PROBLEM DAN SOLUSI DEMOKRASI INTERNAL PARTAI POLITIK

532 sebelum partai politik tersebut berbicara tentang demokratisasi dalam kehidupan bangsa dan negara. 496 Tetapi pada kenyataannya dalam melakukan demokrasi secara internal partai poltik menghadapi problem baik dari aspek internal maupun eksternal. Problem partai politik dari aspek internal, antara lain: Pertama, ditandai oleh, munculnya oligarki dan otoritarianisme partai, sebagaimana tampak dari berbagai bentuk pengembangan kepepimpinan personal. Kecenderungan sentralisasi pimpinan pusat partai dalam pengambilan keputusan politik, maupun seleksi kandidat partai untuk jabatan-jabatan publik, merupakan salah satu fenomena yang memperkuat terjadinya oligarki otoritarianisme. Kedua, meluasnya gejala perpecahan yang tan menemukan jalan damai dalam tubuh partai politik. Gejala perpecahan dalam tubuh partai tak syak lagi merupakan produk tak terlembagkannya penyelesaian konflik internal partai. Secara umum kondisi internal semacam itu terjadi karena partai belum melakukan pelembagaan sebagaimana disebut oleh Ramlan Surbakti sebagai demokrasi prosedural . Yang dimaksud demokrasi prosedural adalah demokratisasi aturan-aturan organisaasional partai yang dirumuskan secara jelas dan terinci, serta merefeksikan prinsip-prinsip good governance, aturan-aturan itu bisa berwujud ADART, tata tertib code of conduct, maupun aturan-aturan lain yang diarahkan pada pembentukan prosedur internal partai yang demokratis 497 Dari aspek eksternal, terjadinya pengentalan elitisme politik partai. Untuk beberapa hal partai politik seringkali bergerak seolah tanpa ada mandat dari para konstituennya, dan agendanya tidak merepresentasikan kepentingan para konstituennya serta tidak berpihak pada kepentingan publik. Akibatnya terjadi krisis ketidakpercayaan masyarakat terhadap partai politik. Pada sisi lain, merupakan imlpikasi dari tidak terlembagakan demokrasi procedural di dalam partai politik, terutama dalam hal pelibatan anggota-anggota partai dalam pengambilan keputusan politik dan seleksi kandidat partai untuk jabatan-jabatan publik yang hampir sama sekali tidak ada. Aspek lainnya adalah ketidakjelasan idiologi politik yag dianut partai politik di Indonesia, berikut sikap politik mereka yang acapkali penuh inkonsistensi. Idiologi politik yang selama ini dinisbatakan kepada partai politik tertentu, sama sekali tidak mempresentasikan a set of belief, ideas, or attitude yang dan konsisten. 498 Solusinya agar tidak terjadi permasalahan yang dihadapi partai politik baik secara internal maupun ekstenal dan pada akhirnya bisa produktif bagi proses demokratisasi adalah 499 : Pertama, negara perlu melakukan pengawasan terhadap penerapan peraturan perundangan yang terkait, terutama untuk mendorong terciptanya demokrasi di tingkat internal partai. 496 Tim ICCE, Buku Pendidikan Kewarganegaraan Suplemen, ICCE dan TAF, Jakarta, 2004, hlm. 107 497 Ibid 498 M. Dahlan, Membangun Partai Politik Yang Demokratis studi Terhadap Subtansi UU No. 02 Tahun 2008 Tentang Partai Politik, Jurnal Konstitusi, Mahkamah Konstitusi RI- PPK Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Volume II Nomor 2 November 2009, hlm.36-38 499 Ibid, hlm. 39-40 533 Kedua, Partai politik harus melakukan pelembagaan demokrasi prosedural yang diwujudkan dalam aturan-aturan internal organisasi secara jelas, terinci detail dan merefleksikan prinsip-prinsip demokrasi dan good governance. Beberapa prinsip penting yang harus ada dalam pembentukan demokrasi internal partai politik antara lain: a Keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan terkait seleksi kandidat kader yang akan didistribusikan, dan pemilihan para pemimpin partai politik yang bersangkutan. Dalam hal ini harus ada aturan internal yang mengharuskan adanya keterlibatan anggota dalam setiap proses politik yang dilakukan di tingkat internal partai politik, b, Adanya mekanisme dan prosedur normative dalam hal mengelola konflik internal yang terjadi secara demokratis, sehingga konflik-konflik di dalam partai politik tersebut tidak bersifat merusak dan menimbulkan perpecahan, c kemudian adanya mekanisme yang memungkinkan setiap anggota partai politik dapat memberikan pendapatnya secara bebas dan bertanggungjawa,d Harus ada mekanisme pertanggungjawaban pemimpin kepada para anggota partai politik masing-masing, dan adanya kesempatan untuk mengganti pimpinan tersebut apabila terbukti melakukan tindak penyelewengan, e Memberikan kesempatan kepada kelompok khusus, seperti kaum muda dan perempuan untuk lebih dapat berekspresi baik pada wilayah struktural maupun fungsional kepengurusan partai politik dan jabatan-jabatan publik untuk mewakili partai politik yang bersangkutan, tentunya didasari dengan adanya kompetensi, akuntabilitas dan efektifitas. Ketiga, masyarakat harus lebih memiliki peran untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja dan tindakan-tindakan politik yang dilakukan partai politik, sekaligus mendukung dan mendorong setiap partai politik agar menjadi lebih demokratis, professional dan responsive – aspiratif. Masyarakat juga harus mulai bersikap tegas dan mau memberi pelajaran kepada partai politik yang tidak demokratis dan tidak memiliki etika politik dengan cara meninggalkan partai-partai politik tersebut dan tidak lagi memilih partai politik tersebut pada pemilihan umum selanjutnya. Melalui dukungan, pengawasan dan punishment semacam inilah diharapkan partai politik di Negara ini dapat lebih progresif dan produktif dalam rangka meningkatkan demokratisasi kehidupan politik di Indonesia.

E. MENENTUKAN KANDIDAT PILPRES, PILEG, DAN PILKADA OLEH PARPOL SECARA DEMOKRATIS

Pengaturan mengenai peran partai politik dalam menentukan kandidat Pilpres, Pileg, dan Pilkada oleh partai politik, dapat kita kaji dalam peraturan perundangan di Indonesia, yaitu dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disebut UUD NRI Tahun 1945 mengatur peran partai politik, diatur dalam Pasal 6 menyatakan Pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik sebelum pemilihan umum diselenggarakan dan Pasal E ayat menyatakan Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik . 500 500 Pasal 6 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1965 534 Kemudian dalam Pasal 29 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik, menyatakan bahwa: 501 1 Partai Politik melakukan rekrutmen terhadap warga negara Indonesia untuk menjadi: a. anggota Partai Politik; b. bakal calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; c. bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah; dan d. bakal calon Presiden dan Wakil Presiden 2 Rekrutmen sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c dan huruf d dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan AD dan ART serta peraturan perundang-undangan. 3 Penetapan atas rekrutmen sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 1a, dan ayat 2 dilakukan dengan keputusan pengurus Partai Politik sesuai dengan AD dan ART. Dari ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011, artinya ke depan parpol tidak bisa lagi asal comot atau ambil tokoh yang populer untuk dinominasikan dalam posisi-posisi politik karena proses untuk itu harns dilakukan melalui mekanisme organisasi. Memang itu semua tergantung AD dan ART parpol, namun setidaknya semangat dari aturan ini adalah untuk meminimalisir keinginan pengurus parpol mengambil jalan pintas dalam mencari kandidat yang akan diajukannya dalam kompetisi jabatan politik. Jika parpol melakukan proses kaderisasi dengan baik, maka ada peluang ke depan parpol akan menjadi penghasil politisi dan pejabat publik yang handal dan berkualitas, tidak seperti selama ini yang lebih didominasi niatan untuk memenangi kompetisi dan akhimya mengabaikan proses kaderisasi dan pencarian kandidat yang berkualitas. 502 Dalam konteks to be candidate, dibandingkan dengan pemilihan presiden secara implisit UUD 1945 memberikan kesempatan yang lebih terbuka untuk menjadi calon kepala daerah. Kesempatan itu dapat dibaca dalam Pasal 18 Ayat 4 UUD 1945 yang tidak mengharuskan calon kepala daerah berasal dari partai politik. 503 Lebih lanjut dalam Pasal 1 angka 3 dan angka 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang, menyatakan bahwa: calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur adalah peserta Pemilihan yang diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau perseorangan yang didaftarkan atau mendaftar di Komisi Pemilihan Umum Provinsi 504 dan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, Calon Walikota dan 501 Pasal 29 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik 502 Nico Harjanto, Politik Kekerabatan dan Institusionalisasi Partai Politik di Indonesia, ANALISIS CSIS, Vol. 40, No.2, 2011, hlm. 149 503 Saldi Isra, Reformasi Hukum Tata Negara Pasca Amandemen UUD 1945, Kampus UNAND Limau Manis Padang, Andalas University Press, 2006, hlm. 237 504 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti