Perpindahan Massa Status Produksi dan Konsumsi Uap
                                                                                301 Singkatnya, penukar massa adalah setiap kontak langsung di mana satuan transfer
massa  yang  berlawanan  arah  counter-current  menggunakan  agen  pemisah  massa Mass  Separating  AgentMSA.  Operasi  perpindahan  massa  mencakup  penyerapan,
adsorpsi,  pertukaran  ion,  leaching,  ekstraksi  pelarut,  stripping,  dan  proses  serupa. Sedangkan  MSA  mencakup  pelarut,  adsorben,  resin  pertukaran  ion,  dan  stripping
agent. Sebuah tinjauan pengembangan dan aplikasi jaringan pertukaran massa Mass Exchange  NetworkMEN  antara  tahun  1989  dan  1997  muncul  pada  saat  El-Halwagi
1997.
Integrasi  pertukaran  massa  melibatkan  transfer  massa  dari  aliran  proses  pekat penurunan  konsentrasi  dengan  menggunakan  MSA  proses  peningkatan  konsentrasi
dengan biaya operasional kecil sehingga setiap aliran mencapai konsentrasi keluaran yang diinginkan, dan meminimalkan produksi limbah dan konsumsi utilitas termasuk
fresh  water  dan  MSA  eksternal.  El-Halwagi  dan  rekan-rekan  kerjanya  memperluas teknologi  pinch  untuk  merancang  dan  memperbaiki  retrofit  jaringan  pertukaran
massa  untuk  mencapai  target  debit  minimum  pada  aliran  utilitas  eksternal  MSA eksternal.
Dalam penerapan jaringan pertukaran massa ini melibatkan beberapa hal, yaitu:   Berapakah  jumlah  maksimum  MSA  proses  yang  dapat  digunakan  untuk
menghilangkan  kontaminan  dari  aliran  proses  kaya  kontaminan  dengan  biaya operasional kecil?
  Berapakah debit minimum MSA eksternal yang diperlukan untuk menghilangkan kontaminan yang tidak terekstrak oleh MSA proses dan dalam hal apa beberapa
MSA eksternal harus digunakan?   Bagaimana  kita  merancang  jaringan  pertukaran  massa  baru,  atau  retrofit
jaringan yang ada, untuk memenuhi target tersebut?   Bagaimana
seharusnya kita
mengubah proses
manufaktur untuk
memaksimalkan  penggunaan  MSA  proses  dan  meminimalkan  penggunaan  MSA eksternal?
Seperti  halnya  jaringan  penukar  panas,  dalam  jaringan  penukar  massa,  kita membagi teknologi menjadi tiga tugas:
  Mengidentifikasi  konsumsi  maksimum  proses  MSA  dan  konsumsi  minimum  MSA eksternal;
  Sintesis. Merancang jaringan penukar massa yang mencapai target debit untuk proses MSA dan MSA eksternal;
  Retrofit. Memodifikasi jaringan penukar massa yang ada untuk memaksimalkan penggunaan proses MSA dan meminimalkan penggunaan MSA eksternal melalui
perubahan proses yang efektif.
Error  Reference  source  not  found.
Gambar  7-8  menunjukkan  salah  satu  contoh diagram  jaringan  pertukaran  massa  yaitu  penggunaan  dan  recycle  air  yang  dibuat
oleh Wang  Smith 1994. Hal ini lalu melahirkan teknologi Water-Pinch yang secara prinsip  sama  dengan  teknologi  Pinch  untuk  panas.  Dalam  teknologi  Water-Pinch  ini
memaksimalkan penggunaan air dan meminimalkan air limbah.
302 Gambar 7-8. Strategi penggunaan dan recycle air. Manan, 2014.
7 7
. .
1 1
. .
2 2
. .
O O
p p
t t
i i
m m
a a
s s
i i
M M
a a
t t
e e
m m
a a
t t
i i
s s
Teknik  optimasi  matematis  adalah  alat  yang  efektif  untuk  meminimalkan  fungsi objektif  misalnya,  total  biaya  konsumsi  fresh  water  dan  pengolahan  air  limbah
terhadap batasan hubungan antara variabel independen. Pemrograman linier adalah alat  yang  ampuh  untuk  mampu  menemukan  nilai  minimum  subjek  fungsi  objektif
linier  terhadap  batasan  linier,  sementara  pemrograman  nonlinier  berguna  untuk meminimalkan subjek fungsi objektif nonlinier terhadap batasan nonlinier.
Optimasi  matematis  telah  diterapkan  untuk  melengkapi  konsep  pinch.  Sebagai contoh, jaringan penukar panas yang kompleks mungkin lebih baik dirancang dengan
meminimalkan biaya subjek terhadap batasan yang mengatur desain jaringan. Kedua teknik  pemrograman  linier  dan  nonlinier  sangat  tepat  untuk  menangani  masalah
penggunaan  air  recycle  dan  air  limbah.  Di  sini,  sistem  multi-kontaminan  yang  besar dan operasi pemakaian air mungkin tidak sesuai dengan konsep pinch. Secara khusus,
pengembangan model nonlinier ditujukan untuk mewakili proses regenerasi, batasan debit misalnya, debit tetap, dan beberapa kontaminan.
7 7
. .
1 1
. .
3 3
. .
T T
a a
h h
a a
p p
a a
n n
A A
n n
a a
l l
i i
s s
i i
s s
P P
i i
n n
c c
h h
Tahapan Analisis Pinch mengikuti alur berikut:   Membuat neraca massa dan energi
  Melakukan  ekstraksi  data,  yaitu  data  termodinamika  seperti  kapasitas  panas spesifik, viskositas, densitas, dan lain-lain
  Target   Modifikasi proses
  Pemilihan utilitas   Desain jaringan
  Pemilihan alternatif   Perincian proyek
Proses 1
Proses 1 100 lhari
0 ppm
FW 0 ppm
20 ppm
Proses 2 100 lhari
20 ppm
Diserap oleh tanah
FW 0 ppm
Proses 1 100 lhari
0 ppm Proses 2
100 lhari 20 ppm
20 ppm
Pemakaian Kembali
Regenerasi
Regenerasi- Siklus kembali
Proses 1 100 lhari
0 ppm
Proses 2 100 lhari
5 ppm
FW 0 ppm
20 ppm 5 ppm
40 ppm
Regenerasi
Regenerasi- Pemakaian kembali
303 Atau bisa dilihat pda Gambar 7-9.
Gambar 7-9. Tahapan kunci Pinch. Dari  ekstraksi  data,  dihitung  perubahan  entalpi  masing-masing  aliran  dengan
persamaan: ∆� = �. ��. ∫ �� = �� � − �
1 Keterangan:
ΔH : total perubahan entalpi, [kJ] m  : aliran massa, [kg]
cp  : kapasitas panas spesifik, [kJkg°C] T
T
: temperatur akhir target, [
o
C] T
S
: temperatur awal source, [
o
C] CP  : entalpi spesifik, [kJkg]
Untuk ekstraksi data manual, ikuti pedoman berikut: a jangan mengambil semua fitur diagram alir konseptual atau desain eksisting;
b Jangan mencampur semua aliran dengan temperatur yang berbeda; c jangan memasukkan utilitas sebagai data aliran;
d jangan menerima data yang masih bersifat dugaan; e jangan mengabaikan hambatan praktis yang sudah ada;
f bedakan antara data dari software dan data fisik. [Gundersen]
304 Dalam integrasi proses, hanya ada dua  jenis aliran seperti yang sudah dijelaskan
pada  bab  sebelumnya,  yaitu  aliran  panas  yang  akan  didinginkan  atau  dikondensasi yang biasa disebut dengan heat source, dan aliran dingin yang akan dipanaskan atau
diuapkan yang biasa disebut dengan heat sink. Persamaan di atas menjadi:
∆�
ℎ
= ��
ℎ
. �
,ℎ
− �
,ℎ
��� ∆�
�
= ��
�
. �
,�
− �
,�
2 Keterangan:
h adalah aliran panas hot, c adalah aliran dingin cold.
Untuk proses heat recovery, bisa diambil contoh diagram pada Gambar 7-10:
Gambar 7-10. Proses produksi sederhana. Kemudian  lakukan  target  performa,  dengan  memetakan  setiap  aliran  menjadi
sebuah tabel seperti pada Tabel 7-2. Tabel 7-2
Target
Aliran Tipe aliran
T
awal
°C T
akhir
°C FCp
MWK FCp∆T
MW 1
Dingin 20
180 0,20
32
2 Panas
250 40
0,15 -31,5
3
Dingin 140
230 0,30
27
4 Panas
200 80
0,25 -30
[Manan] hal 86
Setelah  membuat  Tabel  7-2,  tahap  selanjutnya  adalah  membuat  plot  kurva komposit yang terdiri atas entalpi H pada sumbu absis dan temperatur pada sumbu
ordinat seperti pada Gambar 7-11.
Reaktor 140
o
C
180
o
C
20
o
C 230
o
C 40
o
C
200
o
C 80
o
C Kolom-1
Kolom-2
Kolom-3 250
o
C
305 Gambar 7-11. Kurva Individual Dingin.
Untuk membuat kurva individual menjadi komposit maka kedua garis aliran harus digabung menjadi satu garis aliran.
Dari kurva individual dingin di atas, dapat dilihat bahwa ∆H total keduanya adalah
59  MW  =  32+27,  dan  terjadi  irisan  pada  titik  suhu  140 –  180  °C.  Adanya  irisan
tersebut  bisa  digabungkan  dengan  membuat  diagonal  dari  kedua  garis  resultan, dengan perhitungan seperti Tabel 7-3.
Tabel 7-3 Target irisan aliran dingin
Aliran Tipe aliran
T
awal
°C T
akhir
°C FCp MWK
FCp∆T MW 1
Dingin 140
180 0,20
8
3 Dingin
140 180
0,30 12
Total 20
Dari  perhitungan  Tabel  7-3,  aliran  nomor  1  C1  berkurang  8  MW,  sehingga  yang awalnya 32 MW menjadi 24 MW, dan aliran nomor 3 C3 berkurang 12 MW, sehingga
yang awalnya 27 MW menjadi 15 MW. Setelah  didapatkan  nilai  garis  diagonal  20  MW,  maka  diplot  kembali  sehingga
menjadi  kurva  komposit.  Karena  aliran  hanya  gabungan  dari  aliran  dingin,  kurva  ini disebut sebagai kurva komposit dingin.
Tanda panah ke atas artinya membutuhkan panas. Sesuai pengertian awal bahwa aliran dingin membutuhkan panas.
50 100
150 200
250
10 20
30 40
50 60
70 T
°C
ΔH MW
Kurva Individual Dingin
C1, 32 MW
C3, 27 MW irisan dua garis
306 Gambar 7-12. Kurva Komposit Dingin.
Begitu juga dengan aliran panas, dibuat serupa seperti aliran dingin di atas.
Gambar 7-13. Kurva Individual Panas. Dari  kurva  individual  panas  pada  Gambar  7-13,  sama  halnya  seperti  pada  kurva
individual dingin dapat dilihat bahwa ∆H total keduanya adalah 61,5 MW 31,5+30,
dan  terjadi  irisan  pada  titik  suhu  80 –  200  °C.  Model  irisan  kedua  garis  ini  adalah
garis  H4  berada  di  dalam  H2.  Adanya  irisan  tersebut  bisa  digabungkan  dengan membuat diagonal dari kedua garis resultan, dan tetap memunculkan garis terluar
dari H2, dengan perhitungan pada Tabel 7-4. 50
100 150
200 250
20 40
60 80
T °C
∆H  MW
Kurva Komposit Dingin
24 MW 20 MW
15 MW
50 100
150 200
250 300
10 20
30 40
50 60
70 T
°C
ΔH MW
Kurva Individual Panas
H4; 30 MW H2; 31,5 MW
307 Tabel 7-4
Target irisan aliran panas
Aliran Tipe aliran
T
awal
°C T
akhir
°C FCp MWK
FCp∆T MW 2
Panas 200
80 0,15
18
4 Panas
200 80
0,25 30
Total 48
Dari perhitungan  Tabel 7-4 aliran nomor 2  H2 berkurang 18 MW, sehingga yang awalnya  31,5  MW  menjadi  13,5  MW,  dan  aliran  nomor  4  H4  berkurang  30  MW,
sehingga  awalnya  30  MW  menjadi  0  MW,  ini  berarti  garis  H4  seolah-olah  berada  di dalam garis H2. Maka sisa garis H2 dapat dilihat pada Tabel 7-5.
Tabel 7-5 target irisan aliran panas 2
Aliran Tipe aliran
T
awal
°C T
akhir
°C FCp MWK
FCp∆T MW 2
Panas 250
200 0,15
7,5
2 Panas
80 40
0,15 6
Setelah  didapatkan  nilai  garis  diagonal  48  MW,  maka  di-plot  kembali  sehingga menjadi  kurva  komposit.  Karena  aliran  hanya  gabungan  dari  aliran  panas,  kurva  ini
disebut sebagai kurva komposit panas.
Gambar 7-14. Kurva Komposit Panas Dari  kedua  kurva  komposit  pada  Gambar  7-11  dan  Gambar  7-13,  maka  di-plot
dalam satu grafik, menjadi kurva komposit total awal. Dinamakan awal karena belum di titik Pinch-nya
∆T minimal belum dicari. 50
100 150
200 250
300
20 40
60 80
T °C
∆H  MW
Kurva Komposit Panas
6 MW 48 MW
7,5 MW
308 Gambar 7-151. Kurva Komposit Total Awal, sebelum ditemukan titik Pinch.
Terlihat  pada  Gambar  7-15,  kurva  komposit  panas  berpotongan  dengan  kurva komposit dingin, hal ini dinamakan cross curve. Untuk mencari titik pinch, salah satu
kurva  yaitu  kurva  komposit  dingin  digeser  ke  kanan  searah  sumbu  X  sampai menemukan
∆T minimal sebesar 10°C. Atau bisa dengan menggeser kurva komposit panas  ke  kiri  searah  sumbu  X  sampai  menemukan
∆T  minimal  sebesar  10°C.  Perlu diingat, letak kurva komposit panas harus berada di atas kurva komposit dingin.
∆T minimal yang dimaksud adalah jarak terdekat antara kedua kurva yang diwakili oleh 2 buah titik dengan nilai minimal 10 °C jarak keduanya searah terhadap sumbu
Y. Setelah  didapatkan  ∆T  minimal,  maka  diperoleh  titik  Pinch  panas  Hot  Pinch
yaitu 150°C, dan titik Pinch dingin Cold Pinch yaitu 140°C. Dari  Gambar  7-15  dapat  dihitung  selisih  batas  bawah  kurva  komposit  panas  dan
dingin  yang  disebut  dengan  Q
C
atau  besaran  energi  yang  diperlukan  untuk pendinginan  external  cooling  duty.  Sedangkan  selisih  batas  atas  kurva  komposit
panas dan dingin yang disebut dengan Q
H
atau besaran energi yang dibutuhkan untuk pemanasan external heating duty.
Jumlah  QH  dan  QC  dihitung  berdasarkan  selisih  titik  Sumbu  X  antara  kurva komposit panas dan dingin.
50 100
150 200
250 300
20 40
60 80
T °C
∆H  MW
Kurva Komposit Total Awal
Komposit Dingin komposit panas
geser ke kanan sampai menemukan titik pin
309 Gambar 7-16. Kurva Komposit Total Akhir, dengan
∆T min = 10°C
7 7
. .
1 1
. .
4 4
. .
M M
o o
d d
i i
f f
i i
k k
a a
s s
i i
P P
r r
o o
s s
e e
s s
Sebelum  melakukan  desain  jaringan,  perlu  dilakukan  modifikasi  proses  yang melibatkan perubahan parameter operasi dalam proses itu sendiri, yaitu:
  menurunkan  tekanan,  sehingga  temperatur  titik  didih  evaporator  aliran dingin bergeser dari atas ke bawah titik Pinch
  membagi evaporator ke dalam beberapa  stage dalam satu rangkaian contoh: multiple effect evaporator
  menurunkan  tekanan  operasi  kolom  distilasi  untuk  menggeser  reboiler  aliran dingin dari atas ke bawah titik Pinch
  menaikkan  tekanan  kolom  distilasi  untuk  menggeser  kondenser  aliran  panas dari bawah ke atas titik Pinch
  mengubah reflux kolom distilasi   mengubah pemanasan atau pendinginan awal pada aliran masuk kolom distilasi
  mengubah kondisi operasi reaktor
Setelah melakukan modifikasi proses, maka dibuat kembali heat cascade yang baru. 50
100 150
200 250
300
20 40
60 80
T °C
∆H  MW
Kurva Komposit Total Akhir
Komposit Dingin komposit panas
∆T min = 10°C
Q
H
,
min =7,5 MW
Q
C
,
min = 10 MW
310
7 7
. .
1 1
. .
5 5
. .
D D
e e
s s
a a
i i
n n
J J
a a
r r
i i
n n
g g
a a
n n
Langkah  selanjutnya  setelah  mendapatkan  titik  Pinch  adalah  desain  jaringan penukar  panas  Heat  Exchanger  Network  Design  =  HEN-D.  Desain  jaringan  penukar
panas  HEN-D  merupakan  prosedur  menggabungkan  dua  aliran  panas  dan  dingin dengan  tujuan  saling  transfer  dan  mengoptimalkan  energi  sehingga  hanya
memerlukan sedikit tambahan energi baik pemanasan atau pendinginan. Untuk itu mari  kita  telaah  dulu  kurva  komposit  pada  Gambar  7-15  dan  melihatnya  secara
terpisah antara proses di atas Pinch dan di bawah Pinch.
Gambar 7-17.  Kurva Komposit Akhir Dari  Gambar  7-16  di  atas  mari  kita  pisahkan  menjadi  diagram  seperti  pada
Gambar 7-18. 50
100 150
200 250
300
10 20
30 40
50 60
70 80
T °C
∆H  MW
Kurva Komposit Total Akhir
Komposit Dingin komposit panas
∆T  i  =  °C QH,min =7,5 MW
QC,min = 10 MW proses di atas Pinch
proses di bawah Pinch
311 Gambar 7-18. Diagram grid untuk HEN-D
Untuk aliran di atas Pinch ataupun di bawah Pinch, aliran manakah yang sebaiknya harus dipasangkan? Atau mulai darimana kita melihat aliran itu bisa dipasangkan?
Gambar 7-19. Diagram grid untuk proses di atas Pinch Aturan untuk memperoleh heat exchanger yang layak, adalah:
Nilai FCp
out
FCp
in
3
[Manan, 2014]
Dari  Gambar  7-19  bisa  kita  lihat  bahwa  aliran  nomor  1  bisa  dipasangkan  dengan aliran  nomor  2  0,2    0,15,  dan  aliran  nomor  3  bisa  dipasangkan  dengan  aliran
nomor 4 0,3  0,25, karena memenuhi aturan nilai FCp. Aturan yang kedua adalah:
∆T  ∆T
min
4 ?
2 4
3 1
T
Pinch
140°C 150°C
140°C 150°C
Ts = 250°C Ts = 200°C
Tt = 180°C Tt = 230°C
FCp ∆H FCp∆T
MWK MW
0,15 15
0,25 12,5
0,2 8
0,3 27
140°C 140°C
150°C 150°C
Sink Source
Pinch H2
H4 C1
C3 Proses di atas Pinch
Proses di bawah Pinch
in
out
312 Untuk  aturan  yang  kedua  ini,  adalah  aturan  yang  sangat  lazim,  dan  otomatis
dapat  dipenuhi,  di  mana ∆T  antara  masing-masing  aliran    ∆T
min
.  Sehingga  setelah memenuhi kedua aturan tersebut di atas, maka bentuk diagram menjadi:
Gambar 7-20. Desain HE 1, 2, 3, dan Q
H
Pada gambar di atas, aliran nomor 3 menerima semua panas dari aliran nomor 4 yaitu  12,5  MW  dan  masih  memerlukan  panas  sebesar  27
–  12,5  =  14,5  MW,  aliran nomor 1 menerima 8 MW dari aliran nomor 2 dengan jumlah yang pas.
Aliran  nomor  2  masih  memiliki  sisa  panas  15 –  8  =  7  MW  yang  bisa  dipasangkan
dengan  aliran  nomor  3  karena  nilai  FCp  aliran  3    FCp  aliran  2.  Sehingga  jumlah panas yang masih dibutuhkan aliran nomor 3 adalah: 27
– 12,5 – 7 = 7,5 MW. Jumlah 7,5  MW  ini  hanya  bisa  diperoleh  dari  hot  utility  atau  berupa  steam,  nilai  ini  cocok
dengan analisis kurva komposit pada Gambar 7-16. Perlu  diketahui,  pada  proses  di  atas  Pinch,  selalu  tidak  ada  cold  utility  atau  air
pendingin. Setelah menganalisis proses di atas Pinch, mari kita analisis untuk proses di bawah
Pinch.
Gambar 7-21. Desain HE 4, 5, dan Q
C
2a 4a
1a
T
Pinch
FCp ∆H
MWK MW
0,15 16,5
0,25 17,5
0,2 24
150°C 140°C
150°C
Ts = 20°C Tt = 40°C
Tt = 80°C 5
2
nd
6.5 MW
4 1
st
17.5 MW
Q
C
= 10 MW
C
8 MW
2 4
3 1
FCp ∆H
MWK MW
0,15 15
0,25 12,5
0,2 8
0,3 27
T
Pinch
140°C 150°C
140°C 150°C
Ts = 250°C Ts = 200°C
Tt = 180°C Tt = 230°C
1 1
st 12,5 MW
2 2
nd
3 3
rd
7 MW
H
Q
H
=  7,5
313 Untuk desain HE di bawah Pinch sama sekali tidak berbeda dengan di atas  Pinch.
Pertama  penuhi  aturan  FCp  out    FCp  in,  hanya  saja  letak  out  dan  in-nya  yang berbeda yaitu:
Gambar 7-22. Aturan aliran masuk dan keluar di atas dan di bawah Pinch. Sehingga  berdasarkan  aturan  pada  Gambar  7-21,  dan  aturan  FCp  out  FCp  in,
maka  aliran  nomor  1a  dipasangkan  dengan  aliran  nomor  4a.  Hal  ini  berarti  jumlah panas 17,5 MW ditransfer ke aliran nomor 4a, dan sisa panas yang dibutuhkan aliran
nomor 1a adalah 24 – 17,5 = 6,5 MW.
Panas 6,5 MW bisa diambil dari aliran nomor 2a meskipun tidak sesuai aturan FCp out  FCp in, dengan syarat tidak ada lagi aliran yang bisa dipasangkan lagi.
Dengan demikian sisa panas pada aliran nomor 2a adalah 16,5 – 6,5 = 10 MW, yang
hanya bisa didinginkan oleh cold utility atau air pendingin. Jadi, jumlah HE yang dibutuhkan adalah:
U
min
= N
di atas Pinch
+ N
di bawah Pinch
5 N
di atas Pinch
= 3 + 1 QH = 4 N
di bawah Pinch
= 2 + 1 QC = 3 Total kebutuhan HE
= 7 unit Jadi susunan jaringan HE menjadi:
aliran masuk = in aliran keluar = out
aliran masuk = in
aliran keluar = out
314 Gambar 7-23. Susunan HEN-D pada diagram grid.
Sehingga jika digambarkan beserta diagram prosesnya menjadi:
Gambar 7-24. Susunan HEN-D pada diagram proses
Reaktor C2
C1
C3
200 C Column
Column Column
2 HE
HE 4
HE 5
140 C 3
HE 1
HE
250 C
230 C 20 C
180 C
40 C 80 C
2a 4a
1a Ts= 20°C
Tt= 40°C Tt = 80°C
5
2
nd
6.5 MW
4 1
st
17.5 MW
Q
C
= 10 MW C
8 MW
2
4
3
1 Ts= 50°C
Ts=200°C Tt=180°C
Tt=230°C 1
1
st 12.5 MW
2
2
nd
3
3
rd
7
MW
H
Q
H
=  7,5
T
Pinch
140°C 150°
di bawah Pinch di atas Pinch
315 Aturan-aturan  dalam  desain  metode  Pinch  mencakup  adanya  stream  splitting
pembagian aliran dengan cara sebagai berikut Chen: a.  Di atas titik Pinch:
1.  Jika semua aliran panas harus di dinginkan mendekati titik Pinch 2.  Jika jumlah aliran panas  jumlah aliran dingin
Gambar 7-25. Aturan stream splitting di atas titik Pinch 2
4 3
1
1 2
T
Pinch
90°C 100°C
90°C 100°C
5 3
100°C 2
4 3
1
1 2
T
Pinch
90°C 100°C
90°C 100°C
5 100°C
316 b.  Di atas titik Pinch:
1.  Jika semua aliran dingin harus di panaskan mendekati titik Pinch 2.  Jika jumlah aliran dingin  jumlah aliran panas
Gambar 7-26. Aturan stream splitting di bawah titik Pinch 2
4 3
1
1 2
T
Pinch
90°C 100°C
90°C 100°C
5 100°C
3 2
4 3
1
1 2
T
Pinch
90°C 100°C
90°C 100°C
5 100°C
317
7 7
. .
2 2
. .
A A
U U
D D
I I
T T
E E
N N
E E
R R
G G
I I
P P
A A
D D
A A
S S
I I
S S
T T
E E
M M
I I
N N
T T
E E
G G
R R
A A
S S
I I
P P
R R
O O
S S
E E
S S
                