1249
politik uang money politics
69
adalah sebuah tindakan dan cara yang tidak demokratis, menggunakan dan memobilisasi uang untuk mengintervensi proses
politik dan kebijakan publik dapat menyebabkan pengaruh yang tidak wajar undue influence sehingga melanggar prinsip-prinsip demokrasi.
70
Oleh karena itu tentu saja berbeda antara uang dalam politik money in politcs dengan politik uang money politics. Uang dalam politik money in politics adalah
biaya yang semestinya dikeluarkan untuk mengongkosi proses politik, bukan biaya yang dikeluarkan untuk membeli suara masyarakat agar pilihannya diarahkan pada
satu partai politik. Berarti bahwa uang dalam politik money in politics adalah biaya rasional yang berada di luar praktek-praktek suap menyuap dalam proses berpolitik.
Uang dalam politik money in politics lebih dimaknai bahwa dalam aktifitas politik, partai politik terdapat uang yang mendukung berjalannya kegiatan-kegiatan partai.
Ketika uang ini tidak ada, maka kegiatan partai politik tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.
71
Oleh karena itu maka pengaturan keuangan partai politik, khususnya terkait dengan sumber keuangan yang ditujukan kepada partai politik. Pengaturan yang
demikian ialah salah satu cara mempertahankan kemandirian partai politik dalam beridiologi untuk menciptakan keadaan demokrasi yang lebih baik, terutama di dalam
menentukan arah perjuangan kebijakan publik.
3.1. Menguatkan
Partai Politik Melalui Iuran Anggota
Partai politik di Indonesia termasuk dalam partai politik yang berbasis pada massa tetapi hidup dalam masyarakat yang warganya tidak mau menanggung beban
untuk membiayai kegiatan partai mass parties in free-riding society termasuk dalam hal ini adalah anggota partai politik.
72
Dari dulu sampai saat ini belum ada partai politik yang benar-benar mampu untuk mengumpulkan dana yang bersumber dari
iuran anggota. Bahkan sampai saat ini semua partai politik baik pengurus ditingkat nasional maupun ditingkat daerah belum mempunyai peraturan dan petunjuk teknis
bagi para pengurus untuk melakukan penarikan dana iuran anggota. Oleh karena itu sampai saat ini belum ada partai politik yang benar-benar mampu untuk
mengumpulkan dana iuran dari setiap anggotanya.
73
Hal ini juga sebagaimana yang diungkapkan oleh pengamat politik, Djayadi Hanan, bahwa iuran anggota partai
69
Politik uang money politics yang dimaksud disini bukan hanya permainan politik uang Money politics yang dilakukan pada saat adanya pemilu baik eksekutif maupun legislatif,
melainkan juga mencakup tindakan partai politik yang selalu mengedepankan penghimpunan dana tanpa adanya sistem pertanggungjawaban yang jelas dan kemudian mempengaruhi ranah
kebijakan-kebijakan yang disusun oleh partai politik.
70
Yang dimaksud prinsip demokrasi yang paling utama dalam hal ini adalah menempatkan manusia Masyarakat sebagai pemilik kedaulatan. Oleh karena itu di dalam setiap kebijakan
publik yang akan di keluarkan adalah harus sesuai dengan nilai-nilai yang hidup di tengah kehidupan masyarakat, bukan kebijakan publik yang hanya mengakomodir kepentingan individu
atau kelompok tertentu saja.
71
Tim peneliti Komite Pemantau Legislatif bekerjasama dengan Partnership, pembiayaan partai politik sulawesi selatan, Komite Pemantau Legislatif bekerjasama dengan Partnership:
Jakarta, 2013, hlm. 31-32.
72
Ramlan Surbakti, Roadmap Pengendalian Keuangan Partai Politik Peserta Pemilu, jakarta: The Partnership For Governence Reform Kemitraan, 2015, hlm. 4.
73
Veri Junaidi dkk, Anomali Keuangan Partai Politik Pengaturan dan Praktek, Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, 2011, hlm. 99.
1250
politik sampai saat ini rata-rata 0 sekian persen dalam pendanaan dari kebutuhan partai politik di Indonesia.
74
Padahal pada semua Undang-Undang tentang partai politik, mulai dari UU No. 21999, UU No. 312002, UU No. 22008, dan UU No. 22011, Sejatinya
menempatkan iuran anggota partai politik dalam urutan yang pertama dalam sumber keuangan setiap partai politik. Adapun permasalahan dalam pengumpulan iuran
anggota ialah karena partai politik masih banyak yang belum memiliki peraturan teknis secara terperinci dalam mengumpulkan iuran anggota, serta memudarnya
hubungan ideologi antara partai politik dengan anggotanya, sehingga kemudian mengakibatkan tidak berjalannya iuran anggota dalam pendanaan terhadap partai
politik. Padahal jika memandang partai politik dari pengertian, sejatinya iuran anggota dalam pendanaan partai politik merupakan bentuk pendanaan yang paling
ideal. Karena sejatinya partai politik adalah organisasi yang dibentuk oleh sekelompok warga negara secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-
cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara.
Hal inilah yang mejadi faktor utama terkendalanya penarikan dana bantuan keuangan partai politik yang berasal dari anggota. Oleh karena itu, untuk mengatasi
berbagai potensi buruk partai politik seperti dikemukakan di atas, diperlukan mekanisme penunjang, yaitu mekanisme internal yang menjamin demokratisasi
melalui partisipasi anggota partai politik itu sendiri dalam setiap proses pengambilan kebijakan, termasuk kebijakan atas pendanaan dan pengelolaan keuangan partai
politik. Pengaturan mengenai hal seperti ini sangat penting sehingga harus dirumuskan secara tertulis dalam anggaran dasar constitution of the party dan
anggaran rumah tangga partai politik bersangkutan yang ditradisikan dalam rangka rule of law.
3.2. Menguatkan Partai Politik dengan Subsidi Finansial Dari Negara
Merujuk pada ketentuan pasal 6A ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai
politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum kemudian pasal 22E ayat 3 UUD 1945 yang menyatakan bahwa
Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah adalah partai politik . dari ketentuan dalam konstitusi tersebut jelas bahwa kehadiran partai politik merupakan sebuah amanat langsung oleh konstitusi. Artinya
bahwa dengan memberikan mandat tersebut, dimana partai politik wajib hadir dalam prosesi pemilihan umum baik dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
maupun anggota DPR dan DPRD, maka secara tidak langsung ketentuan tersebut juga memberikan kewajiban kepada negara, supaya negara dapat memberikan fasilitas
kepada partai politik untuk turut serta dalam pemilihan umum tersebut.
Oleh karena itu kemudian dalam Undang-Undang tentang partai politik menyebutkan bahwa salah satu hak dari partai politik adalah memperoleh bantuan
keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
75
Namun yang terjadi bahwa dana subsidi negara melalui APBN APBD belum cukup memadai dalam membantu partai politik dalam membantu
pendanaan. Menurut penelitian dari Perludem, bahwa subsidi keuangan negara terhadap partai politik jika dipresentasikan hanya sebesar 1,32 persen pertahun dari
74
http:news.metrotvnews.compolitikGNG9PVzk-idealnya-parpol-dibiayai-iuran- anggota
diakses pada 14 Juli 2016
75
Lihat Pasal 12 huruf K Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
1251
jumlah total belanja partai politik.
76
Jumlah tersebut tentu saja sangat kecil jika dibandikan dengan negara-negara lain.
Di Jerman, 75 dana Parpol dibiayai oleh negara. Alasannya adalah agar keuangan parpol lebih terkontrol. Jika sebagian dana parpol dikontrol oleh
pemerintah, pencegahan masuknya dana-dana gelap, praktek money laundering dan korupsi politik akan jauh lebih mudah dilaksanakan. Di Denmark, sejak 1986
pemerintahnya telah memberikan subsidi tahunan kepada parpol. Untuk setiap satu suara yang didapatkan, parpol akan menerima 30 danish krone atau sekitar Rp
60.000,- per tahun. Namun demikian, tidak semua parpol berhak mendapatkan kucuran dana itu. Ada kriteria batas perolehan suara secara nasional. Partai Sosial
Demokrat, yang mendapat 20 suara dalam Pemilu terakhir, bila dirupiahkan mendapat sekitar Rp 52,4 miliar per tahun. Di Uzbekistan melakukan subsidi 100
terhadap partai politik. kemudian Austria dan Meksiko disubsidi negara lebih dari 50. Sementara di Inggris, Italia dan Australia, negara memberikan subsidi kurang
dari 50 kepada parpolnya.
77
Dalam kerangka tersebut, maka negara harus mencoba untuk membangun sistem pendanaan partai politik yang jauh lebih baik dengan maksud untuk
mempromosikan prinsip-prinsip demokrasi dan penegakan hukum. Salah satu pendekatan yang seharusnya dilakukan adalah mengenalkan sistem subsidi negara
public funding kepada partai politik. Subsidi Negara ini diharapkan dapat menjawab persoalan finansial partai politik serta menekan pengaruh sumbangan
para pemilik modal. Subsidi negara merupakan sesuatu yang konstitusional, karena hal tersebut secara tersirat telah diamanatkan langsung di dalam konstitusi.
Selain itu bahwa pengelolaan keuangan yang berasal dari subsidi negara, tentunya akan mudah untuk dilakukan monitoring, hal ini merujuk pada investigasi
yang dilakukan oleh ICW, terdapat perilaku yang menarik untuk diperhatikan di kalangan partai politik terkait dengan pola pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan mereka. ICW menemukan bahwa mayoritas partai politik mematuhi kewajiban untuk membuat dan menyampaikan laporan keuangan yang bersumber
dari subsidi Negara. Hal ini berbeda dengan kepatuhan mereka untuk membuat dan menyampaikan laporan keuangan tahunan yang memuat seluruh pendapatan dan
belanja mereka, yang banyak tidak dipatuhi. Kepatuhan untuk membuat laporan keuangan atas subsidi Negara yang mereka terima ini dipengaruhi oleh ketentuan
yang dimuat dalam Peraturan Pemerintah yang mempersyaratkan adanya laporan keuangan dari parpol sebagai salah satu syarat untuk menerima bantuan di tahun
berikutnya. Artinya syarat ini menjadi pemacu dan bantuan Negara menjadi insentif bagi kepatuhan mereka.
78
76
Didik Supriyanto dan Lia Wulandari, Bantuan Keuangan Partai Politik Metode Penetapan Besaran, Transparansi, dan Akuntabilitas Pengelolaan, Jakarta: Yayasan Perludem,
2012, hlm. 36.
77
Aryojati Ardipandanto, Kontroversi Wacana Dana Parpol, Jurnal Info Singkat Pemerintahan Dalam Negeri Vol. VII, No. 06IIP3DIMaret 2015.
78
Laporan Akhir Program “Promoting Increased Access to Political Party Financial Reports
” ICW 2015 dalam makalah Ahsanul Minan berjudul Menggagas Reformasi Pendanaan Partai Politik Melalui Subsidi Negara Kepada Partai Politik. Makalah disampaikan dalam acara
“Kajian Peningkatan Besaran Bantuan Keuangan kepada Partai Politik” yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, 17 November 2015 untuk selengkapnya makalah dapat
di unduh dalam situs: http:www.slideshare.netahsanovsubsidi-negara-kepada-partai-politik
diakses pada 14 Juli 2016.
1252
Oleh karena itu, maka subsidi dari negara dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk dari alat rekayasa sosial di lingkungan partai politik untuk menumbuhkan
kultur transparansi dan akuntabilitas mereka dalam pengelolaan keuangan. Subsidi Negara dapat dijadikan sebagai instrument untuk memaksa partai politik
mempelajari dan menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan, dan tentu saja hal tersebut akan mendorong adanya kemandirian partai
politik dalam menentukan arah kebijakan publik guna menjadikan masyarakat kearah yang jauh lebih baik. Selain itu juga bahwa banutuan finansial dari negara
akan membuat partai politik menghindari jeratan para pemilik uang, baik yang menjadi pengurus partai maupun yang berada di luar partai.
3.3. Menguatkan Partai Politik dengan Pembatasan sumbangan dari
swasta
Sifat dasar partai politik adalah perolehan kekuasaan atas nama rakyat yang dilakukan melalui Pemilu. Bila menang dalam Pemilu, partai politik akan memegang
kekuasaan melalui jalur pengambil keputusan eksekutif dan jalur pembuat kebijakan legislatif. Setiap keputusan yang dibuat oleh partai politik melalui kedua
jalur tersebut selalu mengatasnamakan rakyat, dan berdampak luas terhadap kehidupan rakyat. Oleh karena itu partai polifik seharusnya memastikan bahwa
setiap tindakannya dilakukan demi rakyat yang diwakilinya, bebas dari politik uang dan pengaruh kelompok kepentingan vested interest group. Namun, pada
kenyataannya, sulit sekali melepaskan partai politik dari pengaruh kelompok kepentingan karena kehidupan partai politik justru tergantung pada sumbangan
yang diterimanya. Sangat mudah bagi kelompok kepentingan untuk mempengaruhi partai politik melalui sumbangan yang diberikannya. Bila ini terjadi, orientasi partai
politik bukan lagi kepada rakyat melainkan kepada kepentingan para donaturnya. Oleh karena itu pembatasan sumbangan kepada parpol mutlak diperlukan.
keterbatasan finansial setiap partai politik ditandai oleh ketergantungan keuangan partai politik kepada penyumbang, sehingga partai politik cenderung
mengutamakan kepentingan penyumbang dan melupakan kepentingan masyarakat. Keterbatasan finansial ini juga terkait dengan kepemimpinan oligarkis karena para
penyumbang besar menduduki posisi strategis kepengurusan partai politik atau merupakan orang-orang yang berada di balik keputusan-keputusan yang diambil
partai politik, yaitu orang-orang yang memiliki kepentingan tertentu dalam sumbangan yang telah ia berikan kepada partai politik.
Dalam hal ini biasanya bentuk akomodasi kepentingan tertentu yang dilakukan oleh pihak swasta maupun individu adalah terdapat adanya unsur kepentingan
pribadi vested interest yang tercermin dalam perumusan kebijakan yang menyangkut kepentingan publik. Oleh karena itu maka mata rantai antara partai
politik dengan pihak swasta atau individu perlu dilakukan pembatasan-pembatasan dalam hal pemberian sumbangan. Dengan adanya pembatasan hubungan antara
partai politik dengan pihak swasta atau individu terutama dalam hal pendanaan, maka diharapakan mampu untuk menciptakan keadaan yang indepen di tubuh partai
politik itu sendiri.
4. PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN KEUANGAN PARTAI POLITIK
Dalam kedudukannya sebagai badan publik, maka sudah tentu partai politik harus mengacu pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik, dalam hal keterbukaan informasi publik ini, maka partai politik juga harus menyediakan atau memberikan informasi publik yang di bawah
1253
kewenangannya kepada publik masyarakat.
79
Pada dasarnya prinsip pengelolaan keuangan di Indonesia khususnya dalam pengelolaan keuangan partai politik ada dua
prinsip, yaitu prinsip transparansi dan akuntabilitas.
80
4.1. Prinsip Transparansi
Keterbukaan informasi atas laporan keuangan partai politik sangat penting bagi kelangsungan demokrasi, karena banyak pihak yang berkepentingan atas
laporan keuangan partai politik tersebut, mulai dari pengurus partai politik, anggota partai politik, lembaga pengawas partai politik, pemerintah, penyumbang, kreditur,
dan publik atau masyarakat luas terutama konstituen partai politik.
Oleh karena itu maka partai politik harus menerapkan prinsip transparansi dalam melakukan pengelolaan keuangan partai politik. Prinsip transparansi adalah
salah satu cara yang bisa di gunakan partai politik untuk menjaga kepercayaan baik internal maupun ekternal publik atas penerimaan dan pengeluaran untuk jalannya
kegiatan partai politik pada setiap tahunnya. Oleh karena itu untuk menjamin transparansi penerimaan dan pengeluaran partai politik disclousur regulation maka
partai politik harus melakukan pelaporan keuangannya baik dalam penerimaan dan pengeluaran partai politik.
Selain itu bahwa transparansi partai politik dalam pengelolaan keuangan memliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan pemerintahan karena sumber
dana terbesar yang digunakan untuk membiyai kegiatan operasional berasal dari penyumbang, maka informasi mengenai keuangan partai politik perlu diungkapkan
kepada masyarakat. Hal ini untuk mencegah adanya penyalahgunaan wewenang ketika partai politik menyusun kebijakan dalam pemerintahan karena terdapat
prioritas kepentingan penyumbang
Adapun hal-hal yang harus terdapat dalam laporan keuangan partai politik untuk dapat menjamin terlaksananya prinsip transparansi diantaranya sebagai
berikut :
81
a. Identitas lengkap setiap sumber penerimaan seperti nama, tempat, tempat tanggal lahir, alamat domisili, nomor telepon, pekerjaan, jabatan dalam
pekerjaan, alamat tempat kerja, nomor telepon tempat kerja, jika perusahaan go publik baik nasional maupun transnasional maka harus disebutkan siapa-
siapa saja yang menjadi pemilik sahamnya;
b. Jumlah dari setiap jenis dan bentuk sumbangan uang, barang, jasa, potongan harga, pinjaman, hadiah, dan lain sebagainya;
c. Rincian program pengeluaran partai dan jumlah setiap jenis dan bentuk pengeluaran;
d. Pihak ketiga seperti organisasi, forum, perkumpulan, kelompok, partai politik ataupun individu yang melakukan kegiatan kampanye untuk mendukung atau
menentang partai politik tertentu atau pasangan calon tertentu tetapi tidak terdaftar sebagai bagian dari pelaksana kampanye P4 atau pasangan calon
tertentu, wajib melaporkan seluruh jenis penerimaan dan pengeluaran kegiatan kampanyenya kepada institusi yang ditentukan;
79
Lihat pasal 7 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
80
Lihat pasal 39 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik
81
Ramlan Subakti dan Didik Supriyanto, Pengendalian Keuangan Partai Politik, seri demokrasi elektoral buku 10, Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaharuan Tata Pemerintahan, 2011,
hlm. 92-93.