PRINSIP SELEKSI KANDIDAT IDEAL

786 seluruh proses yang dilakukan, dari awal hingga kandidat ditentukan. Perumusan prinsip seleksi kandidat yang ideal ini sebagai landasan setiap partai politik dalam menyelenggarakan seleksi kandidat untuk pengisian jabatan publik di daerah atau pun pusat, legislatif atau pun eksekutif. Berangkat dari refleksi teoritis dan praktik di lapangan, maka prinsip seleksi kandidat yang ideal dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Prinsip Kebebasan dan Kesetaraan Hak Setiap warga negara yang memenuhi syarat sesuai yang ditetapkan negara, berhak untuk memilih dan dipilih. Dasar itulah yang kemudian digunakan untuk mendorong proses seleksi kandidat lebih inklusif. Kesempatan yang sama untuk mengisi jabatan publik harus di dorong agar kandidat yang muncul benar-benar individu yang mempunya kapasitas dan kredibilitas. Kebebasan dan kesetaraan hak tersebut haruslah dijamin dengan regulasi yang jelas dan tegas. 2. Prinsip Desentralisasi Kewenangan di dalam tubuh partai haruslah didistribusikan ke seluruh struktur partai sesuai tugas pokok dan fungsinya. Hal ini penting untuk menjamin aturan yang jelas di internal, kewenangan sesuai struktur organisasi, aturan pengambilan keputusan, dan transparansi di semua level. Kewenangan juga harus di distribusikan ke strukutr partai di daerah. Hal tersebut dilakukan agar struktur partai di daerah memiliki wewenang untuk mengambil keputusan sesuai kebutuhan dan kondisi di daerahnya. Anggota partai juga harus memiliki peran formal dalam pengambilan keputusan partai dalam proses seleksi kandidat. Jika kewewangan tersebut dapat disebarkan secara proporsional, maka fungsi check and balances atas proses seleksi kandidat dapat dijalankan. 3. Prinsip Transparan dan Akuntabel Proses seleksi kandidat haruslah transparan dan akuntabel agar semua elemen partai dan publik tahu proses apa yang sedang berjalan. Dengan seperti itu, kandidat yang terpilih mempunyai legitimasi yang kuat dari semua elemen partai dan publik. Selain itu, potensi konflik dapat diredam karena semua pihak dapat mengetahui proses seleksi kandidat yang berjalan. Prinsip transparan dan akuntabel juga menjadi penting, untuk meminimalisir praktik transaksional yang sebelum berpotensi terjadi. 4. Prinsip Kompetisi yang Adil dan Damai Prinsip adil dalam pengertian ini adalah dengan adanya aturan yang dibuat dan disepakati bersama, semua calon kandidat memiliki ruang yang sama untuk berkompetisi. Dengan aturan yang jelas dan tegas, proses yang demokratis dan transparan, serta kompetisi yang adil, diharapkan seluruh proses seleksi kandidat lancar dan damai. Rahat mengajukan konsep demokratisasi seleksi kandidat melalui dua logika. Pertama, demokrasi sebagai sebuah sistem yang memungkinkan semua warga berpartisipasi dalam memilih di antara calon dan kelompok yang bersaing, yang mengklaim paling mewakili kepentingan dan nilai mereka. Dalam perspektif ini, sistem yang lebih demokratis adalah yang secara optimal menyeimbangkan antara empat unsur dasar demokrasi, yaitu: partisipasi, kompetisi, representasi, 787 dan responsivitas. Kedua, demokrasi sebagai sarana untuk menyebarkan kekuasaan dari pusat ke daerah agar tercipta check and balances. Selain itu harus ada pembatasan kekuasaaa melalui regulasi yang jelas dan tegas. 933 Kemudian, dalam pelaksanaan seleksi kandidat, dapat melalui metode seleksi calon tiga tahap. Pada tahap pertama, panitia kecil yang menjadi agensi resmi dari partai membuka pendaftaran bakal calon kandidat secara inklusif. Bakal calon kandidat yang telah mendaftar dicatat dan dibuat daftar bakal calon. Pada tahap kedua, agensi penyeleksi atau selektorat melakukan seleksi terhadap bakal calon yang telah mendaftar menggunakan prosedur khusus mutlak suara mayoritas, misalnya dan juga akan meratifikasi re-adopsi calon incumbent. Pada tahap ketiga, anggota partai akan memilih calon kandidat dari daftar bakal calon kandidat yang tersisa di daftar. 934 Rahat dan Hazan juga melihat bahwa democratization of the candidate selection process is expressed by widening participation in the process . 935 Demokratisasi proses seleksi calon dinyatakan dengan memperluas partisipasi dengan calon kandidat yang diseleksi dan penyeleksi atau selektorat yang harus lebih inklusif. Hal tersebut akan secara langsung mempengaruhi bagaimana kandidat diputuskan. Dengan selektorat yang lebih banyak, mau tidak mau membutuhkan prosedur pemilihan; bukan penunjukan, untuk menentukan kandidat terpilih. Kedua syarat ini penting untuk dilakukan karena jika hanya salah satu maka tidak bisa dikatakan demokratis sejati. Setidaknya ada dua alasan, mengapa dua syarat tersebut harus terpenuhi. Pertama, meskipun persyaratan pencalonan yang lebih inklusif, namun dengan selektorat yang terbatas, maka selektorat tersebut masih memiliki kontrol penuh atas hasil akhir. Kedua, selektorat yang lebih inklusif akan lebih terdesentralisasi. Hal ini dapat dianggap sebagai proses demokratisasi. Dengan kata lain, desentralisasi dapat membatasi, mempertahankan, atau memperluas kontrol dan batas demokrasi intra-partai.

G. PENUTUP

KESIMPULAN Tulisan ini mencoba mencari kerangka ideal bagaimana seharusnya partai politik dalam melakukan seleksi kandidat. Seleksi kandidat yang ideal seleksi kandidat yang menggunakan prinsip-prinsip demokrasi dalam seluruh proses yang dilakukan, dari awal hingga kandidat ditentukan. Prinsip-prinsip demokrasi itu adalah prinsip kebebasan dan kesetaraan hak, prinsip desentralisasi, prinsip transparan dan akuntabel, dan prinsip kompetisi yang adil dan damai. Selain prinsip-prinsip tersebut, ada dua konsep yang menjadikan seleksi kandidat lebih demokratis yaitu inklusifitas dan desentralisasi. 933 Gideon Rahat, , Which Candidate Selection Method is More Democratic? http:escholarship.orgucitem05n9f4bn, diakses tanggal 3 Juli 2016 934 Ibid. 935 Gideon Rahat dan Reuven Y. Hazan, Loc. Cit. 788 Inklusifitas syarat calon kandidat dan selektorat menjadi penting untuk memastikan keran partisipasi terbuka lebar untuk anggota partai dan publik. Anggota partai dan publik bisa mendaftar sebagai calon kandidat atau bisa berpartisipasi dalam menyeleksi calon kandidat. Hal ini untuk memastikan prinsip kebebasan dan kesetaraan hak berjalan dalam proses seleksi kandidat. Selain itu, konsep inklusifitas yang mendorong anggota partai dan publik ikut aktif berpartisipasi, membuat proses seleksi kandidat menjadi lebih transparan dan akuntabel. Transparan dan akuntabel hanya akan terjadi jika semua orang dapat mengawasi berjalannya proses dari awal hingga akhir. Konsep selanjutnya adalah desentralisasi. Desentralisasi yang dimaksudkan disini adalah adanya penyeberan kewenangan dari pimpinan pusat partai ke struktur bawah partai. Desentralisasi menjadikan stuktur partai di bawah dan setiap anggota partai memiliki kewenangan dalam menentukan calon kandidat. Hal ini penting untuk menjamin aturan yang jelas di internal, kewenangan sesuai struktur organisasi, aturan pengambilan keputusan, dan transparansi di semua level. Hadirnya desentralisasi membuat struktur partai di bawah dapat menentukan kandidatnya sendiri. Diharapkan kandidat yang terpilih tersebut lebih aspiratif dan merepresentasikan keadaan dan kebutuhan lokal. Kewenangan yang tersebar secara proporsional, niscaya akan membuat fungsi check and balances berjalan. Demokratisasi seleksi kandidat diharapkan dapat menjadi kunci untuk membuka the secret of garden of politics . Sudah saatnya taman politik itu tidak menjadi rahasia lagi. taman tersebut harus terbuka untuk publik, sehingga publik dapat mengakses keseluruhan proses seleksi kandidat. kandidat yang dihasilkan pun dapat lebih aspiratif, kredibel, dan akuntabel. DAFTAR PUSTAKA Azwar, Rully Chairul, Pengembangan SDM Partai Politik: Rekrutmen dan Kaderisasi di Pa rtai Golkar , Pokok-pokok pikiran disampaikan pada seminar nasional Pembaharuan Partai Politik yang diselenggarakan oleh PUSKAPOL FISIP UI, Jakarta, 18 September 2008. Budiardjo, Miriam, 1999. Dasar-Dasar Ilmu Politik, cetakan keduapuluh, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Cross, William, 2008. Democratic Norms And Party Candidate Selection: Taking Contextual Factors Into Account, Jurnal Party Politics Vol 14. No.5 Pp. 596 –619, London: Sage Publications. Field, Bonnie N., Peter M. Siavelis, 2008. Candidate Selection Prosedure in Transitional Polities: A Research Note, Jurnal Party Politics Vol. 14 No. 5 pp. 620 – 639 Los Angeles: Sage Publications. Gallagher, Michael dan Michael 1988. Marsh, Candidate Selection in Comparative perspective: The secret Garden of politics, London: Sage Publications.