Penyelesaian Konflik Internal Parpol menurut ADART Parpol dan

1177 Undang-Undang No 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik menjelaskan bahwa perselisihan partai politik diselesaikan dengan cara musyawarah yang meliputi alternatif penyelesaian seperti mediasi, arbitrase dan peradilan. Di dalam UU tersebut belum ada alternatif menyelesaikan sengketa internal dengan membentuk suatu mahkamah partai politik. Namun setelah dirubahnya Undang-Undang No 2 Tahun 2008 Jo Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik, maka penyelesaian sengketa internal parpol dapat diselesaikan dengan suatu badan peradilan partai yang disebut sebagai mahkamah partai politik. Dengan demikian, maka mahkamah partai politik, dibentuk sebagai realisasi pelaksanaan terhadap undang-undang partai politik di mana sengketa internal parpol harus diselesaikan melalui jalur mahkamah partai politik. Berdasarkan ketentuan di atas, mahkamah partai politik merupakan mahkamah atau badan peradilan yang dibentuk atas dasar undang-undang, dalam pembentukan diserahkan sepenuhnya kepada partai politik yang bersangkutan, kemudian dilaporkan oleh pimpinan partai politik kepada kementerian, yang berkuasa penuh atas penyelesaian perselisihan internal partai politik yang berkaitan dengan internal partai, dengan mengemban tugas yang telah tercantum dalam ayat selanjutnya yaitu membuat keputusan yang berkenaan dengan perselisihan internal yang bersifat final dan mengikat secara internal dalam hal yang berkenaan dengan masalah kepengurusan partai. Seperti halnya di dalam ADART Partai Persatuan Pembangunan PPP, dijelaskan bahwa mahkamah partai PPP adalah institusi yang terdiri atas para tokoh PPP yang memiliki kompetensi di bidang hukum dan politik, bekerja secara kolektif, bertugas dan berwenang menyelesaikan perselisihan kepengurusan internal PPP. 171 Sedangkan di dalam ADART Partai Golongan Karya GOLKAR sebutan lain dari mahkamah partai adalah Dewan Pimpinan yang mana suatu badan pelaksana tertinggi partai yang bersifat kolektif. Salah satu tugas dari dewan pimpinan partai golkar adalah menyelesaikan perselisihan kepengurusan. Semua ini termasuk stuktur organisasi yang didirikan didalam partai politik. Pada hakikatnya setiap parpol memiliki ADART sebagai pedoman dasar untuk menjalankan serangkaian visi dan misi dari parpol tersebut. Termasuk aturan tentang penyelesaian konflik yang terjadi dalam parpol itu sendiri. Seperti halnya di dalam ADART Partai Golkar 172 yang mengatur penyelesaian perselisihan hukum. Namun, hal yang disayangkan adalah hampir semua parpol tidak menyediakan aturan yang mengatur secara jelas dan detail tentang mekanisme yang harus ditempuh atau dipakai pada saat menghadapi konflik internal. Padahal seharusnya setiap parpol memiliki mekanisme yang khusus dan jelas untuk mengatasi permasalahan- permasalahan internal sehingga mampu secara mandiri menyelesaikan konflik internalnya. Ketika parpol memiliki aturan yang jelas tentang 171 Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Partai Persatuan Pembangunan, pasal 22 ayat 1. 172 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai Golkar, pasal 38. 1178 mekanisme penyelesaian konflik internal yang sangat mungkin terjadi dalam tubuh parpol ini, dimana aturan tersebut dituangkan dalam ADART yang eksistensinya dijadikan sebagai pedoman akan sangat mengurangi intervensi dari pihak luar pemerintah dan akan menghindari konflik internal yang berkepanjangan.

B. Bagaimanakah dengan Posisi Pemerintah dalam Sengketa Internal

Parpol? Didalam Undang-Undang tentang Partai Politik Pasal 1 ayat 6 dan 7 dijelaskan bahwa segala urusan mengenai partai ditangani oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Permasalahan yang sering muncul di internal partai politik yang ada di Indonesia adalah bagaimana posisi pemerintah dalam konflik internal parpol tersebut. Undang-Undang menjelaskan bahwa pemerintah baca: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia tidak diperkenankan ikut mencampuri permasalahan yang ada diinternal partai. Dengan kata lain, pemerintah dalam posisi pasif menunggu diselesaikannya konflik internal tersebut secara internal maupun eksternal. Dari perjalanan panjang ditahun politik 2014 kita dapat mengidentifikasi beberapa hal yang dapat melahirkan pandangan negatif terhadap partai politik, khususnya yang ikut serta dalam kontestasi pemilu 2014. Pertama, pada 2014 partai politik peserta pemilihan umum legislatif pecah menjadi dua kubu yaitu, kubu koalisis merah putih dan koalisis Indonesia hebat. Kedua, ada beberapa kader yang tidak menyetujui arah politik yang dilakukan oleh partainya sehingga mengakibatkan sebagian kader membelottidak setuju dengan keputusan partai, dan kader-kader ini sebagian akhirnya dipecat. Ketiga, parlemen atau legislatif terpecah menjadi dua KMP dan KIH dan pada proses pemilihan pimpinan parlemen semua dikuasai oleh KMP, baik pimpinan DPR dan wakil pimpinan DPR sampai pada pimpinan alat kelengkapan DPR. Dari polemik pimpinan parlemen ini memunculkan parlemen tandingan yang digagas oleh KIH. Keempat, ada beberapa partai yang mengalami konflik internal, akibat banyak kaderpimpinan partai tidak setuju dengan arah koalisi yang ditentukan oleh internal maupun pemimpin partai. Dari keempat poin di atas, konflik dalam internal partai, akhir-akhir ini menjadi sebuah polemik besar yang perlu mendapatkan perhatian dari pihak-pihak terkait termasuk Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dalam Undang-Undang tentang partai politik dijelaskan bahwa Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia menjadi tempat dimana partai politik itu mendaftarkan diri untuk menjadi badan hukum dan dapat diakui keberadaanya. Namun, seperti yang ada dipoint keempat, tentang konflik yang terjadi diinternal partai. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia tidak mempunyai kewenangan untuk ikut campur dalam internal partai. 173 173 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik, pasal 32 dan 33 1179 Dari uraian terkait Pasal 32 dan 33 di atas, jelas terlihat bahwa segala bentuk masalah yang terjadi di internal partai politik dikembalikan ke internal partai tersebut, tanpa ada campur tangan dari unsur pemerintah termasuk Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pemerintah seharusnya dalam posisi mendorong parpol untuk menyelesaikan konflik internal parpol secara internal sesuai AD ART parpol dan bisa juga melalui pengadilan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

II. Penyelesaian Konflik Internal Parpol menurut UU Parpol

Penyelesaian konflik secara internal parpol dilakukan oleh sebuah badan atau lembaga yang dibentuk oleh parpol itu sendiri. Namanya bisa mahkmah partai atau nama lainnya yang disepakati. Ketentuan mengenai mahkamah partai politik didalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Jo Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik yang diatur dalam pasal 32 ayat 2 menyatakan bahwa dalam rangka menguatkan pelaksanaan demokrasi dan sistem kepartaian yang efektif sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UUD RI 1945, maka diperlukan penguatan kelembagaan serta peningkatan fungsi dan peran partai politik. 174 Fungsi mahkamah partai politik dalam menyelesaikan konflik internal partai politik diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik adalah: a. Mahkamah partai politik dalam menyelesaikan konflik internal partai diatur dalam pasal 32 dan pasal 33. Adapun ketentuan Pasal 32 diubah sehingga Pasal 32 berbunyi sebagaiberikut: 1 Perselisihan partai politik diselesaikan oleh internal partai politik sebagaimana diatur didalam AD danART. 2 Penyelesaian perselisihan oleh internal partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh suatu mahkamah partai politik atau sebutan lain yang dibentuk oleh partai politik. 3 Susunan mahkamah partai politik atau sebutan lain sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disampaikan oleh pimpinan partai politik kepadakementrian. 4 Penyelesaian perselisihan internal partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat 2 harus diselesaikan paling lambat 60 enam puluh hari. 5 Putusan mahkamah partai politik atau sebutan lain yang bersifat final dan mengikat secara internal dalam hal perselisihan yang berkenaan dengan kepengurusan. b. Ketentuan Pasal 33 ayat 1 diubah sehingga Pasal 33 berbunyi sebagai berikut: 1 Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 tidak tercapai, penyelesaian perselisihan dilakukan melalui pengadilannegeri. 174 Lihat Peran dan Fungsi Mahkamah Partai Politik Dalam Menyelesaikan Konflik Internal Partai menurut UU No 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik, digilib.uinsby.ac.id, hlm. 47-60.