Menangani Situasi Darurat Menyesuaikan Perilaku Kerja

45 yang harus dikenakan adalah pelindung telinga misal, ear plug, masker, sarung tangan, dan sepatu keselamatan. Terkait dengan perilaku kerja, setiap anggota Tim diharapkan melaksanakan ketentuan K-3 dengan benar. Jangan pernah meremehkan pemakaian perlengkapan K-3, khususnya pada saat sedang melakukan aktivitas kerja. Gambar 2-6. Berbagai contoh tanda dan peringatan K-3. Dikutip dari berbagai sumber. Contoh salah atau meremehkan dalam pemakaian perelengkapan K-3, misalnya mengenakan sarung tangan listrik hanya sebelah yaitu hanya pada tangan kanan saja pada saat sedang bekerja di panel-panel listrik. Perilaku seperti ini berpotensi mengundang bahaya. Apabila yang bersangkutan tiba-tiba pusing atau bersin, 46 misalnya, maka terbuka kemungkinan tangan kiri, yang tidak dilindungi secara tidak sadar menyentuh kabel atau logam bemuatan listrik. Lain halnya bila kedua tangannya dilindungi, maka sekalipun tanpa sengaja tangan kiri menyentuh kabel atau logam bermuatan listrik maka yang bersangkutan akan selamat dari sengatan arus listrik. Contoh lainnya, misalkan seorang anggota Tim sedang beraktivitas di area bertegangan listrik. Saat sedang memasang alat ukur di panel listrik, yang bersangkutan berjongkok dengan bertumpu pada lutut. Hal ini tidak benar dan sangat berbahaya karena celana bukan isolator. Dengan demikian tubuh sangat berisiko teraliri arus listrik. Yang benar adalah tubuh bertumpu pada sepatu karet. Sebagaimana diketahui bahwa karet tergolong isolator. 2 2 . . 2 2 . . 6 6 . . Mobilisasi Personil dan Peralatan Manajer Tim berkoordinasi dengan Personil di industri yang akan diaudit mengenai tanggal dan jam keberangkatan Tim menuju industri yang akan diaudit. Setelah mendapat konfirmasi dari Personil di industri yang akan diaudit serta kelengkapan administasi telah dipenuhi maka Manajer segera memberangkatkan Tim beserta kelengkapan peralatannya menuju industri yang akan diaudit dengan menggunakan sarana transportasi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan lokasinya. 2 2 . . 3 3 . . T T A A H H A A P P P P E E N N G G U U M M P P U U L L A A N N D D A A T T A A P P R R I I M M E E R R D D A A N N S S E E K K U U N N D D E E R R Tahap pengumpulan data primer dan sekunder dapat dipandang sebagai tahap terpenting dari rangkaian tahapan audit energi. Pada tahap ini pengalaman atau “jam terbang” para auditor energi sangat menentukan. Semakin tinggi “jam terbang”-nya maka kualitas di samping kuantitas data yang dihasilkan akan semakin baik. Di samping itu, s emakin tinggi “jam terbang” seorang auditor energi maka kemampuannya dalam “mengendus” adanya potensi penghematan energi semakin tinggi pula. Hal ini akan sangat bermanfaat pada saat dituangkan dalam laporan, khususnya pada subbab analisis. Tahap pengumpulan data primer dan sekunder sering pula disebut dengan tahap pengukuran. Hal ini dikarenakan pada tahap ini dilakukan pengukuran untuk mendapatkan data primer. Misalnya, untuk mendapatkan data laju alir air umpan boiler dalam satuan ton air per jam atau meter kubik air per jam maka auditor perlu melakukan pengukuran secara langsung. Pengukuran dilaksanakan tanpa mengganggu operasional boiler. Artinya, selama dilakukan pengukuran laju alir air umpan boiler, maka boiler tetap beroperasi sebagaimana mestinya. Aliran air umpan ke boiler juga tidak terganggu. Dengan demikian kualitas dan kuantitas uap steam yang dihasilkan boiler juga tidak berkurang. Auditor dapat memasang alat ukur aliran flowmeter air jenis ultrasonik dengan cara “menempelkan” flowmeter tersebut pada bagian luar pipa air umpan boiler. Selanjutnya auditor mencatat hasil pengukuran tersebut. Data yang diperoleh dapat 47 dibandingkan dengan data hasil pengukuran industripabrik yang tertera di ruang kontrol boiler. Apabila kedua alat ukur – milik industri dan auditor – dalam keadaan baik dan telah dikalibrasi maka kedua data hasil pengukuran tersebut akan sama atau mendekati sama.

2.3.1. Pemaparan Tahapan dan Proses Pelaksanaan Kegiatan

Sebelum kegiatan pengumpulan data primer dan sekunder dilaksanakan, tim auditor disarankan untuk melakukan prosesi pembukaan kepada pemilik atau pengelola industri – lazim disebut dengan auditee atau pihak yang akan diaudit - sebagaimana layaknya seorang tamu. Langkah pembukaan ini merupakan langkah awal yang akan mengantarkan auditor melaksanakan langkah kegiatan selanjutnya. Pada langkah pembukaan ini dilakukan pertemuan secara tatap muka antara segenap atau perwakilan tim auditor dengan pihak pemilik atau pengelola industri sebagai pihak yang akan diaudit energinya atau auditee. Dalam pertemuan pembukaan ini sedapat mungkin pihak auditee diwakili oleh perwakilan manajemen yang memiliki kewenangan dan otoritas yang memadai untuk memberikan semua data yang dibutuhkan selama pelaksanaan pengumpulan data berlangsung. Oleh karena itu, sebelum pelaksanaan pengumpulan data, sebaiknya sudah didahului dengan komunikasi dengan pihak auditee mengenai sasaran, tujuan, dan ruang lingkup audit sekaligus memastikan kesiapan dari pihak auditee mengenai data-data yang diperlukan. Agenda pembukaan setidaknya meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Pengenalan tim auditor energi; 2. Pemaparan latar belakang, maksud, tujuan, dan lingkup kegiatan; 3. Pemaparan tim auditee tentang sistem danatau peralatan di industri; 4. Pemaparan agenda kegiatan pengumpulan data; 5. Verifikasiklarifikasi data yang telah dikumpukan; dan 6. Pelaksanaan pemaparan hasil awal.

2.3.1.1. Pengenalan Tim Auditor Energi

Pengenalan tim dimaksudkan agar masing-masing pihak dapat mengetahui siapa saja yang akan melakukan kegiatan pengukuran di lapangan. Dalam pengenalan ini, Manajer Tim Audit Energi memperkenalkan nama-nama anggota tim, posisi, serta tugasnya di dalam kegiatan pengumpulan data. Bila diperlukan, dapat ditambahkan latar belakang dan kompetensi anggota tim agar komunikasi dengan pihak auditee dapat lebih mudah. Pihak auditee juga memperkenalkan siapa yang bertangggung jawab secara keseluruhan mewakili perusahaan selaku auditee dan person in charge PIC untuk masing-masing lingkup kegiatan. 48

2.3.1.2. Pemaparan Latar Belakang, Maksud, Tujuan, dan Lingkup Kegiatan

Sekalipun di dalam naskah proposal penawaran kegiatan yang telah dikirimkan dan diterima pihak pemilik atau pengelola industri sudah dituliskan latar belakang, maksud, tujuan, dan lingkup kegiatan audit energi yang akan dilaksanakan, namun pada kesempatan tatap muka ini perlu dijelaskan kembali mengenai hal-hal tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa penjelasan secara lisan dan langsung akan lebih dapat dipahami dibandingkan dengan penjelasan tertulis. Penjelasan sedapat mungkin dilakukan secara singkat namun dapat dipahami, disertai dengan dokumen-dokumen pendukung yang diperlukan. Latar belakang kegiatan audit energi, khususnya kegiatan pengumpulan data primer dan sekunder, kontrak kerjasama, surat penugasan auditor, dan lain sebagainya yang menunjukkan bahwa ada landasan legal yang menjadi dasar dilakukannya kegiatan lapangan tersebut. Di dalam pertemuan pembukaan ini dilakukan juga proses klarifikasi dan tanggapan auditee mengenai paparan tersebut di atas. Setiap kesepakatan yang diambil sebaiknya dicatat dan dimasukkan ke dalam berita acara pelaksanaan kegiatan lapangan. Jika ada keberatan-keberatan dari pihak auditee harus dijadikan catatan keberatan disertai alasannya, untuk nantinya dijadikan sebagai lampiran dalam laporan.

2.3.1.3. Pemaparan Tim Auditee Tentang Sistem danatau Peralatan di Pabrik yang akan Diaudit

Setelah usai penjelasan dari tim auditor mengenai latar belakang, maksud, tujuan, dan disepakati lingkup kegiatannya, dilanjutkan dengan paparan dari tim auditee secara ringkas mengenai sistem di industri yang menjadi obyek kegiatan. Pihak auditee diharapkan dapat menjelaskan urut-urutan proses produksi dimulai dari bahan baku hingga produk yang dihasilkan. Dengan penjelasan ini pihak auditor akan menjadi lebih lengkap informasinya menyangkut jenis dan jumlah peralatan proses dan utilitas. Selain itu pada kesempatan ini pihak auditee juga menjelaskan tentang ketentuan atau prosedur standar K-3 atau safety yang harus dipatuhi oleh setiap anggota tim auditor. Pada kesempatan ini pihak pengelola pabrik atau auditee akan menyampaikan kepada tim auditor tentang personil-personil pabrik yang ditugaskan untuk mendampingi para auditor. Biasanya akan ditugaskan beberapa personil pabrik sesuai dengan bidang atau tugasnya. Dengan demikian terbentuk semacam rekan atau partner kerja. Misalnya, untuk Subtim Sistem Kelistrikan akan didampingi oleh personil A yang kesehariannya memang bertugas pada sistem kelistrikan, sedangkan Subtim Sistem Boiler didampingi oleh B, demikian seterusnya. Tugas pendampingan ini mutlak diperlukan agar setiap kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing Subtim atau auditor dapat dilaksanakan secara efektif dan aman. Untuk itu kepada setiap