Syarat partai Politik ikut pemilu Daftar Pustaka
1270
H. Nuktoh Arfawie Kurde, 2001. Teori Demokrasi. Jakarta, Makalah Jimly Asshiddiqie, 2010. Kemerdekaan Berserikat, Pembubaran Partai Politik, dan
Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Sekretariat MK Kusnardi dan Harmaily Ibrahim dalam Titik Triwulan Tutik. 2011.Kontruksi hukum
tata negara indonesia pasca amandemen UUD 1945. Jakarta:Kencana Muhammad Asfar.2006. Pemilu dan perilaku Memilih 1955-2004 Surabaya: Pustaka
Eureka Miriam Budiarjo. 2000.Dasar-dasarIlmuPolitik. Jakarta :Gramedia
Ramlah Surbakti. 2015. Peta Permasalahan Dalam Keuangan Politik Indonesia.
Jakarta. Kemitraan Bagi Pembaharuan Tata Pemerintahan
Referensis di luar buku
Arifin Ma’ruf. Peran dan Fungsi Partai Politik dalam Menunjang Pelaksanaan Pemilu di Indonesia. Makalah
UU No 14 tahun 2008 Transparansi dan Akuntabilitas P
artai Politik oleh Girindra Sandino . Perludem, 02042014
UU No 2 tahun 2011 tentang Perubahan atas UU No 2 tahun 2008
1271
Abstrak Makalah Sub tema: Mewujudkan Keterbukaan Keuangan Partai Melalui Demokrasi Internal
Partai Politik
PENDANAAN PARTAI POLITIK OLEH NEGARA: MEKANISME PEMBERIAN DANA PUBLIK KEPADA PARTAI POLITIK
Partai politik adalah instrumen utama dalam demokrasi yang dalam menjalankan setiap kegiatannya pasti memerlukan dana. Dana yang diperlukan
partai politik di Indonesia tentunya sangat besar mengingat negara ini adalah negara dengan jumlah penduduk dan luas wilayah yang sangat besar. Dana memang menjadi
keniscayaan dalam percaturan politik di Indonesia, terutama dalam konteks partai politik. Dalam menjalankan setiap kegiatan politiknya partai politik tak jarang
mencari sumber-sumber pendanaan yang tidak jelas asal muasalnya. Sumber- sumber pendanaan ini ditenggarai berasal dari bisnis-bisnis tidak jelas, maupun
kegiatan-kegiatan ilegal lainnya. Sekalipun, partai politik juga mendapatkan dana dari bantuan pemerintah, serta donor swasta atau pun sumbangan pihak-pihak yang tidak
mengikat, akan tetapi jumlahnya tidak terlalu besar. Porsi dana yang didapatkan partai politik dari sumber-sumber pendanaan tidak jelas lain selalu berjumlah lebih
besar. Secara khusus, sumber-sumber pendanaan tidak jelas macam ini dikhawatirkan menjadi ladang korupsi. Sedangkan, secara umum praktek pencarian
dana seperti ini mencederai jalannya demokrasi di Indonesia karena partai politik tidak lagi bekerja untuk kepentingan masyarakat umum, tetapi hanya bagi mereka
yang menyumbang banyak bagi partai. Atas dasar itulah, negara harus turun tangan dengan memberikan pendanaan langsung, melalui dana publik, kepada partai politik
untuk menjalankan kegiatan politiknya. Tulisan ini akan membahas bagaimana mekanisme pemberian dana publik kepada partai politik di Indonesia sebagai bagian
dari pendanaan partai politik oleh negara. Raden Mas Jerry Indrawan
Universitas Paramadina 081284083684
jerry_indrawan18yahoo.co.id
1272
PENDANAAN PARTAI POLITIK OLEH NEGARA: MEKANISME PEMBERIAN DANA PUBLIK KEPADA PARTAI POLITIK
Raden Mas Jerry Indrawan Kata Kunci: Partai Politik, Pendanaan oleh Negara, dan Dana Publik
Pendahuluan
Partai politik memainkan peranan yang moderen dalam era demokrasi massa seperti sekarang ini. Menurut Peter Mair, partai politik memiliki beberapa fungsi,
seperti mengintegrasikan dan memobilisasi masyarakat, serta mengartikulasi dan mengagregasikan kepentingan, untuk kemudian menerjemahkan hal-hal tersebut ke
dalam kebijakan publik publik policy, merekrut dan mempromosikan pemimpin- pemimpin politik, termasuk mengorganisasikan parlemen, pemerintahan, dan
institusi-institusi kunci negara lainnya.
104
Karena hal-hal tersebut di atas, partai politik membutuhkan dana. Dana tersebut digunakan untuk belanja partai, yaitu utamanya untuk aktivitas partai yang
berkaitan dengan keikutsertaannya dalam proses pemilihan umum, seperti menghasilkan materi-materi kampanye, serta untuk keperluan rutin kepartaian,
seperti biaya operasional staf, kantor, riset, dan juga komunikasi. Pengeluaran partai mempunyai dampak yang sangat signifikan terhadap keberhasilan kampanye politik
mereka. Kampanye menginformasikan kepada masyarakat tentang pilihan-pilihan berbeda yang dapat mereka pilih.
105
Di dalam aturan terkait partai politik yang dimiliki bangsa ini sejak Penetapan Presiden Nomor 7 tahun 1958, dilanjutkan dengan UU Partai Politik tahun 1975,
1985, 1999, 2002, sampai Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik dan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik, salah satu sumber keuangan partai adalah bantuan dari anggaran negara, pusat dan daerah.
106
Di Amerika Serikat, pendanaan partai politik atau lebih sering disebut sebagai kegiatan fundraising memiliki konsep yang lebih luas daripada apa yang dianggap
sebagai pencarian dana di Indonesia. Konsep tersebut termasuk pembuatan strategi pemasaran untuk mendapatkan dana, khususnya dana yang tidak mengalir secara
rutin dan yang perolehannya tidak diatur secara baku.
Menurut Peter Schroder, di Amerika Serikat ada beberapa cara bagi partai politik untuk memperoleh dana. Pertama, bantuan dari pemerintah pusat,
pemerintah negara bagian, maupun pemerintah gabungan negara-negara bagian. Kedua, sumbangan pribadi, dari perusahaan, denda dan sumbangan-sumbangan
politik lainnya. Ketiga, sponsor dari perusahaan. Keempat, dana hasil kerjasama
104
Peter Mair, Ruling the Void: The Hollowing-Out of Western Democracy, London: Verso, 2013, hlm. 9.
105
Justin Fisher, n a Close Contest, Will Money Make a Difference? , http:www.hansardsociety.org.ukin-a-close-contest-will-money-make-a-difference
, diakses tanggal 6 Juni 2016.
106
Ahmad Farhan Hamid, Partai Politik Lokal di Aceh: Desentralisasi Politik dalam Negara Kebangsaan, Jakarta: Kemitraan, 2008, hlm. 188.
1273
dengan perkumpulan-perkumpulan dan institusi-institusi. Dan kelima, imbalan jasa.
107
Biasanya pemerintah mendanai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek dari anggaran belanja publik, yang dikenal dengan istilah dana publik. Untuk itu, dana
publik ini harus dipelajari secara teliti dan dianalisa bagaimana mekanisme pemberiannya untuk partai politik. Jika hal ini dapat dilakukan, aturan yang jelas
terkait implementasi dan pengawasannya pun harus dibuat secara benar karena terkait penggunaan uang rakyat, yaitu dana publik itu sendiri. Berangkat dari
pemahaman tersebut, tulisan ini akan membahas bagaimana mekanisme pemberian dana publik kepada partai politik di Indonesia sebagai bagian dari pendanaan partai
politik oleh negara. Parpol Menggunakan dana publik
Bicara dana publik, dalam konteks politik sebenarnya apa yang dimaksud dengan dana publik bagi partai politik? Dana publik dalam hal ini mengacu pada dana
atau sumber daya lainnya yang disediakan oleh negara pemerintah bagi partai politik. Di beberapa negara maju yang menerapkan aturan pembiayaan partai politik
oleh pemerintah, seperti di Jepang, Belanda, Swedia, Kanada, Australia, Israel, Spanyol, dll, kandidatnya pun dibiayai oleh negara, karena mereka adalah hilir dari sebuah
partai politik. Partai politik tetap merupakan kendaraan yang digunakan oleh para kandidat untuk berjuang mendapatkan kursi dalam kontestasi pemilihan umum
pemilu, untuk itu para kandidat tersebut juga harus menggunakan dana publik yang disediakan negara.
Dana publik berasal dari pajak tentunya, sehingga pertanggungjawaban atas penggunaannya menjadi esensial. Atas dasar itulah, dasar pemikiran pendanaan
partai dari pajak adalah gagasan bahwa partai merupakan sarana yang tidak bisa dihilangkan dalam hubungannya dengan pelaksanaan demokrasi. Partai berperan
penting dalam mempersiapkan dan melaksanakan pemilu, serta dalam membentuk kehendak rakyat. Tanpa partai, tanpa persiapan, dan tanpa pencalonan kandidat,
demokrasi sulit terjadi. Bagaimanapun hal ini harus tetap diakui, meskipun partai dan politisi sering menjadi sasaran kritik.
108
Dana publik dibedakan menjadi dua macam, dana publik yang diberikan langsung dan yang secara tidak langsung. Dana publik yang diberikan langsung
adalah dana yang diberikan langsung oleh pemerintah kepada partai politik, biasanya dalam bentuk sejumlah nominal uang, dna diberikan melalui mekanisme transfer
bank. Sedangkan dana publik yang diberikan tidak langsung bisa berupa voucher, sertifikat, kupon, pengurangan pajak, atau pun hal-hal lainnya yang tidak berbentuk
nominal uang, tetapi dapat digunakan oleh partai politik sebagai sumber pendanaan.
109
Jadi, terminologi pemberian dana publik untuk partai politik, nantinya tidak hanya untuk pendanaan operasional, dll dari partai politik tersebut saja. Diharapkan,
para kandidat yang akan berjuang dalam pemilu legislatif tingkat DPRD kabupatenkota, provinsi, sampai pusat, termasuk dalam pilkada, semuanya dibiayai
oleh negara.
Partai politik dan para kandidatnya harus mendapatkan akses yang sesuai porsinya masing-masing terhadap dana publik. Selain itu, aturan mengenai
107
Peter Schroder, Strategi Politik, Jakarta: Friedrich Naumann Stiftung Indonesia, 2004, hlm. 270.
108
Ibid, hlm. 287.
109
Ace Project, Parties and Candidate , http:aceproject.orgace-
entopicspcpcapca02pca02adefault , diakses tanggal 30 Mei 2016.
1274
pemberian dana publik harus dijelaskan dalam aturan tentang pendanaan partai politik, dalam hal ini regulasi yang berlaku adalah Undang-Undang Nomor 2 tahun
2011 yang memuat beberapa perubahan dari Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik.
Menyinggung UU partai politik tersebut, sayangnya ketentuan mengenai pendanaan partai masih sangat terbatas diatur dalam UU tersebut. Sanksinya pun
masih sebatas sanksi administratif, seperti sanksi bagi partai politik yang tidak menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran
keuangan yang bersumber dari APBN dan APBD secara berkala, hanya dikenakan sanksi penghentian bantuan anggaran sampai laporan akhirnya dipenuhi. Selain itu,
sanksi lainnya sesuai UU tersebut hanya berupa teguran. Regulasi keuangan partai dalam hukum positif di Indonesia masih harus disempurnakan untuk menghindari
money politics di negeri yang tergolong tinggi tingkat korupsinya ini, termasuk perbaikan regulasi internal partai politik menuju transparansi dan kebersihan
anggaran.
110
Bicara pengaturan anggaran tentunya kita harus paham jika tabiat partai politik di negeri ini sangat anti-tesis dengan apa yang dikenal sebagai transparansi
keuangan partai politik. Laporan keuangan partai politik sangat tertutup dan cenderung tidak mau memberikan laporan keuangan kepada publik. Padahal,
menurut Pasal 15 UU Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik KIP partai politik wajib menginformasikan pengelolaan keuangannya kepada
publik, agar masyarakat mengetahui pertanggungjawaban partai politik. Selain itu, UU partai politik juga menyebutkan bahwa partai politik wajib membuat laporan
keuangan dan terbuka untuk diketahui masyarakat.
111
Penulis merasa UU tentang partai politik, terutama terkait masalah keuangan, harus direvisi. Aturan yang baru harus secara jelas memuat berapa jumlah dana
publik yang disediakan oleh negara, baik secara total, maupun berapa besaran yang diterima masing-masing partai. Selain itu, jumlah besaran dana publik yang
diberikan kepada para kandidat yang akan bertarung dalam pemilu juga harus disebutkan dalam undang-undang. Jadi, tidak hanya berapa jumlah total dana publik
yang diterima oleh sebuah partai politik katakanlah, tetapi juga dirinci tiap kandidatnya mendapat jumlah berapa.
Sebagai contoh, undang-undang baru harus menyebutkan besaran jumlah total dana publik yang diterima oleh sebuah partai, dan merincinya per kandidat yang
akan mengikuti pemilu di level-level berbeda. Misalnya, dana sekian untuk kandidat calon presiden, sekian untuk DPR, sekian untuk DPRD Provinsi, sekian untuk DPRD
KabupatenKota, dan sekian untuk pilkada. Dengan begitu, tiap kandidat akan mendapat kesempatan yang sama untuk berjuang merebut hati pemilih karena di
awal mereka berangkat dengan modal yang sama.
Selain mengatur tentang dana publik yang diberikan langsung, seperti halnya dalam bentuk nominal sejumlah uang, undang-undang baru ini juga harus mengatur
pendanaan partai politik yang diberikan secara tidak langsung. Seperti yang sudah disebutkan di awal, dana publik yang diberikan secara langsung berupa nominal
sejumlah uang dan diberikan langsung oleh pemerintah, maka dana publik yang diberikan secara tidak langsung berupa voucher, sertifikat, kupon dan cara-cara
lainnya harus diatur secara jelas oleh undang-undang.
110
Hamid, op cit, hlm. 192.
111
CW, Laporan Keuangan Partai Politik Sangat Tertutup , http:www.antikorupsi.orgencontentlaporan-keuangan-partai-politik-sangat-tertutup
, diakses tanggal 12 Juli 2016.
1275
Khusus untuk pemberian dana tidak langsung ini, karena tidak langsung melalui pemerintah, maka pengaturan dan pengawasannya pun harus ketat. Undang-
undang harus merinci berapa jumlah dana yang boleh diterima partai politik, termasuk bagaimana bentuk pendanaannya.
Jika model pendanaan partai politik dan kandidat-kandidatnya di Indonesia berjalan seperti ini, praktek-praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme bisa dikurangi
secara signifikan. Sekalipun, memang sulit untuk menihilkan sama sekali praktek- praktek tersebut dalam dunia politik, akan tetapi paling tidak upaya untuk
menguranginya sudah terlihat.
Problematika pemilu di Indonesia, salah satunya terjadi ketika kampanye menjelang pemilu. Di saat tersebut, uang yang tak jelas rimbanya bertebaran di
mana-mana. Kandidat yang memiliki modal finansial kuat biasanya akan menginjak- injak kandidat lain yang memiliki modal tak sebesar dirinya. Dalam kondisi seperti
inilah masyarakat akan menjadi korban politik uang.
Memang benar adagium nyeleneh , ambil uangnya, tapi jangan pilih partainya
membuat masyarakat bisa turut menikmati dana-dana dari para kandidat tersebut. Akan tetapi, jika dilihat dari konteks substantif hal demikian sangat mencederai
demokrasi, sekaligus membuat masyarakat kita menjadi mudah dibodohohi. Para kandidat yang melakukan politik uang tersebut akan terpilih menjadi pejabat publik,
memanfaatkan kebodohan masyarakat tadi, untuk kemudian menyalahgunakan jabatannya di kemudian hari. Tak heran banyak pejabat publik, baik eksekutif,
legislatif, dan yudikatif yang tersangkut kasus korupsi. Jadi, bisa dibayangkan betapa besarnya dampak dari politik uang dalam kampanye pemilu di negeri ini. Sesuatu
yang sebenarnya bisa dicegah jika pendanaan para kandidat tadi diatur oleh pemerintah.
Kemudian, jika partai politik menggunakan dana publik maka pemberiannya pun harus diatur dan diawasi secara ketat oleh negara. Negara dapat juga
memberikan saran atau usulan kepada partai politik, termasuk kandidatnya dalam pemilu, tentang dana yang diberikan kepada mereka, sebaiknya digunakan untuk hal-
hal apa saja. Sekalipun terlihat terlalu mengintervensi masalah internal maupun ruang gerak dari partai politik itu sendiri, akan tetapi kewenangan ini diperlukan
agar tidak ada penyelewengan dalam pemberian, termasuk penggunaan dana publik tersebut. Pemerintah dapat mengusulkan kepada partai politik yang menerima dana
publik untuk mensisihkan dana yang diterima untuk hal-hal tertentu, termasuk mana yang diizinkan dan mana yang tidak diizinkan untuk digunakan.
Mekanisme Pemberian dana publik langsung
Mekanisme dana publik yang diberikan kepada partai politik atau kandidatnya dibagi menjadi dua, mekanisme pendanaan yang diberikan secara langsung direct,
maupun mekanisme yang dilakukan secara tidak langsung indirect. Dana publik yang diberikan secara langsung ke partai politik berbentuk uang. Dana ini biasanya
disalurkan melalui transfer ke rekening bank resmi partai politik tersebut, atau bisa juga pada waktu-waktu tertentu diberikan secara tunai atau cek. Sedangkan, dana
publik yang diberikan secara tidak langsung berbentuk sumber daya resource tertentu yang nilainya setara dengan jumlah uang yang disediakan oleh negara
terhadap partai politik atau kandidatnya.
112
Terdapat tiga prinsip utama yang dapat digunakan untuk memberikan dana publik secara langsung kepada partai politik atau kandidatnya, yaitu berdasarkan
persamaan, proporsionalitas, dan kebutuhan. Pilihan yang paling baik untuk
112
Ace Project, op cit.
1276
memberikan berapa jumlah dana publik yang diterima oleh partai politik atau kandidatnya adalah dengan mengombinasikan elemen-elemen dari ketiga prinsip
tersebut.
Semua partai politik atau kandidatnya yang berhasil masuk parlemen sebagai contoh, menerima jumlah yang sedikit, sama, atau lebih banyak, tergantung dari
proporsi suara yang mereka dapatkan di pemilu sebelumnya. Bahkan, jika ada partai politik yang baru sekali mengikuti pemilu, dana publik yang diberikan kepada
mereka lebih besar, sekalipun suara yang mereka dapatkan belum signifikan. Selanjutnya, cara membagi jumlah dana publik yang akan diberikan kepada partai
politik tergantung pada bagaimana dana tersebut akan digunakan.
113
Mekanisme yang dibagikan berdasarkan persamaan dapat dilakukan melalui metode-metode berikut. Metode yang pertama adalah dengan memberikan jumlah
yang sama kepada semua partai politik atau kandidat yang bertarung dalam pemilu. dengan metode ini, setiap partai politik akan memiliki kesempatan yang sama untuk
berkampanye menarik hati pemilih.
Tidak akan ada lagi kesenjangan antara partai politik besar dengan partai politik kecil. Pertarungan politik di masyarakat akan diwarnai oleh perang gagasan,
ide, dan program oleh masing-masing partai politik, atau kandidatnya. Dengan resources yang sama, setiap partai politik memiliki kesempatan yang sama juga
untuk memenangi pemilu.
Selain itu, politik uang tidak akan banyak terjadi karena terbatasnya dana yang dimiliki oleh partai politik, maupun kandidatnya. Politik transaksional yang
marak terjadi di Indonesia selama ini dipastikan akan jauh berkurang. Sebagai contoh, serangan fajar , yang kita kenal sebagai sebuah cara mempengaruhi pemilih
dengan memberikan sejumlah uang atau barang di pagi atau malam hari menjelang pemilihan, akan tereduksi dengan sendiri.
Transaksi akan tetap terjadi, hanya tidak dalam nuansa kapitalistik, tetapi pada alam pertarungan jual beli kualitas masing-masing partai politik. Partai-partai
yang tidak memiliki modal dana besar, tetapi memiliki kualitas dan fokus pada isu-isu tertentu, seperti Partai Hijau misalnya yang banyak terdapat di negara-negara maju,
seperti Swedia dan Australia, akan mampu berkembang dan mendapatkan simpati pemilih.
Metode ini dirasa cukup adil karena memberikan jumlah dana publik yang sama, tetapi kelemahannya tetap ada. Kelemahan yang paling mencolok menurut
penulis adalah iklim demokrasi di Indonesia yang belum memahami betul profesionalisme politik. Menurut hemat penulis, banyak partai politik dan
kandidatnya yang bertarung dalam pemilu hanya sekedar untuk meraih kekuasaan, yang sangat dekat kaitannya dengan penguasaan ekonomi.
Banyak partai politik dan politisi secara umum belum paham bahwa dunia politik adalah dunia pelayanan. Passion mereka harusnya untuk melayani rakyat,
bukan demi kekuasaan semata. Ditakutkan jika setiap partai politik atau kandidat mendapat jumlah dana publik yang sama, mereka berkontestasi dalam pemilu tidak
untuk menang atau mempengaruhi pengambilan kebijakan negara, tetapi hanya untuk mendapatkan bantuan dana dari negara. Dengan begitu, orang akan berlomba-
lomba untuk mendirikan partai politik, hanya demi mendapatkan bantuan dana dari negara. Untuk itu, penulis rasa penting apabila negara benar-benar akan membiayai
partai politik, syarat pendirian partai harus diperketat, termasuk dengan mempertanggungjawabkan dana publik yang telah diberikan negara.
113
David Kupferschmidt, llicit Political Finance and State Capture , http:www.idea.intresourcesanalysisuploadIDEA_Inlaga_low.pdf
, diakses tanggal 6 Juni 2016.
1277
Metode yang kedua adalah dengan memberikan dana publik secara proporsional kepada partai politik yang mendapatkan jumlah kursi tertentu di
parlemen atau jabatan politik, seperti gubernur, bupatiwalikota dalam pemilu terakhir. Semakin banyak partai politik tersebut mendapatkan kursi parlemen atau
jabatan kepala daerah untuk kandidat yang diusungnya, maka dana publik yang didapatkannya akan semakin banyak.
Metode ini membuat partai politik yang tidak serius mengikuti pemilu akan mengalami kekurangan dana karena tidak mendapat jumlah kursi atau jabatan politik
yang cukup untuk mendapatkan dana publik dari negara. Resiko dari metode ini adalah secara tidak langsung, partai politik yang tidak memiliki dukungan pemilih
besar dan juga partai politik baru, akan terancam eksistensinya di parlemen, maupun eksekutif.
Akan tetapi, dilihat dari sudut pandang penyederhanaan partai politik, metode ini akan mengurangi jumlah partai politik yang ada. Hal ini karena partai-partai yang
tidak mendapatkan dana publik tadi, mau tidak mau dihadapkan pada dua pilihan. Pertama, membubarkan partainya, atau kedua bergabung dengan partai lain yang
lebih besar. Indonesia saat ini dipusingkan oleh banyaknya partai yang berkontestasi dalam pemilu.
Penulis berpendapat bahwa jumlah partai harus dikurangi agar kualitas demokrasi kita semakin membaik. Negara-negara maju di dunia saja rata-rata hanya
memiliki dua partai besar yang bertarung dalam pemilunya masing-masing. Untuk itu, metode kedua ini dipandang baik untuk masa depan, karena diharapkan Indonesia
nantinya hanya ada dua atau tiga partai politik saja yang mengikuti pemilu.
Metode ketiga adalah metode yang sudah digunakan di Indonesia sejak keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan
Kepada Parpol. Dalam hal ini, negara memberikan bantuan sebesar Rp. 108 kepada tiap suara pemilih yang didapatkan oleh masing-masing partai politik yang lolos ke
parlemen pada pemilu legislatif 2014 lalu. Jumlah bantuan dana yang diberikan pemerintah, merujuk pada jumlah perolehan suara 10 partai politik yang lolos, adalah
hanya sebesar Rp. 13.17 miliar.
114
Sekalipun memenuhi prinsip proporsionalitas karena pembagiannya berdasarkan jumlah suara pemilih, tetapi dilihat dari
perspektif kebutuhan, jumlah tersebut masih jauh dari mencukupi, bahkan untuk satu partai politik saja.
Bantuan ini sangatlah kurang karena realitanya dana yang dikeluarkan partai- partai politik di Indonesia jauh dari jumlah tersebut. Menurut pengamat politik dari
IPI Karyono Wibowo, satu partai politik dalam setahun minimal harus memiliki dana sebesar Rp. 50 miliar. Dana ini digunakan untuk membiayai biaya administrasi, alat
tulis kantor, sewa sekretariat, biaya pertemuan rapat, biaya sosialisasi melalui media televisi, koran, spanduk, baliho, poster, dll, biaya konsolidasi, biaya
kaderisasi, biaya pelatihan, dan biaya-biaya lainnya. Dana tersebut juga tidak termasuk cost politik personal masing-masing kandidat dalam partai politik itu
sendiri.
115
Jadi, kita bisa simpulkan bahwa partai politik membutuhkan dana sekitar ratusan miliar untuk bisa hidup dan berpartisipasi dalam pemilu di negara ini.
Atas dasar itulah, pemerintah harus menaikkan jumlah bantuan dana per suara pemilih, yang sesuai PP Nomor 5 tahun 2009 di atas, hanya berjumlah Rp. 180.
114
Kompas.com, Menimbang Dana Untuk Partai Politik , http:nasional.kompas.comread2015031615000001Menimbang.Dana.untuk.Partai.Politik
, diakses tanggal 8 Juni 2016.
115
Wawancara penulis dengan Karyono Wibowo, Pengamat Politik dari Indonesian Political Institute IPI pada hari Rabu 8 Juni 2016.
1278
Sesuai usulan penulis di awal tulisan ini tentang revisi undang-undang partai politik, pemerintah harus mencantumkan berapa jumlah bantuan dana yang akan diberikan
di dalam undang-undang baru tentang partai politik tersebut.
Penulis mengusulkan untuk per satu suara, partai politik mendapatkan bantuan dana sebesar Rp. 40.000. Untuk lebih jelasnya, kita ambil satu contoh salah
satu partai politik di Indonesia, yaitu PDI-Perjuangan, sebagai partai pemenang pemilu legislatif 2014 lalu. Jika pada pemilu legislatif lalu PDI-Perjuangan mendapat
jumlah suara sebanyak 23.681.471, maka jika dikalikan Rp. 40.000, PDI-Perjuangan akan mendapatkan bantuan dana dari pemerintah sebesar Rp. 947.258.840.000.
Dengan jumlah dana sebesar itu, sebuah partai politik akan mendapatkan dana hampir sebesar Rp. 1 triliun. Hal ini sesuai dengan usulan yang disampaikan
Menteri Dalam Negeri Tjahyo Kumolo, bahwa untuk mencegah terjadinya korupsi oleh politisi, maupun mencegah partai politik mencari sumber pendanaan yang ilegal,
negara akan membiayai partai politik di Indonesia sebesar Rp. 1 triliun per tahun. Mendagri menambahkan, pembiayaan parpol oleh negara ini meniru sistem yang
dijalankan di Australia dan negara-negara Eropa. Di Australia misalnya, negara memberikan dana kepada 7 hingga 12 partai sesuai dengan perolehan suara tiap
partai.
116
Hal yang kurang lebih sama diusulkan oleh Schroder. Ia mengusulkan pembayaran oleh pemerintah dilakukan berdasarkan jumlah perolehan suara. Dana
yang didapatkan ini adalah sebagai bonus dari berhasilan sebuah partai dalam pemilu. Jumlah uang untuk setiap suara pemilih bervariasi di negara-negara yang
menerapkan sistem ini. Cara penghitungan suara pemilih untuk pembayaran jumlah dana juga bisa beraneka ragam, karena hanya suara pemilih yang benar-benar telah
diperoleh dan diserahkan yang dapat dijadikan dasar pembayaran uang hasil pemilihan.
117
Selain tiga metode di atas, pemberian dana publik kepada partai politik juga dapat diberikan melalui cara menyamakan dana publik yang diberikan dengan dana
yang partai politik itu sendiri mampu hasilkan melalui metode pencarian dana internalnya masing-masing. Setiap partai politik pasti menggunakan cara sendiri
dalam mengumpulkan dana bagi partainya. Dana yang terkumpul biasanya didapatkan dari anggota partai politik itu sendiri, maupun dari pendukung-
pendukungnya. Seperti contoh, PDI-Perjuangan membuka rekening dana partai kepada publik untuk menghimpun donasi dari kader sendiri, maupun masyarakat
umum.
118
Dana publik yang diberikan negara akan diberikan sesuai dengan dana yang terkumpul dari proses fund raising internal partai. Misalnya, dari pembukaan
rekening dana partai kepada publik, PDI-Perjuangan mampu mengumpulkan dana sebesar 100 miliar, maka negara akan memberikan dana publik dengan jumlah yang
persis sama. Cara ini diyakini dapat membantu partai baru yang tidak belum mampu mengumpulkan dana kampanye dalam jumlah signifikan.
Bicara partai baru memang menarik karena jika alokasi dana publik diberikan berdasarkan jumlah kursi atau jumlah suara yang didapatkan, maka partai tersebut
tentu tidak akan berbicara banyak pada pemilu berikutnya. Untuk itu, ada baiknya
116
Kompas.com, Mendagri: Dana Rp. Triliun Akan Dibagi Sesuai Perolehan Suara Parpol , http:nasional.kompas.comread201503101227403Mendagri.Dana.Rp.1.Triliun.Akan.Dibagi.S
esuai.Perolehan.Suara.Parpol, diakses tanggal 9 Juni 2016.
117
Schroder, op cit, hlm. 288.
118
Beritasatu.com, CW Apresiasi PDP Buka Rekening Partai , http:www.beritasatu.compolitik316377-icw-apresiasi-pdip-buka-rekening-partai.html
, diakses tanggal 4 Juli 2016.
1279
bagi partai baru, selain alokasi dana publik diberikan sesuai jumlah fund raising internal, alokasi dana publik diberikan kepada mereka melalui perhitungan jumlah
anggota partai. Sementara, bagi partai-partai yang sudah mengikuti pemilu sebelumnya, perhitungan tetap dilakukan melalui mekanisme jumlah kursi dan suara.
Setiap partai tentu memiliki anggota yang terdaftar kader diluar konstituennya saat pemilu. Sekalipun memang, jumlah anggota yang terdaftar dalam
sebuah partai politik tidak menggambarkan suara yang akan didapatkannya saat pemilu digelar nanti. Akan tetapi, cara ini dapat membantu partai baru untuk
berlomba-lomba menarik dukungan masyarakat untuk mendaftar menjadi anggota partainya. Tentunya akan sulit bagi partai-partai ini untuk bersaing dengan partai
besar jika alokasi dana diberikan berdasarkan jumlah kursi atau suara. Jika diberikan melalui cara ini, maka mereka akan memiliki kesempatan bersaing yang lebih besar.
Memang ada pro kontra terkait hal ini, terutama jika dikaitkan dengan iklim demokrasi Indonesia. Banyak partai tidak menjamin demokrasi akan berjalan baik.
Penulis pun di awal berpendapat bahwa partai politik di Indonesia yang diizinkan mengikuti pemilu sebaiknya berjumlah dua atau tiga saja. Akan tetapi, kita tetap tidak
boleh membatasi secara prosedural jumlah partai, biarkan hal itu terjadi secara alamiah saja.
Selain itu, ditakutkan juga bahwa partai-partai baru akan memasukkan data fiktif, atau pun sekedar memobilisasi masyarakat untuk mendaftar menjadi anggota
partainya agar mendapatkan jumlah dana yang besar. Akan tetapi, penulis beranggapan kalau pun terjadi seperti ini, hasil yang ditunjukkan partai-partai
tersebut saat pemilu dilakukan akan jelas terlihat. Perolehan suara mereka akan berbeda jauh dengan jumlah anggota partainya. Dengan demikian, masyarakat akan
menghukum partai-partai tersebut dengan tidak lagi memilihnya pada pemilu mendatang. Kredibilitas partai tentunya akan jatuh terpuruk.
Masalah kedua adalah verifikasi data anggota partai politik. Akan sulit melakukan cek satu persatu terhadap semua anggota partai-partai tersebut, apalagi
tidak ada jaminan satu orang tidak terdaftar di satu partai atau lebih. Akan tetapi, baru-baru ini kita menyaksikan seorang calon independen yang akan maju dalam
Pilkada DKI Jakarta 2017 yang menyatakan sudah mendapat dukungan suara lebih dari 1 juta orang. Menanggapi hal tersebut, KPUD DKI Jakarta menyatakan siap dan
sudah memiliki metode verifikasi dukungan yang satu juta orang tadi. Kita dapat menggunakan metode ini untuk melakukan verifikasi terhadap anggota partai politik
karena pada prinsipnya memiliki kesamaan.
Perlindungan untuk partai baru memang harus dilakukan, apalagi bicara demokrasi sebagai esensi dari penyelenggaraan pemilu. Selain cara-cara di atas,
partai baru dapat juga diberikan alokasi dana publik secara khusus untuk operasional awal mereka menyambut pemilu. untuk itu, dana publik akan diberikan
segera setelah partai tersebut lolos verifikasi badan hukum oleh Kementerian Hukum dan HAM agar mereka setidaknya memiliki waktu 2.5 tahun untuk bersiap
menghadapi pemilu
Dalam sistem-sistem lain, proses penghitungan suara pemilih yang diraih dilakukan berdasarkan prediksi bahwa seluruh warga yang berhak memilih akan
menggunakan hak pilihnya. Tentu, jika partisipasi warga yang berhak memilih rendah, maka ini akan menguntungkan partai dalam segi finansial.
Dalam kasus di mana penghitungan suara tersebut benar-benar hanya didasarkan pada suara pemilih yang diperoleh, maka pihak partai harus berupaya
untuk menerapkan strategi yang difokuskan pada pemotivasian warga untuk
1280
menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan. Hal ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kampanye sebelum pemilihan.
119
Bantuan dana publik yang diberikan pemerintah kepada partai politik tidak
harus berupa dana dalam nominal tertentu. Dana publik tersebut dapat juga berupa pembayaran ganti rugi biaya pengeluaran yang telah dibuktikan kebenarannya sah,
atau pembayarannya bersifat prosentual. Pengeluaran yang dimaksud bisa berupa pengeluaran untuk kampanye pemilihan atau pengeluaran rutin administrasi. Dalam
hal ini, penggunaan dana publik untuk partai politik digunakan untuk menanggung biaya administratif partai. Jadi, di sini bukan menyangkut alokasi dana untuk tujuan
persiapan dan pelaksanaan pemilihan. Karena itu pembayarannya pun bisa dilakukan kapan saja atau tidak tergantung pada pemilihan.
120
Selain itu, pemerintah juga dapat menyediakan sarana publik untuk tujuan partai. Contoh menyediakan sarana publik dalam hal ini misalnya, menyediakan
waktu siar airtime di radio dan televisi secara gratis, dengan catatan radio dan televisi itu harus bersifat publik. Atau bisa juga dengan menyediakan tempat-tempat
untuk memasang media promosi, misalnya di luar bangunan-bangunan publik, jembatan, dan sebagainya. Pemerintah juga bisa menyediakan ruangan, rumah,
gudang, dan sarana teknis lainnya bagi partai politik atau fraksi di berbagai tingkat pusat dan daerah.
121
Bantuan juga dapat diberikan kepada fraksi partai politik yang duduk di parlemen. Di beberapa negara, fraksi partai politik dilengkapi dengan saranan
penunjang yang baik, subsidi dana untuk anggota fraksi, sarana teknis, ruangan, dan peralatan, bahkan diberi peluang untuk membentuk tim ahli sendiri. Dengan
demikian, dana untuk fraksi bahkan bisa lebih besar dari dana partai. Seberapa jauh dukungan yang diberikan kepada masing-masing fraksi, khususnya kepada fraksi
oposisi, sangat tergantung pada budaya politik dan stabilitas demokrasi, serta pada besar atau tidaknya pengaruh parlemen terhadap kekuasaan eksekutif.
122
Terkait bantuan dana publik, dukungan pemerintah terhadap partai politik lainnya adalah, dengan membebaskan sumbangan dan iuran anggota dari pajak atau
memberikan kompensasi pajak khusus terhadap pengeluaran-pengeluaran partai dan iuran anggota. Melalui pembebasan pajak ini jumlah sumbangan yang diterima
tentu lebih besar, sementara biaya pembebasan itu sendiri ditutupi dari dana publik.
Selanjutnya, selain mekanisme pemberian dana publik secara langsung yang sudah dijelaskan di atas, dana publik juga dapat diberikan secara tidak langsung oleh
negara. Wujud pemberiannya dapat dialokasikan melalui beberapa mekanisme yang akan dijelaskan berikut ini.
123
Pertama, dana publik yang diberikan secara tidak langsung bisa berupa pemberian slot iklan di media massa secara gratis. Pemerintah
bisa melakukan lobi terhadap media-media massa nasional, atau pun daerah, untuk memberikan slot iklan gratis terhadap partai politik. Sebagai kompensasi,
pemerintah dapat memberikan pengurangan pajak kepada media massa yang dimaksud.
Bentuk iklannya pun diserahkan kepada partai politik sesuai dengan kreatifitas mereka. Jadi, tidak harus berupa iklan, bisa saja berupa talkshow tentang
isu tertentu, liputan acara atau event yang diadakan partai politik, dan lain sebagainya. Dengan biaya beriklan yang sangat mahal, adanya kebijakan ini tentunya
119
Schroder, op cit, hlm. 289.
120
Ibid, hlm. 288.
121
Ibid, hlm. 289.
122
Ibid, hlm. 289.
123
Ace Project, op cit.
1281
memudahkan partai politik untuk dikenal, termasuk melakukan pendidikan politik kepada masyarakat. Walaupun begitu, debat kandidat yang biasa diselenggarakan
oleh komisi pemilihan tidak termasuk dalam pemberian dana publik tidak langsung ini.
Kedua, menginzinkan partai politik melakukan kampanye media secara gratis di ruang-ruang publik. Pemerintah dalam hal ini memberikan kesempatan kepada
partai politik menempelkan baliho, spanduk, pamflet, dll di ruang-ruang publik, termasuk kantor-kantor pemerintahan. Sejumlah papan-papan reklame swasta yang
banyak bertebaran di pinggir jalan-jalan utama juga diberikan sebagai sarana partai politik melakukan kampanye media. Pemerintah tentunya juga memberikan
kompensasi kepada para pemilik papan reklame swasta ini. Mekanisme penggunaan ruang publik seperti ini tentunya diatur oleh komisi pemilihan agar tidak menganggu
kenyamanan dan keamanan masyarakat.
Ketiga, negara bisa memberikan subsidi bagi partai politik untuk menyewa kantor partai, terutama di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Dalam verifikasi yang
dilakukan komisi pemilihan, kita sering menemukan kantor partai di daerah yang fiktif, atau alamat kantor tidak sesuai peruntukkan. Masalah dana sering menjadi
alasan mengapa di daerah, terutama daerah terpencil, tidak ada kantor partai. Jika negara menyediakan bantuan untuk penyediaan kantor partai, maka aktivitas partai
akan terbantu, termasuk tugas partai dalam penyaluran aspirasi masyarakat
Keempat, masih terkait subsidi, pemerintah dapat memberikan subsidi pendanaan transportasi bagi para kandidat, aktivis, pengurus, termasuk beberapa
pendukung partai politik dalam melakukan kampanye politiknya. Dalam pemilu, seorang kandidat harus melakukan perjalanan yang panjang, dan pastinya costly
untuk berkampanye. Begitu juga para aktivis, pengurus, maupun beberapa pendukung partai harus menghadiri dan mengurus kampanye partai di seluruh
wilayah Indonesia. Pendanaan transportasi ini dapat diberikan melalui moda perjalanan udara, seperti pesawat terbang, dan darat, seperti kereta api dan bus.
Kelima, terkait mekanisme keempat, dalam melakukan kampanye politik, pemerintah dapat memberikan subsidi dalam bentuk penggunaan gedung-gedung
atau sarana lain milik pemerintah. Tempat-tempat, seperti sekolah, kantor pemda, termasuk stadion dan sarana olahraga lainnya, dapat digunakan untuk kepentingan
kampanye partai politik, maupun kandidat-kandidatnya.
Keenam, pemerintah dapat memberikan status wajib pajak khusus kepada partai politik, termasuk kandidat-kandidatnya. Dalam hal ini, partai politik dan para
kandidatnya tidak harus membayar pajak secara normal seperti wajib pajak lainnya, bahkan dalam beberapa kasus mereka dibebaskan sama sekali dari kewajiban
membayar pajak. Ketujuh, terkait masalah pajak, para donatur partai juga diberikan insentif pajak ketika mereka menyumbangkan dana bagi partai politik atau kandidat-
kandidatnya tax-free donation.
Terakhir, kedelapan, setelah pemerintah memberikan subsidi untuk penyewaan kantor-kantor partai, pemerintah juga memberikan subsidi terkait
penggunaan operasionalnya. Subsidi untuk penggunaan listrik, air, dan telepon untuk kantor-kantor partai dapat diberikan untuk mengurangi beban partai. Kondisi yang
sama juga diberikan kepada para kandidat dari partai politik yang mengikuti pemilu atau pilkada.
Pemberian Dana Publik untuk Non-Kampanye dan Non-Operasional
Dana publik yang diterima partai politik tentunya akan digunakan untuk kepentingan kampanye pemilu dan operasional partai. Akan tetapi, selain digunakan
1282
untuk tujuan kampanye dan operasional partai politik, menurut hemat penulis partai politik harus juga menyisihkan dana publik yang mereka dapatkan dari negara untuk
digunakan dalam 5 hal yang akan penulis jelaskan di dalam sub-bagian berikut ini.
Pertama, dana publik yang diberikan kepada partai politik sebaiknya juga dialokasikan untuk kerja-kerja anggota maupun fraksi di parlemen, baik di tingkat
pusat maupun daerah. Selama ini, bantuan yang diberikan negara untuk para wakil rakyat kita disalurkan melalui Sekretariat Jenderal DPRpusat, maupun Sekretariat
DPRDdaerah. Bantuan tersebut salah satunya berupa penyediaan Tenaga Ahli TA yang hanya berjumlah 5 orang.
Partai politik dapat menggunakan dana publik untuk meningkatkan kualitas, maupun kualitas TA mereka di parlemen. Selama ini perekrutan TA dilakukan melalui
dua jalur, yaitu oleh anggota atau fraksi sendiri dan melalui jalur kesekjenan, alias disediakan langsung oleh Sekjen atau Sekretariat DPRDPRD. Padahal, peran dan
fungsi tenaga ahli di parlemen sangat krusial. Mereka yang menyediakan asistensi maupun memberikan masukan kepada anggota dan fraksi terkait permasalahan
yang muncul di parlemen. Atas dasar itu, kualitas mereka harus maksimal dan juga harus paham benar seluk-beluk dunia legislatif.
Partai politik dalam hal ini harus menjadi pintu masuk utama semua TA yang nantinya akan disalurkan ke setiap anggota dan fraksi partai tersebut di seluruh
Indonesia. Harus ada mekanisme perekrutan yang jelas, yang harus dilakukan oleh partai politik sendiri untuk menjamin kualitas dari mereka. Selain itu, pelatihan dan
pengembangan terhadap mereka juga harus dilakukan secara efektif oleh partai politik. Kita tidak ingin para TA yang dimiliki oleh anggota dan fraksi partai adalah
orang-orang yang tidak jelas kualifikasinya, dan hanya dipilih karena faktor kedekatan atau balas budi politik anggota terhadapnya. Untuk itu, parpol harus
mengambil alih semua mekanisme perekrutan TA.
Secara kuantitas, partai juga dapat melakukan assesment terhadap anggota mana yang memiliki beban tugas lebih banyak, atau pun anggota yang dirasa
membutuhkan tenaga ahli lebih banyak agar dapat bekerja lebih maksimal. Lanjutnya, partai akan menyediakan TA yang sesuai, baik secara kuantitas maupun kualitas,
terhadap anggota tersebut. Karena itulah, dana publik akan memainkan peran yang sangat signifikan dalam membantu partai politik melakukan hal ini.
Kedua, harus ada tim riset sendiri per anggota dan juga di tiap fraksi untuk menunjang kinerja legislasi dewan. Perumusan sebuah undang-undang harus
didahului dengan penelitian yang mendalam terkait masalah yang akan diatur dalam undang-undang tersebut. Untuk itu, penelitian awal pre-eliminary research perlu
dilakukan agar tidak ada kesalahan yang terjadi dalam proses pembuatan undang- undang tersebut.
lemahnya kinerja legislasi dewan, baik secara kualitas maupun kualitas, penulis rasa karena belum ada penelitian yang mendalam yang dilakukan oleh para
anggota dewan dan fraksi terkait masalah yang akan diaturnya. Anggota dewan dan fraksi tidak boleh hanya mengandalkan TA atau sekedar melakukan pencarian data
sebelum membahas sebuah masalah. In depth research harus dilakukan, terlepas dari mekanisme-mekanisme yang sudah ada, seperti RDP atau RDPU dengan ahli, pakar,
atau stake holder terkait, maupun sarana reses. Dana publik dapat digunakan untuk membiayai riset-riset seperti ini oleh anggota, maupun fraksi, agar kualitas dari
peraturan perundang-undangan kita pun mumpuni.
Ketiga, kerja-kerja anggota dan fraksi di parlemen harus disampaikan kepada publik secara cepat dan reguler. Cepat dalam hal ini adalah perlunya dibuat sebuah
mekanisme agar publik dapat secara langsung mengetahui kinerja dari para
1283
wakilnya di parlemen. Reguler maksudnya adalah, agar publik dapat mendapatkan informasi tersebut secara rutin. Tidak sekedar ada saja, tetapi habis itu menghilang
tanpa jejak. Reguler yang dimaksud bisa secara bulanan, mingguan, atah bahkan harian.
Mekanisme yang penulis usulkan adalah para anggota dewan dan fraksi partai politik di parlemen harus memiliki situs internet website sendiri-sendiri, yang
diperbaharui up date secara harian. Situs tersebut utamanya akan memuat kerja- kerja apa saja yang sudah dilakukan si anggota, termasuk perkembangan sebuah
produk legislasi yang si anggota tersebut sedang kerjakan. Konten dari situs tersebut harus benar-benar diisi oleh up date kinerja dewan, bukan sekedar situs untuk
kampanye atau pencitraan pribadi.
Keempat, dana publik yang diterima oleh partai politik juga dapat digunakan untuk memberikan pelatihan-pelatihan kepada para anggota-anggota partai tersebut,
maupun para kandidat-kandidatnya yang akan bertarung di pemilu. Konten dari pelatihan tersebut bisa bermacam-macam, dari ideologi partai, cara merekrut
anggota baru, sosialisasi program partai kepada masyarakat, kampanye yang efektif, strategi pemenangan partai, regulasi pemilu, sampai persoalan demokrasi, hak asasi
manusia, dan kepemimpinan.
Kelima, partai politik juga harus berperan dalam memberikan pendidikan politik bagi masyarakat voters education. Pendidikan ini utamanya agar
masyarakat tidak buta politik dan dapat menggunakan tidak hanya hati nuraninya, tetapi juga rasio dan intelektualitasnya saat pemilu diadakan nanti. Target utama
pendidikan ini adalah pemilih muda young voters dan pemilu pemula early voters yang belum memiliki pengalaman dan pengetahuan banyak tentang seluk beluk
pemilihan di Indonesia. Penutup
Partai politik membutuhkan dana dalam setiap kegiatan kepartaiannya. Dana tersebut digunakan untuk belanja partai, yaitu utamanya untuk aktivitas partai yang
berkaitan dengan keikutsertaannya dalam proses pemilihan umum, seperti menghasilkan materi-materi kampanye, serta untuk keperluan rutin kepartaian,
seperti biaya operasional staf, kantor, riset, dan juga komunikasi.
Atas dasar itulah, tulisan ini membahas tentang bagaimana mekanisme pendanaan partai politik melalui dana publik oleh negara. Dana publik sendiri
dibedakan menjadi dua macam, dana publik yang diberikan langsung dan yang secara tidak langsung kepada partai politik. Selain itu, terdapat tiga prinsip utama
yang dapat digunakan untuk memberikan dana publik secara langsung kepada partai politik atau kandidatnya, yaitu berdasarkan persamaan, proporsionalitas, dan
kebutuhan.
Pemberian dana publik kepada partai politik menurut penulis harus segera diimplementasikan di Indonesia. Banyaknya tindak pidana korupsi yang terjadi di
negeri ini, terutama yang melibatkan partai politik, maupun anggota-anggotanya yang sedang menduduki jabatan-jabatan publik, membuat harus ada pengaturan
tentang bagaimana seharusnya partai politik menggunakan anggarannya.
Klausul tentang pendanaan partai politik oleh negara harus dimasukkan ke dalam revisi UU partai politik. Negara, menurut hemat penulis bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan pemilu yang demokratis. Salah satu bagian dari pemilu yang demokratis itu adalah bagaimana membuat partai politik dapat menjadi saluran
aspirasi masyarakat, sekaligus saringan demokratis yang menelurkan kader-kader terbaiknya untuk ditempatkan dalam jabatan-jabatan publik di negeri ini.
1284
Jika negara mendanai kegiatan partai politik, baik operasional maupun untuk kampanye pemilu, maka akan ada keadilan dalam berkompetisi bagi setiap partai
politik yang bertarung dalam pemilu. Partai yang berhasil mendapatkan suara banyak dalam pemilu adalah partai yang berhasil memikat hati publik melalui pertarungan
ide, gagasan, dan platform partainya, bukan karena politik transaksional. Karena itu jugalah, partai tersebut mendapat dana publik yang lebih besar daripada partai lain
yang kurang dipercaya rakyat.
Terakhir, transparansi dalam keuangan partai politik merupakan bagian yang berjalan bersamaan dengan demokrasi. Transparansi dalam keuangan partai politik
menjadi hal yang esensial bagi berjalannya pemerintahan yang bebas korupsi. Untuk itu, pengaturan keuangan partai politik harus dimulai dari hulu. Pendanaan partai
politik oleh negara menggunakan dana publik menjadi penting dalam perang melawan korupsi, sekaligus menciptakan iklim kebebasan dan keterbukaan di dalam
payung demokrasi yang menaungi langkah negeri ini. Daftar Pustaka
Ace Project,
Parties and
Candidate, http:aceproject.orgace-
entopicspcpcapca02pca02adefault , diakses tanggal 30 Mei 2016.
Beritasatu.com, ICW
Apresiasi PDIP
Buka Rekening
Partai, http:www.beritasatu.compolitik316377-icw-apresiasi-pdip-buka-rekening-
partai.html , diakses tanggal 4 Juli 2016.
Fisher, Justin, In a Close Contest, Will Money Make a Difference, http:www.hansardsociety.org.ukin-a-close-contest-will-money-make-a-
difference , diakses tanggal 6 Juni 2016.
Hamid, Ahmad Farhan, 2008. Partai Politik Lokal di Aceh: Desentralisasi Politik dalam Negara Kebangsaan, Jakarta: Kemitraan.
ICW, Laporan
Keuangan Partai
Politik Sangat
Tertutup, http:www.antikorupsi.orgencontentlaporan-keuangan-partai-politik-sangat-
tertutup , diakses tanggal 12 Juli 2016.
Kompas.com, Mendagri: Dana Rp. 1 Triliun Akan Dibagi Sesuai Perolehan Suara
Parpol, http:nasional.kompas.comread201503101227403Mendagri.Dana.Rp.1.Trili
un.Akan.Dibagi.Sesuai.Perolehan.Suara.Parpol , diakses tanggal 9 Juni 2016.
Kompas.com, Menimbang Dana Untuk Partai Politik, http:nasional.kompas.comread2015031615000001Menimbang.Dana.untuk
.Partai.Politik , diakses tanggal 8 Juni 2016.
Kupferschmidt, David, Illicit Political Finance and State Capture, http:www.idea.intresourcesanalysisuploadIDEA_Inlaga_low.pdf
, diakses
tanggal 6 Juni 2016. Mair, Peter, 2013. Ruling the Void: The Hollowing-Out of Western Democracy,
London: Verso. Schroder, Peter, 2004. Strategi Politik, Jakarta: Friedrich Naumann Stiftung
Indonesia. Wawancara penulis dengan Karyono Wibowo, Pengamat Politik dari
Indonesian Political Institute IPI pada hari Rabu 8 Juni 2016.
1285
Biodata Penulis Raden Mas Jerry Indrawan, S.IP, M.Si Han. Menyelesaikan program sarjana di Prodi
Ilmu Politik Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta tahun 2010 dan program magister Ilmu Pertahanan di Universitas Pertahanan Indonesia tahun 2014. Saat ini
aktif mengajar Ilmu Politik dan Hubungan Internasional di Universitas Paramadina, Universitas Bung Karno, Universitas 17 Agustus 1945, dan Universitas Satya Negara
Indonesia. Bidang keahlian akademinmya adalah demokrasi, pertahanan, keamanan, dan studi perdamaian.
1286
Mewujudkan Keterbukaan Keuangan Partai melalui Demokrasi Internal Partai Politik
ABSTRAK MENAKAR DEMOKRASI TANPA TRANSPARANSI KEUANGAN PARTAI POLITIK
Dalam perkembangan politik dunia, sejauh ini negara-negara telah menerapkan sistem politik yang terbuka dan liberal, dan sistem politik yang tertutup dan terisolasi
semakin ditinggalkan. Hal ini sejalan dengan wajah dunia yang telah maju, demokrasi, globalisasi, pasar bebas, hak asasi manusia merupakan bagian dari hasil dari
penerapan wajah politik yang lebih liberal. Salah satu bagian terpenting dalam negara demokratis adalah partai politik. Partai
politik sebagai sebuah pilar dalam peningkatan kualitas demokrasi. Perwujudannya seperti mendorong transparansi keuangan di setiap lembaga negara
Tapi, dalam praktek kenegaraan di Indonesia misalnya, partai politik tidaklah berjalan sebagaimana mestinya, justru partai politik seakan menjadi aktor terhadap turunnya
kualitas demokrasi, pemenuhan HAM yang mandek, korupsi politik, oligarki, dan lainnya. Disaat sistem di Indonesia berubah pasca reformasi, kita tak melihat
perubahan yang nyata terhadap partai politik, termaksud demokrasi internal dan transparansi keuangan. Padahal transparansi adalah pencegahan paling ampuh
terjadinya korupsi. Korupsi ditubuh partai politik tak dapat dipisahkan dengan banyaknya kepentingan
yang melekat. Partai politik kerap mendapatkan sumbangan dari pihak luar untuk biaya politik menjelang pemilu. Dan sumbangan ini tak dilaporkan secara transparan.
Olehnya itu, muncul inisiasi agar negara membiayai total kegiatan partai politik. Pasalnya dengan cara ini negara dapat mengaudit secara penuh keuangan partai.
Tapi yang menjadi pertanyaan, seberapa besar dana yang dikucurkan? Bagaimana cara mengawasi dana tersebut? Dan memberikan dana penuh terhadap parpol
merupakan jalan yang harus dipilih? Kata Kunci : Partai Politik, Transparansi, Demokrasi, Korupsi Politik
Nama : LM. Ali Asrawi Ramadhan | Instansi : Anti Corruption Committee Sulawesi | No. Telp : 0823 9338 1991 | Email :
ayie.wallaceagmail.com
1287
MENAKAR DEMOKRASI TANPA TRANSPARANSI KEUANGAN PARTAI POLITIK
Oleh : LM. Ali Asrawi Ramadhan
124
Indonesia telah mempunyai sejarah yang cukup dalam bernegara. Sejak revolusi agustus 1945, Indonesia dihadapkan dalam situasi pembangunan ketatanegaraan,
yang penuh dengan perdebatan. Perdebatan-perdebatan yang hadir tidak terlepas dari ideologi yang saat itu masih bertarung. Meski tak sampai pada perpecahan, Indonesia
telah mencoba beberapa kali sistem ketatanegaraan beserta model demokrasi yang dipakai.
Pada saat Orde Lama, kita mencoba sistem demokrasi parlementer 1950-1959 dimana Natsir sebagai perdana menteri menemani Soekarno dan Hatta di eksekutif.
Soekarno memerintah menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara 1950. Dan yang menjadi prioritas untuk dituntaskan adalah menyempurnakan susunan
pemerintahan dan membentuk kelengkapan negara. Segala program yang telah disusun tak selesai karena kabinet ini bubar sebelum masa ditentukan.
Sistem parlementer 1950 hingga 1959 telah melakukan tujuh kali perombakan kabinet. Beberapa program tak pernah selesai karena alotnya perdebatan-perdebatan
di konstituante. Dan perdebatan tersebut selalu membuahkan pembentukan kabinet yang baru. Sehingga program yang telah ditentukan kabinet sebelumnya tak
sepenuhnya selesai. Sistem parlementer menjadikan parlemen mempunyai peran yang sangat penting
dalam pemerintahan. Misalnya parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, dengan cara
mengeluarkan mosi tidak percaya. Sehingga menjadi hal yang wajar di masa orde lama, gesekan sedikit saja kepentingan antara eksekutif dan legislatif dapat
membubarkan kabinet. Dalam sejarah orde lama, dinamika pertarungan politik dan ideologi sangatlah kental,
tiap-tiap ideologi mempunyai kekuatannya di partai politik. Pertarungan politik tidak hanya pada tingkatan elit dimeja-meja konstituante tapi juga massa rakyat di
kampung-kampung, melibatkan massa buruh, tani, nelayan, dan lainnya. Sehingga meski ada kesatuan dalam sebuah identitas nasional, tapi dalam pencermatan yang
lebih dalam, perbedaan kekuatan-kekuatan ideologi ini sangat tajam. Apalagi, orde lama merupakan awal-awal terjadinya perang dingin, sehingga Indonesia mau tidak
mau menjadi bagian dari kepentingan dalam pertarungan dua ideologi, liberalisme dan sosialisme.
Salah satu definisi partai politik yang menggambarkan adanya kemungkinan konflik antar partai adalah definisi yang dikemukakan oleh Sigmund Neumann, dalam
tulisannya Modern Political Parties, yaitu partai politik adalah organisasi dari aktivis- aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta
merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.
Dengan dikeluarkannya maklumat pemerintah pada tanggal 3 November 1945 yang menganjurkan dibentuknya partai politik, sejak saat itu berdirilah puluhan partai
politik. Maklumat itu ditandatangai oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta, atas usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat yang meminta diberikannya
kesempatan pada rakyat untuk mendirikan partai politik. Beberapa partai kemudian terbentuk dengan basis ideologi yang berbeda, seperti nasionalisme, agama,
komunisme, sosialisme demokrasi, dan lain-lain. Partai politik di orde lama, adalah
124
Peneliti Anti Corruption Committee Sulawesi
1288
partai-partai dengan peran penting sebagai kendaraan politik elit kekuasaan yang merupakan pengejewantahan ekspresi ide, pikiran, dan pandangan terhadap suatu
negara. Partai politik pada orde lama umumnya mempunyai fungsi-fungsi sebagai sarana
komunikasi politik, sarana sosialisasi politik, sarana rekrutmen politik, dan sarana pengatur konflik. Dalam orde lama, partai politik benar-benar melaksanakan
fungsinya tersebut. Tapi partai-partai ini didesain untuk memperkuat kelembagaan demi merebut massa yang ada, sehingga melahirkan internal yang solid dalam
pertarungan perebutan kursi kekuasaan dan dapat mengendalikan kebijakan sesuai dengan cita-cita ideologi yang diyakini. Ini harus dilakukan karena ketika partai
politik tak mendapatkan apapun dari kedua modal politik tersebut kursi kekuasaan maupun massa rakyat maka partai politik dapat dikatakan gagal menjadi alat
artikulasi masyarakat beserta kepentingannya. Kehidupan politik yang lebih beragam, dan dinamis, sangat bersinggungan dengan
kondisi kehidupan demokrasi di Indonesia. Ramlan Surbakti menjelaskan teori ini umumnya terjadi di wilayah yang mengalami penjajahan. Demokrasi di Indonesia,
karena hampir semua elemen demokrasi dapat kita temukan dalam perwujudan kehidupan politik di Indonesia.
Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peran yang penting dalam proses politik. Sistem parlementer membuat kekuasaan parlemen menjadi lebih
awas terhadap kekuasaan eksekutif, ini merangsang tingginya akuntabilitas pemegang jabatan eksekutif, karena berfungsinya parlemen, juga media massa
sebagai alat kontrol sosial. Seperti yang dikatakan sebelumnya, telah beberapa kali terjadi mosi tidak percaya terhadap kabinet sehingga harus meletakkan kekuasaan.
Kehidupan kepartaian orde lama, dapat dikatakan memperoleh peluang yang besar untuk berkembang maksimal. Dalam periode ini, Indonesia menganut sistem
multipartai. Campur tangan pemerintah terhadap rekrutmen partai boleh dikatakan tidak ada sama sekali.
Sekalipun pemilihan umum hanya satu kali yaitu pada tahun 1955, tapi pada umumnya pemilu tersebut benar-benar dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
demokrasi. Sedangkan pada persoalan HAM, masyarakat di orde lama pada umumnya dapat
merasakan bahwa hak-hak dasar mereka dikurangi sama sekali, sekalipun tidak semua warga merasakannya
Persaingan politik yang panas orde lama, berhasil melaksanakan pemilu tahun 1955, banyak pihak mengatakan bahwa pada pemilu Indonesia yang pertama itu
merupakan pemilu yang paling demokratis. Pemilu 1955 sekitar 39 juta rakyat datang ke bilik suara untuk menentukan pilihan, agenda pemilu 1955 adalah memilih
DPR dan Konstituante. Dalam pemilu 1955 mempunyai catatan positif antara lain :
Tingkat partisipasi rakyat sangat besar kurang lebih 90 dari semua warga punya hak pilih
Persentase suara yang sah cukup signifikan kurang lebih 80 dari suara yang masuk padahal kurang lebih 70 penduduk Indonesia masih buta
huruf Pelaksanaannya berjalan dengan tertib dan disiplin, padahal waktu itu
Indonesia masih
di guncang
dengan beberapa
pemberontakan- pemberontakan.
Pemilu 1955 dikatakan sebagai pemilu yang jauh dari unsur kecurangan dan kekerasan.
1289
Ukuran Demokrasi dan Korupsi Politik Pemilu 1955 yang dikatakan demokratis karena beberapa alasan diatas, ternyata
meninggalkan jejak suram. Pemilu selalu membutuhkan biaya untuk partai-partai agar siap bertarung, sehingga sebelum terlaksananya pemilu 1955 telah terjadi
korupsi politik yang massif diantara partai politik, hal ini terutama dengan memanfaatkan kewenangan yang ada guna merecoki dana di lingkungan
kementerian. Korupsi di kementerian untuk mengumpulkan dana kampanye partai di praktikkan
besar-besaran pada masa Kabinet Ali Sastromidjojo. Selain itu Partai Nasional Indonesia PNI punya sumber dana tambahan, yang terpenting sumbangan dari
pengusaha bumiputera maupun Tionghoa. Sedangakan Partai Komunis Indonesia, juga sama halnya dengan PNI. Partai ini disamping menggunakan iuran partai
sebagai biaya kampanye menjelang pemilu 1955, PKI juga melakukan penggalangan dana, dan perwakilan yang menjadi anggota badan-badan pemerintahan, beserta
sumbangan dari para pengusaha Tionghoa hingga negara-negara komunis lewat kedutaan yang ada di Jakarta. Partai Masyumi juga tak ketinggalan dalam menggalang
dana menjelang pemilu. Bagian terbesar dari dana Masyumi didapatkan dari sumbangan dari tuan tanah, pemilik kebun karet, dan pengusaha batik. PKI dan
Masyumi mengeluarkan dana besar untuk membuat papan peraga tanda gambar, mencetak pamflet, dan membiayai perjalanan pemimpin mereka. PKI mengeluarkan
dana besar untuk karnaval perayaan ulang tahun partai dan pesta rakyat. Masyumi menyiapkan peralatan lengkap, pemutaran film, dan rapat umum.
125
Dalam beberapa fakta diatas, cukup membuat kita berpikir bahwa korupsi politik selalu hadir disetiap kesempatan dan sejak lama ada. Rangkaian korupsi yang telah
disebutkan, hadir disaat banyak yang mengatakan bahwa pemilu 1955 adalah pemilu paling demokratis dengan catatan positif yang sudah di sebutkan sebelumnya.
Dalam beberapa riset mengatakan, kalaupun ada korupsi dalam lingkungan partai, setidaknya telah menjamin pemilu berjalan lebih aman, dan tak ada data perihal
politik uang kepada masyarakat untuk memilih. Hal ini masih menjadi perdebatan, dan kita akan mengamini bahwa seluruh sistem pemilu 1955 jujur jikalau indikator
demokrasi kita hanya bersandar pada politik elektoral atau dari pemilu ke pemilu. Penilaian tersebut merupakan penilaian dikotomis dictatorship-democracy yang
menilai kategori politik elektoral sebagai indikator negara demokrasinon demokrasi hanya dengan melihat pada kekuasaan eksekutifnya, jika kekuasaan yang diraih
dengan pemilihan umum maka negara tersebut telah menerapkan prinsip-prinsip demokrasi secara utuh.
Tentu ini sangat riskan. Memandang demokrasi hanya pada lingkaran elektoral adalah pandangan yang setengah-setengah.
Dalam pengertian sempit, demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana semua warga negaranya memiliki hak yang setara dalam pengambilan keputusan yang dapat
mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung maupun perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan
pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Ada tiga dimensi utama demokrasi politik yaitu kompetisi, partisipasi, dan kebebasan sipil dan politik. Dengan latar belakang seperti itu, demokrasi politik dapat dilihat
sebagai sebuah sistem pemerintahan yang memenuhi kondisi sebagai berikut :
125
Baca Lapo ran Utama Historia Nomor 2 Tahun I “Retooling : Kenapa Pemberantasan Korupsi Selalu
Gagal?”
1290
Kompetisi yang luas dan bermakna diantara individu dan kelompok organisasi dan mendiadakan penggunaan kekerasan
Tingkat partisipasi politik yang inklusif dalam pemilihan pemimpin dan kebijakan, tidak ada kelompok yang disingkirkan
Tingkat kebebasan politik dan sipil, kebebasan berpendapat, kebebasan pers, juga kebebasan atas informasi
Sedangkan tiga tonggak besar dalam mendukung keberadaan bangsa dan negara adalah kemerdekaan bangsa, demokrasi, dan keadilan sosial. Didalam negara
demokrasi akan mempraktikan nilai-nilai HAM, hak kemerdekaan pers, hak menyatakan pendapat, hak memilih anggota parlemen dan presiden berlandaskan
pada nilai kebebasan. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan bertanggung jawab, bukan kebebasan anarki.
126
Konsep keadilan sosial dan HAM sebenarnya merupakan alat proteksi kekuatan sipil terhadap kewenangan besar yang dimiliki oleh negara. Dengan HAM, sipil
mempunyai dapat menginterupsi kekuasaan, ataupun segala aturan yang dikeluarkan oleh negara yang dinilai merugikan rakyat.
Partai politik merupakan perpanjangan kepentingan masyarakat, lewat pendidikan politik, partai mendidik masyarakat agar mengetahui hak-haknya sebagai warga
negara, partai politik juga berfungsi sebagai penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara.
Partai politik juga berfungsi sebagai partisipasi politik warga negara, juga sebagai rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme
demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
127
Tapi meski tupoksi partai politik sangatlah baik setidaknya dalam UU, partai politik juga merupakan sebuah kekuatan yang berpotensi jahat dalam tubuh demokrasi.
Partai politik sejak berdirinya negara Indonesia telah menunjukan hal-hal yang merongrong kekuatan demokrasi. Partai politik adalah perangkat yang menciptakan
para kader politikuntuk memasuki institusi negara, entah legislatif maupun eksekutif. Partai politik adalah potensi yang besar untuk menentukan arah kebijakan negara,
jadi ini dirasa sudah cukup buat masyarakat untuk menyorot kinerja partai. Olehnya itu, maka rakyatlah yang berusaha menjadi penyeimbang dari kekuatan
partai politik, ataupun menjaga agar partai politik dapat bergerak sesuai dengan aras yang semestinya.
Ada beberapa persoalan ditubuh partai politik, salah satunya adalah kaderisasi yang buruk, oligarki yang mengakar dan korupsi politik. Korupsi politik lahir dari tidak
adanya interupsi atas tindak tunduk parpol, terutama menjelang pemilu. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, korupsi politik adalah persoalan yang lama. Rezim yang selalu
berganti dengan pujian beserta cacian yang mendera dalam setiap pemimpin di masanya, ternyata selalu diwarnai dengan korupsi politik, entah dalam orde lama,
orde baru, maupun reformasi yang sekarang ini. Korupsi politik dilakukan karena partai politik yang berlogika pragmatis. Memang
politik pasti pragmatis karena ini berbicara tentang kekuasaan dan konsolidasi kekuatan untuk menuju kesana. Tapi pragmatis haruslah didasarkan pada nilai-nilai
tanggung jawab. Partai politik yang kadernya masuk dalam lembaga-lembaga pemerintahan, selalu
memanfaatkan kewenangan dalam mengeruk uang rakyat, misalnya dalam proyek- proyek pemerintah, dan setelahnya membentuk lingakaran oligarki untuk
126
Revitch, D dan A. Therstrom. 2005. Demokrasi Klasik dan Modern, Jakarta : Yayasan Obor, Hal xii
127
Lihat Pasal 11 UU No. 22008 tentang Partai Politik
1291
memastikan agar rantai kekuasaan yang telah dibangun tidak terputus, hal ini dilakukan sembari memotong secara tidak langsung hak warga negara lainnya untuk
membentuk serta memanfaatkan hak politik dan memegang kekuasaan. Logika macam ini juga dianut dan dijalankan oleh partai-partai lain sehingga, dari pemilu ke
pemilu yang ada hanyalah oligarki melawan oligarki. Akhirnya apa yang dinamakan bahwa demokrasi adalah pengejawantahan dari liberalisasi politik tidak berjalan
dalam sistem pemilu dan kepartaian kita. Pertanyaannya apa yang dapat kita lakukan? Bagaimana kontrol rakyat terhadap
sistem perpolitikan yang sialnya hanya lewat partai politik
128
Persoalan korupsi adalah persoalan pelik, sejak lama dan terstruktur. Rantainya dapat dimulai dari kader yang melakukan korupsi untuk mengisi pundi-pundi keuangan
partai politik. Ini dapat dipotong dengan mendorong partai politik untuk melakukan transparansi terhadap dana yang masuk di partai politik.
Transparansi adalah aturan dan prosedur yang biasa diberlakukan untuk membuat pejabat pemerintah bertanggung jawab dan turut serta dalam memerangi korupsi.
Karena bila laporan keuangan dibuka kehadapan publik, maka anggaran kemudian bisa diperiksa oleh siapa saja. Dan akan kecil kemungkinan partai politik untuk
menyalahgunakannya. Karena sebenarnya korupsi politik adalah keran yang dapat mengantarkan pelakunya kedalam korupsi yang lebih lanjut, misalnya pada suap, dan
pencucian uang. Sumber Dana Partai Politik di Negara Demokratis
Partai politik sebenarnya mempunyai sumber dananya sendiri yang sudah diatur undang-undang yaitu berasal dari iuran anggota, pendanaan oleh negara yang berasal
dari APBN, dan sumbangan oleh pihak lain. Tapi yang menjadi pertanyaan, taka da batas dalam penerimaan sumbangan oleh pihak lain tersebut. Apek pendanaan
adalah aspek yang jarang disentuh bahkan dalam UU No.22008 juncto UU No. 22011 tentang partai politik, hal ini tak banyak disinggung. Padahal UU No.
322002 partai politik memiliki kewajiban untuk melaporkan keuangannya kepada KPU setelah diaudit, dan UU No. 21999 partai politik wajib melaporkan
keuangannya pada MA. Ironisnya UU parpol saat ini UU No. 22011 tak memiliki kewajiban kepada siapapun untuk melaporkan keuangannya .
Pendanaan partai politik yang lebih banyak didapat dari para kalangan taipan pengusaha mengakibatkan beberapa program partai politik di kekuasaan tidak
berorientasi untuk kesejahteraan rakyat, tapi untuk melayani para donator ini. Sehingga kebijakan yang dihasilkan selalu melahirkan benturan konflik antara
rakyat dan pengusaha di lapangan, misalnya konflik agraria, konflik perburuhan, konflik yang biasa ditemui di masyarakat urban, dan lainnya.
Satu sumber dana partai politik adalah bantuan keuangan dana oleh negara, atau subsidi negara. Dalam praktek pasca orde baru, bantuan keuangan partai politik ini
tidak mendapatkan perhatian serius karena nilai bantuan yang tak seberapa. Berdasarkan penelitian Perludem, nilai bantuan keuangan partai politik dari APBN
hanya 1,3 dari total kebutuhan operasional partaio politik per tahun. Tentu jika dibandingkan dengan kebutuhan dana kampanye setiap partai politik, nilai itu jauh
128
UU Pemilu menjamin selain lewat partai politik, warga negara dapat mengikuti pemilu maupun pemilukada dapat melalui jalur independen, tapi jalur independen juga membutuhkan kekuatan politik
yang ada dalam partai politik, untuk mensinergikan antara kekuatan legislatif maupun kekuatan eksekutif.
1292
lebih kecil lagi. Namun UU sudah menetapkan, negara tidak memberi bantuan keuangan kampanye
129
. Dana partai politik yang disubsidi oleh negara, diperuntukan untuk pendidikan
politik, sedang pengeluaran politik parpol terbesar adalah kampanye. Tak ayal, bantuan yang kecil oleh negara, bahkan tak cukup untuk membiayai operasional
partai dalam setahun. Akhirnya pengkaderan politik partai tak berjalan maksimal. Negara memberikan dana seperti untuk mendorong kemandirian partai politik, tapi
alih-alih mendorong kemandirian partai dengan baik, namun hal ini memancing metode suap dan korupsi yang lebih besar.
Untuk mencegah hal tersebut, dibutuhkan alokasi APBN besar ke partai, agar partai politik tak lagi membutuhkan dana besar kepada pihak lain. Hal ini juga agar partai
politik lebih bertanggungjawab kepada rakyat dibanding para donator. Selain mengharapkan sepenuhnya subsidi negara, ada hal yang lebih baik. Partai
politik diharapkan mampu menggalang dana rakyat di daerah-daerah konstituen, setidaknya
agar rakyat
mempunyai political
will dalam
menagih pertanggungjawaban partai.
Pertanyaan yang muncul adalah, kalaupun negara akan mensubsidi partai politik, seberapa besar dana APBN yang akan dialokasikan?
Dana yang saat ini dialokasikan APBN untuk partai politik adalah Rp.108suara hal ini belum dapat dikatakan sebagai demokratis. Partai ini akan membuat partai-partai
kecil yang belum dapat memperoleh suara lebih tak dapat bersaing dengan partai yang besar.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Administrations and Cost of Elections Pro- ject ACE Project, sebagian negara seperti Brazil, India, Israel dan Meksiko hanya
membatasi sumbangan dari donatur-donatur tertentu. Sementara itu Italia hanya membatasi sumbangan kepada individu yang mencalonkan diri tapi tidak kepada
sumbangan langsung kepada partai politik.
Hal yang terpenting dari pembatasan terhadap jumlah maksimum sumbangan yang boleh diterima oleh sebuah partai politik adalah pengendalian terhadap conflict of
interests konflik kepentingan yang mungkin terjadi dan bagaimana mengatasi lubang-lubang loopholes yang bisa digunakan oleh partai politik untuk mening-
katkan jumlah sumbangan yang dapat mereka terima. Untuk negara Amerika Seri- kat, yang berlandaskan pada asas demokrasi dan pelaksanaan hukum yang kuat
strong law enforcement, pengendalian terhadap pengaruh dari kalangan bisnis diterapkan dengan menetapkan jumlah maksimum yang boleh diterima dari corpo-
rate donors sumbangan dari perusahaan lebih kecil jumlahnya daripada jumlah maksimum yang boleh diterima dari individu.
Untuk negara bagian New York, sebagaimana tercantum dalam New York State Election Law, corporate donor hanya boleh menyumbang maksimum US5,000 da-
lam satu tahun kalender sementara sumbangan individu boleh mencapai maksi- mum 150,000 dalam satu tahunnya. Untuk negara India, pengendalian terhadap
penggunaan uang oleh partai politik ditekankan pada pelaporan penggunaan dana kampanye. Partai-partai yang tidak memberikan laporan keuangan mengenai
penggunaan dana kampanyenya setelah batas waktu tertentu akan didiskualifikasi pada Pemilihan Umum berikutnya. India juga memberikan wewenang kepada par-
129
Lihat www.rumahpemilu.orgbantuan-keuangan-partai-politik-metode-penetapan-besaran-transparansi-
dan-akuntabilitas-pengelolaan
1293
tai yang berkuasa untuk mengawasi penggunaan fasilitas negara seperti kendaraan dan pesawat terbang milik negara untuk keperluan kampanye.
Hampir semua negara melarang partai politik membuka usaha sendiri atau me- nanamkan modalnya pada perusahaan, ini untuk mencegah adanya konflik kepent-
ingan antara kepentingan umum yang seharusnya diperjuangkan oleh partai politik dengan kepentingan perusahaan. Selain itu, sumbangan dari organisasi massa dan
organsiasi non-pemerintah juga dibatasi atau bahkan dilarang. Di negara federalis, sumbangan pemerintah negara bagian atau pemerintah lokal juga dilarang.
Mengenai subsidi dana publik untuk partai politik, ada yang membolehkan dengan mengatur besarnya subsidi, tetapi ada juga yang melarang. Kalau ada subsidi, maka
subsidi negara diberikan berdasarkan jumlah suara yang diraih dalam Pemilu atau berdasarkan jumlah sumbangan yang didapat dari anggota dan masyarakat umum.
Ada juga negara yang memberikan timbangan secara merata kepada seluruh partai politik agar adil antara partai besar dan kecil.
Pendanaan semacam itu sebetulnya dapat dilakukan. Sistem ini justru berjalan di negara-negara yang secara politik maupun ekonomi hampir sama dengan Indonesia.
India dan Meksiko misalnya, telah tegas untuk membatasi dana donator pribadi. Bahkan kalau dilihat lebih menyeluruh terhadap pendanaan partai politik di Amerika
dan Australia, partai politik di kedua kawasan itu adalah lemah. Pendanaan di kedua negara lebih dikonsentrasikan pada kampanye dan kandidat individual, alih-alih
kepada partai politiknya. Tidak ada di negara Anglo Saxon yang mementingkan anggota partai sebagai sumber
pemasukan utama. Seperti di negara-negara barat lain, pemasukan dari dana pemerintah terus ditingkatkan dan hingga saat ini hanya Inggris yang masih enggan
mengeluarkan subsidi untuk partai politik. Kanada adalah salah satu negara yang menonjol diantara negara-negara demokrasi
lain. Negara ini berhasil mencegah masalah keuangan dengan cara menggunakan sumber dana negara dibarengi penerapan peraturan yang efektif.
Subsidi Negara ke Partai Politik dan Kualitas Demokrasi Subsidi negara untuk partai politik setidaknya merupakan jalan setapak yang dapat
diambil dari banyaknya masalah korupsi politik. Setidaknya negara turut ambil bagian dari pembinaan partai politik. Partai politik yang merupakan bagian dari
negara demokratis merupakan modal besar terwujudnya Indonesia yang lebih minim korupsi.
Pendanaan oleh negara, seperti yang telahdisebutkan diatas telah dipakai oleh banyak negara demokratis seperti Eropa dan Amerika. Hal ini juga muncul dari
kejenuhan rakyat akan korupsi politik. Peningkatan kualitas demokrasi dapat ditempuh dengan cara ini, tentunya dengan mendorong transparansi. Lewat partai
politik yang transparan, rakyat dengan mudah menagih pertanggung jawaban partai politik. Negara juga tak bakal mencla-mencle dalam menindak partai politik yang
hanya mampu mengkader para politisi yang korup dan menggerogoti uang rakyat lewat proyek-proyek pemerintah.
Pemilu yang demokratis akan terwujud ketika negara lebih serius mencegah korupsi politik sedari awal, dengan memberikan subsidi ke partai politik, dan negara mampu
membuat sebuah mekanisme komplein, dan peraturan yang tegas terhadap partai politik.
1294
Sekian. BIODATA SINGKAT
NAMA
: LM. ALI ASRAWI RAMADHAN JENIS KELAMIN
: LAKI-LAKI TEMPATTANGGAL LAHIR : UJUNG PANDANG, 14 FEBRUARI 1994
ALAMAT : JL. MAPPAODANG II NO. 2 KOTA MAKASSAR
PEKERJAAN : PENELITI
INSTANSI : ANTI CORRUPTION COMMITTEE - SULAWESI
RIWAYAT PENDIDIKAN : 1. FH. UNIV MUSLIM INDONESIA 2011