PARTAI POLITIK DALAM SISTEM KETATANEGARAAN

1246 Asshiddiqie, bahwa sistem politik yang harus di jalankan di Indonesia harus sesuai dengan ketentuan UUD 1945 yaitu sistem politik demokrasi berdasarkan hukum democracy constitutional, hal ini sebagaimana yang diamanatkan dalam ketentuan pasal 1 ayat 2 dan 3 UUD 1945 yang menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD dan Indonesia adalah negara hukum. Oleh karena itu maka tatanan dan kelembagaan politik, baik pada wilayah suprastruktur maupun infrastruktur harus dijalankan berdasarkan aturan hukum yang demokratis. 57 Kemudian beliau juga menyatakan bahwa demokrasi tidak bisa dipisahkan dan bahkan harus dilihat berpasangan dengan konstitusi. Demokrasi harus berlandaskan pada paham kedaulatan rakyat. Bahwa kekuasaan adalah berasal dari rakyat, dilakukan oleh rakyat melalui wakil-wakil atau utusannya, kegiatan-kegiatan kekuasaan diselenggarakan bersama dengan rakyat, serta semua fungsi penyelenggaraan kekuasaan ditujukan untuk kepentingan rakyat. Demokrasi yang demikian adalah bentuk demokrasi yang berdasarkan atas hukum. Demokrasi memberikan kebebasan yang memerlukan kerangka aturan, sehingga dapat diselenggarakan dengan tertib dan beraturan. Oleh karena itu, dalam hal ini aturan adalah sebuah penyeimbang dari sebuah kebebasan. 58 Partai politik diharapkan mampu untuk menjadi sarana menjaga eksistensi kedaulatan rakyat dalam menjaga demokrasi yang sesungguhnya, karena pada dasarnya kelahiran partai politik merupakan buah dari peraduan ideologi antara kekuatan yang ada dalam masyarakat. Ia muncul sebagai representasi kepentingan warga negara, oleh karena itu kebutuhan sosial yang sebelumnya tidak ada harus semakin dipenuhi. Karena demokrasi dan kebebasan sudah menjadi angan-angan publik yang segera harus dipenuhi. Aspirasi warga negara tidak mungkin lagi dikekang, sebab laju perkembangan hubungan antara manusia semakin berkembang. Maka dari itu partai politik lahir sebagai wadah bagi ekspresi dalam pengambilan kebijakan publik yang bersumber dari kedaulatan rakyat dalam menentukan arah kedepan suatu bangsa. Oleh karena itu tentu saja partai politik sangat berperan penting dalam ketatanegaraan yang menganut sistem demokrasi karena partai politik sangat berperan dalam proses dinamis perjuangan nilai dan kepentingan value and interest dari konstituen yang diwakilinya guna menentukan kebijakan dalam konteks bernegara. Partai politiklah yang bertindak sebagai perantara dalam proses-proses pengambilan keputusan bernegara, yang menghubungkan antara warga negara dengan institusi-institusi negara. Partai Politik sebagai organisasi yang bergerak dalam tataran Public Sphere dan berada dalam sistem ketatanegaraan yang menganut sistem demokrasi memiliki tugas yang sangat penting dalam menghimpun, merumuskan, merancang, dan mewujudkan apa yang menjadi kepentingan masyarakat public interest. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Thomas Meyer bahwa fungsi modern partai politik tidak hanya menjadi mesin politik belaka, melainkan untuk mengagregasi kepentingan masyarakat, mengarahkannya pada kepentingan bersama dan termasuk didalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga negara yang lain, dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum atau harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Kecuali dalam keadaan tertentu yang mengharuskan negara untuk segera bertindak atau yang biasa disebut dengan kewenangan diskresi dan juga freis ermeissen. 57 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi Serpihan Pemikiran Hukum, Media dan HAM, Jakarta: Konstitusi Press, 2006, hlm. 308. 58 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Ekonomi, Jakarta: Kompas, 2010, hlm. 361-362 1247 merancangnya dalam bentuk legislasi dan kebijakan, sehingga menjadi sebuah agenda yang bisa mendapatkan dukungan rakyat di saat pemilihan umum. Oleh karena itu tentu saja dalam mewujudkan apa yang menjadi fungsi partai politik tentunya akan membutuhkan tenaga dan dukungan finansial yang memadai. Dengan adanya dukungan finansial yang memadai tentu saja partai politik akan dengan mudah mengaplikasikan ideologinya sesuai dengan fungsi partai politik. 59

2. KEUANGAN PARTAI POLITIK DALAM PERUNDANG-UNDANGAN

Keuangan partai politik adalah semua hak dan kewajiban partai politik yang dapat dinilai dengan uang, berupa uang, atau barang serta segala bentuk kekayaan yang dimiliki dan menjadi tanggung jawab partai politik. 60 Adapun sumber keuangan partai politik adalah berasal dari tiga sumber, yaitu: 61 Pertama berasal dari iuran anggota, Kedua sumbangan yang sah menurut hukum baik itu berupa uang, barang, maupun jasa. Khusus untuk sumbangan uang yang diberikan dari perorangan bukan anggota partai paling banyak senilai Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah per orang dalam waktu 1 satu tahun anggaran, kemudian untuk perusahaan danatau badan usaha, paling banyak senilai Rp 7.500.000.000,00 tujuh miliar lima ratus juta rupiah per perusahaan danatau badan usaha dalam waktu 1 satu tahun anggaran, dimana sumbangan tersebut harus dikelola berdasarkan prinsip kejujuran, sukarela, keadilan, terbuka, tanggung jawab, serta kedaulatan dan kemandirian Partai Politik. 62 Ketiga adalah bantuan keuangan dari APBN APBD yang diberikan secara proporsional kepada partai politik yang mendapatkan kursi di DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD KabupatenKota yang perhitungannya berdasarkan jumlah perolehan suara dengan ketentuan bahwa pengalokasian dana tersebut diprioritaskan untuk melaksanakan pendidikan politik bagi anggota Partai Politik dan masyarakat. Kemudian partai politik wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran dana dari APBN APBD tersebut kepada Badan Pemeriksa Keuangan secara berkala 1 satu tahun sekali untuk diaudit paling lambat 1 satu bulan setelah tahun anggaran berakhir. 63 Pada prinsipnya terkait dengan pengelolaan keuangan, dalam hal ini partai politik memiliki kewajiban di dalam pengelolaannya. Adapun kewajiban tersebut diantaranya yaitu: Pertama, terhadap keuangan yang bersumber dari sumbangan partai politik diwajibkan untuk membuat pembukuan, memelihara daftar penyumbang dan jumlah sumbangan yang diterima, serta terbuka kepada masyarakat. Dan Kedua terhadap subsidi finansial dari negara partai politik diwajibkan untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan yang bersumber dari dana bantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah secara berkala 1 satu tahun sekali kepada Pemerintah setelah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan. 64 59 Thomas Meyer, Peran Partai Politik dalam Sebuah Sistem Demokrasi: Sembilan Tesis, Jakarta: Frederich Ebert Stiftung FES Perwakilan Indonesia, 2012, hlm. 26. 60 Lihat Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Jo. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik 61 Lihat Pasal 34 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Jo. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik 62 Lihat Pasal 35 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik 63 Lihat Pasal 34A ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik 64 Lihat pasal 13 huruf H dan I Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik 1248 Selain itu dalam pengelolaan keuangan juga harus dilakukan secara transparan dan akuntabel dan kemudian dilakukan audit terhadap pengelolaan keuangan partai politik oleh akuntan publik setiap tahunnya yang mencakup laporan realisasi anggaran partai politik, laporan neraca, dan laporan arus kas, yang kemudian hasil dari audit tersebut dumumkan secara periodik. 65 Kemudian dalam hal keuangan ini partai politik dilarang untuk melakukan beberapa tindakan, adapun tindakan yang dilarang adalah sebagai berikut: 66 a. menerima dari atau memberikan kepada pihak asing sumbangan dalam bentuk apa pun yang bertentangan dengan peraturan perundang- undangan; b. menerima sumbangan berupa uang, barang, ataupun jasa dari pihak ma- na pun tanpa mencantumkan identitas yang jelas; c. menerima sumbangan dari perseorangan danatau perusahaanbadan usaha melebihi batas yang ditetapkan dalam peraturan perundang- undangan; d. meminta atau menerima dana dari badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan badan usaha milik desa atau dengan sebutan lainnya;atau e. menggunakan fraksi di Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Per- wakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupatenkota sebagai sumber pendanaan Partai Politik. Apabila dalam pengelolaan keuangan partai politik tidak membuat pembukuan, memelihara daftar penyumbang dan jumlah sumbangan yang diterima, serta terbuka kepada masyarakat maka partai politik dikenai sanksi administratif berupa teguran oleh Pemerintah. Kemudian apabila partai politik tidak menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan yang bersumber dari dana bantuan APBNAPBD secara berkala 1 satu tahun sekali kepada Pemerintah setelah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan maka partai politik dikenai sanksi administratif berupa penghentian bantuan APBNAPBD sampai laporan diterima oleh Pemerintah dalam tahun anggaran berkenaan. 67 Dan apabila terdapat pengurus yang menerima dari atau memberikan kepada pihak asing sumbangan dalam bentuk apa pun yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan maka pengurus Partai Politik yang bersangkutan dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan denda 2 dua kali lipat dari jumlah dana yang diterimanya. 68

3. SUMBER KEUANGAN DAN PENGUATAN PARTAI POLITIK

Uang dalam politik money in politics merupakan suatu hal keniscayaan, karena diakui atau tidak diakui tanpa adanya uang maka kegiatan politik akan sangat sulit dijalankan dan tentu saja hal tersebut akan berdampak pada terhambatnya gerak, tumbuh, dan berkembangnya partai politik kearah yang jauh lebih baik. Tetapi 65 Lihat Pasal 39 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik 66 Lihat Pasal 40 ayat 3 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik 67 Lihat pasal 47ayat 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik 68 Lihat pasal 48 ayat 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik