperlukan mekanisme pembagian kerja chiller berdasarkan profil beban kerjanya seperti pada Gambar 8-19. Pembagian kerja chiller berguna pula untuk pemerataan jam kerja chiller serta pemeliharaan. 362 Sumber : http:fpl.bizenergyadvisor.commembersCEMC-OMCK- 3OM_ChecklistElectric_Chilled_Water_Systems Gambar 8-19. Grafik perbandingan konsumsi daya listrik kwTR terhadap pembebanan chiller untuk satu dan unit chiller. 8 8 . . 4 4 . . 3 3 . . K K i i n n e e r r j j a a C C h h i i l l l l e e r r Perhitungan kinerja chiller atau sistem chiller dapat dilihat pada butir 8.1.4. Hasil dari perhitungan tersebut adalah gambaran kondisi efisiensi chiller yang sesungguhnya. Contoh data kinerja chiller tampak pada Gambar 8-20. Gambar 8-20. Grafik pembebanan kerja chiller. 2.54 3.12 3.35 2.63 3.69 3.93 4.35

1.5 2.0

2.5 3.0

3.5 4.0

4.5 5.0

20 30 40 50 60 70 80 COP Pembebanan, Chiller-1 Chiller-2 Chiller-3 363 Analisis yang dapat dilakukan terhadap nilai kinerja chiller adalah: - Penurunan kinerja. Kinerja chiller yang diperoleh dibandingkan dengan kinerjanya pada saat awal operasional data komisioning atau spesifikasi teknisnya. Nilai penurunan kinerja chiller dari kondisi awalnya sebesar: Penurunan kinerja = COP awal − COP sekarang COP awal × 1 Atau: Penurunan kinerja = kWTR sekarang − kWTR awal kWTR sekarang × 1 Pada Gambar 8-21 tampak contoh hasil pengukuran tingkat kinerja beberapa chiller terhadap kinerja awalnya. Dimana 6 dari 7 chiller memiliki kinerja dibawah 70 dari semula. Hal ini disebabkan berbagai masalah serta umur chiller yang sudah lebih dari masa layak pakainya. Gambar 8-21. Grafik kinerja chiller terhadap kinerja awalnya. - Effisiensi chiller, dimana kinerja chiller yang diperoleh di bandingkan dengan nilai standar atau peraturan yang berlaku. Nilai tingkat kinerja chiller berdasarkan nilai standar sebesar: Tingkat kinerja = COP nyata COP standar × 1 Atau: Tingkat kinerja = kWTR standar kWTR nyata × 1

10.8 47.9

28.0 46.0

84.9

59.9 68.7

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 Kinerja Chiller Rekomendasi batas minimal kinerja, 70