Penutup Opsi Penguatan Otonomi

1022 adalah bagaimana partai politik juga akan mengalami desentralisasi seiring dengan munculnya penghargaan yang lebih kepada karakter lokal. Beberapa persoalan dasar yang muncul antaral lain figur pusat’ sebagai penentu keputusan, bahkan untuk hajat lokal sekalipun restu pusat’ dalam setiap perubahan kepengurusan di daerah rekom pusat’ atas kandidat yang biasanya akan berlaga dalam suksesi di tingkat lokal 4 terputusnya relasi antara pengurus di tingkta DPD provinsi dan DPC kabupatenkota 5 fenomena lobi, modal, dan krisis kader dalam penentuan keputusan elektoral dan 6 ideologi yang pada akhirnya tak lebih dari sekedar naskah tekstual administratif ketimbang aplikatif. Dalam rangka mendemokratiskan partai politik sekaligus menempatkan kembali partai politik sebagai institusi yang menjadi saluran representasi warga, diperlukan upaya penguatan otonomi. Penulis sekurang-kurangnya mengusulkan bahwa diperlukan penguatan figur politisi lokal untuk meningkatkan posisi tawar- menawar, perlunya merasionalisasi cara berpikir masyarakat agar objektif dan kritis dalam melihat partai politik, penguatan regulasi untuk memberikan batasan yang lebih tegas pada potensi potong kompas di tubuh partai politik saat kandidasi, penguatan kaderisasi sebagai cara untuk mendorong lahirnya keteraturan sistem karir yang berpotensi mendorong soliditas partai politik secara internal, dan terakhir melalui perampingan struktur dengan harapan agar muncul sistem kader yang lebih kompetitif di internal. Hal ini dapat mendorong apresiasi yang lebih menjanjikan bagi kader sekaligus potensial mengurangi fenomena pindah partai menjelang suksesi.

D. Daftar Pustaka

Arifadi, B., dkk., 2005. Penguasa Lokal Pilihan Demokrasi Liberal, Pilkada dala Peta Politik Lokal, Surakarta: Partnership. Aspinall, Edward dan Mada Sukmajati, 2015. Patronase dan Klientelisme dalam Politik Elektoral di Indonesia dalam Politik Uang di Indonesia, Patronase dan Klientelisme pada Pemilu Legislatif 2014, Yogyakarta: Polgov FISIPOL UGM. Diamond, Larry, 2003. Developing Democracy Toward Consolidation, Yogyakarta: IRE-Press. Haris, Syamsudin, 2005. Dominasi Pengurus Partai, Kasus Kabupaten Kupang dan Ende dalam Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai, Proses Nominasi dan Seleksi Calon Legislatif Pemilu 2004, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Imawan, Riswandha, 2011. Quo Vadis Demokrasi Indonesia, Yogyakarta: Polgov FISIPOL UGM. Mar’iyah, Chusnul, . Politik Lokal dan Otonomi Daerah Revisited: Demokratisasi Melalui Pemilu Dalam Belajar dari Politik Lokal, Jakarta : UI-Press. 1023 Metera, I Gde Made, 2013. Belajar dari Buleleng: Pemilukada Langsung, Memperkuat Demokrasi atau Kontestas Kekuatan Ekonomi? Dalam Belajar dari Politik Lokal, Jakarta : UI-Press. Noor, Firman, 2007. Kegagalan Partai Politik Menarik Simpati Rakyat: Urgensi Sebuah Paradigma Baru Partai Politik dalam Jurnal Penelitian Politik Vol. 4., No. 1, 2007. Jakarta: LIPI. Ridwan, 2015. Jayapura Utara, Papua: Membeli Pemilih dan Penyelenggara Pemilu dalam Politik Uang di Indonesia, Patronase dan Klientelisme pada Pemilu Legislatif 2014, Yogyakarta: Polgov FISIPOL UGM. Sahdan, Gregorius dan Muhtar Haboddin Ed., 2009. Evaluasi Kritis Penyelenggaraan Pilkada di Indonesia, Yogyakarta: The Indonesian Power for Democracy IPD. Subono, Nur Iman dan Willy Purna Samadhi, 2009. Politik Dominasi dan Konsolidasi Elit-dominan dalam Demokrasi di Atas Pasir, Jakarta: Demos. Wahid, Marzuki, 2015. Cirebon, Jawa Barat : Ketika Materialisme Mengalahkan Personalisme dalam Politik Uang di Indonesia, Patronase dan Klientelisme pada Pemilu Legislatif 2014, Yogyakarta: Polgov FISIPOL UGM. Biografi Penulis Ibrahim adalah Dosen Ilmu Politik FISIP Universitas Bangka Belitung. Menyelesaikan Pendidikan S1, S2, dan S3 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Bidang ilmu keahlian adalah Ilmu Politik dengan minat kajian mengenai demokrasi lokal, politik identitas, dan Pluralisme. Aktif di lembaga kajian demokrasi lokal The lalang nstitute’ yang berbasis di Pangkal Pinang-Bangka Belitung.